26.Ikatan

14.2K 1.3K 30
                                    

Pernikahan Delano dan Lilia berjalan khidmat. Seluruh penjuru Altair ikut berbahagia. Terdapat keluarga besar Lilia yang juga hadir disana. Upacara pengikatan hidup Raja Altair dan Putri Lilia menuai kegembiraan bagi banyak orang.

Sesaat ritual utama telah selesai, semua orang disuguhi berbagai pertunjukkan dan hidangan khas Altair.

Sementara Thanasa, tiga hari yang lalu sudah berangkat ke Kerajaan Claus yang sebelumnya adalah Kerajaan Lucian.

Memangnya wanita mana yang sanggup melihat suaminya menikah dengan wanita lain?

Demi menghibur diri, sejak kemarin Thanasa mengelilingi daerah Kerajaan Claus yang dipimpin oleh Tristan. Bisa dibilang sang Kakak membawa perubahan yang sangat besar untuk rakyat. Apalagi mereka yang ada didesa terpencil.

Dulu Thanasa tidak banyak tahu tentang dunia luar istana karena Lucian terlalu protektif. Perasaan si gadis kembali terenyuh jika mengingat kematian sang Ayah. Entah apa rencana Tuhan hingga dirinya harus melewati bermacam lika-liku pahit kehidupan.

Safir coklat itu kini menyapu semua pemandangan alam disekitar desa. Mentari oranye menghias alam dengan memesona. Dalam hitungan waktu, panorama indah didepan mata akan segera menghilang digantikan gelap malam.

Membuang napas kasar, Thanasa segera masuk ke tandu untuk menuju balik ke Altair.

Ia yakin, pernikahan Delano dan Lilia pasti sudah selesai. Jika ia sampai nanti, kemungkinan bisa sangat larut. Tapi memang itu yang Thanasa harapkan dibanding harus menyaksikan tontonan yang akan semakin membuat dirinya terluka.

***

Langit tampak lebih kelam dan mendung dari biasanya. Angin berhembus kencang pertanda hujan akan turun.

Delano masih setia berdiri dibelakang istana. Ia melamun. Seharusnya malam ini adalah malam penting untuk dirinya dan Lilia. Tapi Raja Altair tersebut malah tidak semangat sekali.

Pria itu tahu kalau Lilia pasti sedang menunggu dikamar.

Ia tidak peduli.

Hatinya kosong dan tidak minat melakukan apapun.

***

Gugup, Lilia duduk gusar diatas ranjang. Ah gadis itu tidak tahu harus bersikap apa ketika Delano datang nanti.

Sudah dua jam ia menunggu.

***

Rintik hujan turun.

Perlahan tapi lama kelamaan berubah deras disertai badai.

Pakaian para prajurit basah kuyup. Mereka tidak bisa berjalan dengan tandu karena jalan jadi licin akibat hujan. Maka terpaksa Thanasa harus turun dari tandu dan menaiki kuda Tristan. Lelaki tersebut memberi mantelnya.

Pelayan kaum wanita juga demikian, duduk didepan prajurit yang menunggangi kuda.

Bersiap, mereka melanjutkan. Meninggalkan tandu disana yang sudah terbang dibawa angin.

Dalam perjalanan, tubuh didepan Tristan bergetar dan menggigil. Apa yang ditakutkan Tristan mulai terlihat.

"Bertahanlah, kita sedikit lagi sampai."

Kuda terus dipacu cepat sembari memerhatikan jalanan. Pikiran Tristan kian tak terkontrol tatkala mendengar adiknya kesusahan napas.

Si pria panik dan khawatir.

"Thanasa, bertahanlah. Aku mohon, sebentar lagi."

Rahang Tristan mengeras saat merasakan badan Thanasa kaku dan tidak bergerak. Gadis tersebut pingsan.

Ia menoleh keprajurit disamping.

"Lebih cepat!!"

Kalut.

Tristan takut terjadi sesuatu yang buruk.

Selang beberapa menit, mereka sampai.

"Cepat panggilkan tabib! Bilang kalau Ratu terkena hipotermia!"

***

Langkah kaki terdengar keras dan cepat. Terengah-engah, si prajurit menatap punggung Delano.

"Yang Mulia, Ratu sudah kembali tapi ia terkena serangan hiportemia."

Jiwa Delano terhenyak. Sedetik kemudian ia lari kencang menuju kamar sang istri diikut ketiga prajurit dibelakang.

Dentuman keras dari pintu membuat orang-orang beralih. Refleks saja mereka yang posisinya rendah menundukkan kepala memberi hormat.

Menghampiri sosok yang terlunglai lemah, Delano langsung duduk disisi ranjang dan meraih tangan kanan gadisnya. Menangkup menggunakan kedua tangan dan diusap-usap.

Raut khawatir tercetak jelas disana.

Badan Thanasa digosok oleh Kalva menggunakan tumbuhan untuk efek penghangat badan.

Seorang wanita dengan pakaian pengantinnya masuk.

Sama seperti yang lain, ia juga bingung serta cemas memandangi Thanasa yang tampak tak berdaya.

"Ada apa dengan Ratu?"

"Adik ku terkena hiportemia." Jawaban Tristan sukses membuat Lilia menutup mulut kaget. Astaga, perempuan yang dikiranya sangat kuat itu ternyata mempunyai tubuh yang begitu rapuh. Lilia ikut sedih. Dia hanya berdoa semoga Thanasa bisa segera pulih.

"Yang Mulia, seperti waktu itu. Harus ada bantuan supaya Ratu bisa meminum ramuan obat."

Tangan Delano terulur mengambil mangkok dari Kalva. Meneguk minuman, ia langsung menyalurkannya pada Thanasa. Berulang kali sampai caira hitam itu habis.

Lilia melihat Delano begitu memperhatikan Thanasa. Cara Delano menatap Thanasa begitu dalam. Terpancar kegelisahan dari si pria. Apalagi genggaman kuat disana.

***

Waktu berlalu. Menyisakan dua sejoli diruangan tersebut.

Mata Delano tidak pernah lepas dari wajah damai Thanasa. Membelai lembut, bibir itu melengkung.

Ia baru sadar beberapa hari ini mereka tidak berkomunikasi sama sekali.

Jujur saja Delano merindukan Thanasa.

Satu-satunya harapan, ia hanya ingin sang istri cepat sadar.

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang