Ch 07 C'est la Vie (That's A Life)

507 72 8
                                    

Note:
Chapter 7 & 8 menggunakan setting kota Paris, dengan mix culture & history dan beberapa dialog akan ditulis dalam bahasa Perancis.

Paris, 2024

“Monsieur* Chen, Monsieur Chen… lihat ini, saya membawa beberapa majalah fashion yang meliput grand opening La Boutique Arthur Chen. Ini artikel dari ELLE, VOGUE, JALOUSE, L’OFFICIEL dan NUMERO.”
(*Monsieur: sir, mr.)

Seorang wanita berambut pirang sebahu dengan penuh semangat meletakkan semua majalah itu di atas meja kerja Chen Feiyu. Semuanya langsung dibuka pada halaman yang berisi laporan tentang pembukaan butik milik mantan actor dari negeri tirai bambu itu.

“Artikel-artikel ini ditulis dengan bahasa yang sangat menarik dan memberikan apresiasi positif pada brand anda ‘Collective Individual’. Memang reporter dunia fashion berbeda dengan majalah gosip; mereka mampu melihat potensi anda sebagai desainer untuk generasi milenial,” lanjut wanita itu yang tidak lain adalah sekretaris pribadi Feiyu.

“Hmmm…”
Laki-laki muda yang baru menginjak usia 24 tahun ini mengambil salah satu majalah dan membolak-balikkan halamannya dengan tidak bersemangat. Kemudian ditutup dan dilemparkannya begitu saja ke atas meja kembali seolah-olah itu tidak penting baginya.

“Monsieur Chen?”

“Aku akan membacanya besok, letakkan ini semua di sana!” serunya sambil menunjuk rak buku yang terletak di sudut ruangan kerja yang cukup luas itu.

“Tapi, ini semua berita tentang pembukaan la boutique anda, tidakkah anda ingin membacanya sekarang?” tanya sekretarisnya berusaha membujuk Feiyu.

Tiba-tiba pembicaraan mereka terganggu oleh bunyi dering telepon di atas meja kerja yang beralaskan kaca itu.

“KRINGGG…”

“Mademoiselle Marie*, angkatlah telepon itu, katakan aku tidak ada di tempat, jika ingin membuat janji,  jadwalkan saja dua hari lagi,” jawab Feiyu segera beranjak dari kursi kerjanya.
(*Mademoiselle: miss)

“Eh, tapi, bagaimana dengan janji meeting nanti sore dengan perwakilan CEO Maison Michel?”

“Batalkan saja, beritahu mereka bahwa saya sakit perut atau apalah. Merci!”

“Monsieur Chen, mana bisa seperti itu? Pertemuan hari ini sangat penting!”

“KRINGGG…”

“Shhh… segera angkat telepon itu dan silakan pikirkan alasannya sendiri.”

Où allez-vous?*”
(*Where are you going?)

“_____”

Monsiuer Chen!

Feiyu keluar ruangan itu sambil memakai jaket hoodienya yang berwarna putih dengan tulisan CHEN di bagian dadanya. Dia tidak peduli, walaupun sekretarisnya memanggil namanya beberapa kali dengan penuh nada putus asa.

“Monsieur Chen, anda akan pulang lebih awal?” tanya pengemudi pribadinya.

“Sebentar, saya akan segera menyiapkan mobilnya.”

“Tidak. Aku akan pergi ke Le Marais.”

“Oh, anda ingin saya mengantar anda ke sana?”

“Tidak perlu, aku akan naik metro. Kamu pulang saja dulu, besok pagi jemput seperti biasa.”

S’il vous plait, soyez prudent!*”
(*Please, be careful!)

Oui…oui, Basile.*”
(*Yes…yes, Basile.)

(END)✨BEIJING et PARIS✨Where stories live. Discover now