25.Lilia

13.9K 1.1K 69
                                    


Happy reading!

***

Hari ini Istana disibukkan dengan dekorasi dan beberapa perlengkapan lainnya untuk penyambutan Lilia besok. Para pelayan hilir mudik menyiapkan banyak hal. Barang-barang yang dipilih pun tampak berkualitas dan tidak main-main.

Hati Thanasa kian terenyuh sakit.

Persiapan penyambutan Lilia begitu mewah dan sempurna. Jika diingat-ingat, dulu saat kedatangannya kesini diawali dengan hal yang tidak mengenakan sama sekali. Ia dipenjara dan ditawan selama beberapa hari. Berbeda dengan Lilia yang diterima seluruh Altair dengan suka cita dan bahagia.

Perbedaan drastis antara dirinya dengan gadis yang belum ia lihat sama sekali.

Lander bilang, Lilia adalah orang baik. Tapi apakah itu hanya asumsi Lander saja?

"Salam, Ratu." Sapa seorang pelayan yang hendak melewati Thanasa.

"Apa yang kau bawa?" Cegat Thanasa sebelum pelayan tadi benar-benar pergi. Sebuah botol berisi cairan hijau jernih menarik perhatian Thanasa. Ia menatap dalam pada botol yang dibawa sang pelayan.

"Ini adalah pengharum ruangan untuk Putri Lilia, Ratu. Raja sendiri yang memintanya."

"Raja?"

Pelayan itu mengangguk. "Raja bilang Putri Lilia menyukai aroma ini. Jadi dia menyuruhku untuk menaruh kedalam kamar Putri Lilia."

Bibir Thanasa lagi-lagi mengulas senyum getir. Bahkan suaminya hapal dengan pengharum ruangan yang disukai wanita lain.

"Baiklah kau boleh pergi." Tepat setelah kepergian pelayan tadi, Thanasa pun melangkahkan kaki menuju rumah kaca yang berisi bunga-bunga indah.

Dia lelah. Butuh ketenangan.

Ruangan ini cukup sepi disaat yang lain sedang sibuk mengatur penyambutan Lilia. Rambut Thanasa melayang pelan saat angin berhembus sepoi kearahnya. Begitu kakinya masuk, aroma serbuk dari bermacam-macam bunga langsung tercium. Thanasa terus melangkah hingga berhenti pada barisan mawar putih. Tangan yang masih dibalut kain putih itu terulur dan memetik satu diantaranya.

"Aahh." Thanasa meringis sakit lantaran tangannya yang tertusuk duri. Darah segar keluar dari satu titik kecil tusukan itu dan mengenai kelopak putih si bunga hingga sedikit ternodai menjadi merah.

Thanasa tertegun beberapa saat. Ia jadi memikirkan nasib dirinya sekarang yang berubah banyak. Dulu ia hidup tanpa beban dan begitu disayangi di Kerajaannya. Hingga satu titik noda perbuatan kejam sang Ayah- mengakhiri semua kedamaian.

Kalau dipikir-pikir. Hidupnya memang tak terarah dan cukup berduri seperti bunga yang ia pegang.

Kaki jenjangnya mengayun ke sisi sudut ruangan setelah mengambil beberapa bunga lainnya dengan warna yang berbeda-beda. Disana terdapat meja dan kursi yang sudah disediakan. Thanasa duduk sembari merangkai bunga yang telah ia petik. Hm, sesekali mungkin dia memang harus kesini untuk meredakan semua emosi dan sakit hatinya.

"Bunga mana yang kira-kira cocok untuk Putri Lilia?" Suara beberapa orang terdengar, kegiatan Thanasa terhenti. Apalagi mendengar nama Lilia disebutkan. Ia memilih diam mendengarkan.

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Where stories live. Discover now