21.Sebuah kisah

14.4K 1.3K 32
                                    

Salahkah?

"Apa aku salah jika ingin membalas dendam kematian Ayahku? Raja kalian yang telah merenggut kebahagiaan ku terlebih dahulu. Apa aku salah jika balas dendam?"

Kalva menepuk pelan bahu Thanasa, Ratu Altair itu masih menangis terisak, Kalva terus menenangkannya. Membawanya menyender pada sanggahan ranjang.

Terlihat mata sembab dan cairan bening yang terus mengalir dari safir coklat itu.

Menarik napas dalam-dalam, Kalva membuka suara. "Apa Ratu tau kenapa Raja Delano membunuh Raja Lucian?"

Terdiam. Thanasa tercenung dengan perkataan Kalva.

"Apa Yang Mulia Ratu pernah menanyakan alasannya?"

Menoleh, tatapan Thanasa bingung sekaligus penasaran meminta jawaban.

Benar.

Kenapa dia tidak pernah bertanya pada Delano?

Kenapa dia harus terus membenci lelaki itu?

Bukankah sejauh ini mereka cukup lama bersama?

"Ratu, aku tidak yakin setelah kau mendengar semua ini, apakah kau akan menyesal atau tetap membenci Yang Mulia."

Masih enggan bergeming. Tapi dari tatapan gadis itu, Kalva mengerti jika Thanasa ingin mengetahui semuanya.

Kalva memandang sejenak lalu mengangkat suara. "Sebenarnya Lucian bukanlah Ayah kandung Kakak mu."

Terbelalak. Thanasa kian memandang intens. "Apa maksud mu Kalva?"

Bibir wanita paruh baya itu tersenyum tipis. Cerita yang akan ia bawa pasti akan membuat gadis didepannya tambah pilu.

Tapi mau bagaimana lagi?

"Raja yang sebenarnya adalah Raja Nardon Claus. Dulu sebelum ada Kerajaan Lucian, nama Kerajaan yang Ratu tempatin adalah Kerajaan Claus. Ayah kandung Tristan yang menjadi penguasa di Kerajaan itu."

Ekspresi Thanasa begitu kacau. Ia sedikit bingung dan belum bisa mencerna apa yang Kalva bicarakan.

"Raja Nardon dan Ayah dari Yang Mulia sangat dekat. Mereka bersahabat dari remaja, masa-masa perang sampai menjadi Raja di Kerajaan masing-masing. George Ayah dari Yang Mulia berserta mendiang Ratu Vexia juga sangat dekat dengan Ibu mu, Ratu Yue Liang. Mereka sering mengunjungi istana satu sama lain. Yang Mulia dan Kakak mu Tristan berteman dari kecil karena kedekatan orang tua mereka."

Thanasa setia mendengarkan. Sesekali ia menghapus jejak air mata yang masih keluar begitu saja.

"Ayahmu dulunya adalah Perdana Mentri sekaligus tangan kanan kepercayaan Nardon. Tetapi~"

Kalva memperhatikan Thanasa sejenak, ia ragu namun tetap harus melanjutkan kisah yang sudah setengah jalan.

"Ayah mu menaruh hati kepada Ratu Yue Liang, Ibu mu. Ratu Yue Liang sangatlah cantik. Wanita dari Kerajaan Timur Laut seperti Ibu mu saat itu menjadi rebutan tiap orang. Pesonanya begitu memikat. Tidak heran Ayahmu juga ingin memiliki Ratu Yue Liang. Lucian menggunakan segala cara untuk merebut Yue Liang dari Raja Nardon. Ayahmu ingin melakukan kudeta. Menggulingkan kepemimpinan Raja Nardon."

Entah raut apa yang harus Thanasa berikan. Kisah yang sangat rumit. Berawal dari percintaan yang menuai konflik. Dan itu karena Ayahnya.

"Dan akhirnya Lucian sukses melakukan kudeta. Ia bahkan berhasil meyakinkan Ratu Yue Liang untuk menikah. Mendiang Raja George tau kalau Raja Nardon dikhianati oleh sang Perdana Mentri. Sahabatnya dikudeta, bahkan dibunuh. Raja George murka ingin menyerang balik pada Lucian. Tapi ternyata ia dibunuh, karena Ayahmu tidak ingin rakyat tau jika ia yang merencanakan semuanya."

Tepat diakhir kalimat, mata Thanasa kembali membendung air yang siap tumpah.

Sekejam itukah Ayah kebanggaannya?

"Bahkan tidak hanya Raja George yang dihabisi. Ayahmu menjajah Kerajaan kami. Ratu Vexia juga dibunuh karena dekat dengan Ratu Yue Liang. Lucian tidak ingin Ibu mu tau kalau ia yang merencakan hal besar tersebut. Rakyat dari Altair banyak yang tewas. Hanya sebagian yang berhasil kabur dari masa jajahan. Pangeran Dilan dan Yang Mulia waktu itu aku yang membawa mereka kabur. Membesarkan mereka berdua layaknya anak sendiri. Sampai beranjak dewasa, Raja Delano mulai menunjukkan kekuasaannya. Mengibarkan kembali nama Altair yang sudah jatuh. Masa kecilnya yang penuh darah, membuat ia berhati dingin dan tidak kenal ampun. Ia tau didunia Kerajaan, banyak penjilat yang harus diwaspadai. Maka kepercayaannya sangatlah mahal."

Air mata Thanasa mulai meleleh.

"Dikepemimpinan Raja Delano, Altair semakin melambung. Raja Delano beserta Pangeran Dilan menghabisi dan menjajah satu-persatu Kerajaan yang membantu Lucian dulu. Hal ini tentu saja diketahui oleh Lucian. Ayahmu memperketat penjagaan istana dan menaruh beberapa prajurit handal disamping mu. Tapi ia salah dengan menempatkan Alord. Alord justru penyusup yang dikirim oleh Yang Mulia. Memata-matai kalian bertahun-tahun."

Kalva melihat cairan bening menetes dari pelupuk indah milik Thanasa. "Jika Ratu tau, keluarga Alord juga dibinasakan oleh Lucian waktu itu. Tanpa tersisa. Makanya ia bersedia masuk dalam wilayah musuh dan menjadi mata-mata disana."

Benar-benar naas.

"Satu lagi. Ini soal Kakak anda. Saat kepergian Ratu Yue Liang karena jatuh sakit. Dirimu waktu itu berumur 5 tahun. Tristan berniat membunuh mu. Tetapi ketahuan oleh Lucian. Bekas luka goresan yang ada dikening Tristan tidak pernah hilang sampai ia dewasa, dan semuanya akibat ulah Lucian. Waktu kecil, Tristan sering dihukum oleh Lucian. Kakakmu dicambuk dan sering dikirim ke kandang macan. Hampir mati. Bersyukur waktu itu dirimu demam karena mencari Tristan. Rasa sayang mu menyelamatkan Tristan. Lucian mengurungkan niatnya untuk membunuh Tristan. Karena ia tahu, kau tidak akan bisa tidur jika tidak ditemani oleh Tristan sejak itu. Mungkin karena kau tulus menyayangi Tristan. Kakak mu jadi goyah dan tidak lagi membenci mu. Bahkan menganggap mu sebagai adik kandung. Sejak saat itu kalian menjadi sangat dekat."

Ya. Itu benar mereka sangat dekat. Sejak kecil, Thanasa tidak bisa tidur sendiri. Saat ditemani Tristan, ia baru bisa memejamkan mata. Jika tidak melihat Tristan dalam beberapa hari, ia akan nangis sampai demam.

Namun, tidak disangka. Kakak yang ia hormati, mengalami berbagai penderitaan sejak kecil.

Ia merasa bersalah, kian menangis membayangkan siksaan dari sang Ayah kepada Tristan.

Rasanya Thanasa ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Ia tak sanggup menanggung beban yang begitu besar kepada orang-orang yang menjadi korban Ayahnya.

Terutama Delano.

Pria yang dia benci selama ini. Suaminya tersebut ternyata juga mengalami penderitaan yang amat perih. Thanasa jadi mengerti kenapa Delano membunuh sang Ayah. Jika ia diposisi Delano, pastinya ia juga akan melakukan hal yang sama.

Kerajaan ini menjadi saksi tragedi yang mencekam. Tapi Kerajaan ini malah menempatkan dirinya sebagai Ratu.

Apa yang dikatakan Grace memanglah benar.

Ia sangat tidak tahu diri.

Isakkan Thanasa membuat Kalva iba. Tapi mau bagaimana lagi. Thanasa harus mengetahui kejadian yang sebenarnya. Kalva tidak ingin Thanasa membenci Delano. Tabib handal itu hanya menginginkan kebahagiaan yang layak untuk keduanya.

Biarlah masa lalu menjadi masa lalu.

Sampai kapan dendam dan pertumpahan darah akan terjadi?

Bukankah hidup dengan damai adalah cara yang paling bagus?

***

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora