50 : Masih Ingin Berusaha

197 33 0
                                    

Tidak ada perubahan jika tak ada usaha
Tidak ada usaha yang berhasil jika tak diiringi doa

P

ria berbadan tegap itu pun masuk ke rumahnya. Setelah seharian penuh mengisi kelas di kampus. Saat kali pertama masuk, ia merasa aneh. Biasanya sang istri sudah menyambutnya dengan senyuman dan sebuah teh hangat yang telah di sediakan. Tidak lupa istrinya akan mencium punggung tangannya kemudian membantu membawakan tas menuju kamar.

Tapi kali ini berbeda, ia tak melihat sosok itu lagi. Hanya umi dan abinya saja yang duduk di meja tamu sambil memurajaah hafalan keduanya. Romantis sekali pasangan ini, sudah lebih dari setengah abad umurnya tapi tetap berdua dan buat baper.

" Sudah pulang Ilyas?" Tanya Zahra menengok sebentar ke anaknya.

Ilyas yang ditanya pun berjalan ke arah orang tuanya lalu mencium tangannya. " Zahwa mana mi?" Tanya Ilyas.

" Tadi di kamar". Jawab Zahra.

" Tumben dia ga nungguin aku pulang". Kata Ilyas dengan raut kecewa. Padahal sedari tadi ia telah menyiapkan hadiah untuk istrinya.

" Mungkin dia tidak tahu kamu pulang, buruan ke kamar". Sahut Zulfa kemudian.

" Abi ngusir aku nih?" Tanya Ilyas.

" Iya, gangguin orang lagi pacaran aja". Kata Abi terkekeh.

Lantunan ayat yang dibacakan orang tuanya mengiringi langkah Ilyas menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Kemudian ia masuk dan mendapati istrinya yang tertidur di meja belajar.

Sebuah senyuman tertarik dari bibir tipis miliknya. Istrinya sangat lucu dan semakin cantik saat ini, entah karena hormon kehamilannya atau mungkin hati Ilyas sudah beralih padanya.

Ilyas menyimpan buku yang tadinya dibaca oleh Zahwa. Kemudian mengangkat Zahwa untuk di pindahkan ke ranjang. Cukup berat dan Haris kewalahan. Bagaimana tidak, sekarang usia kehamilan Zahwa susah masuk bulan ke 7 dan tentunya perutnya sudah cukup besar.
Ilyas kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Zahwa terbangun dari tidurnya, ia merasa aneh. Rasanya tadi berada di meja belajar tapi kenapa sekarang ia berbaring di ranjang. Ia melihat tas Ilyas yang sudah terletak di kursi biasa. Ia juga melihat lampu kamar mandi yang menyala. Ternyata Ilyas sudah pulang.

" Astaghfirullah". Gumam Zahwa. Apa tadi Ilyas yang membopong nya ke sini? Tidak lama setelah itu Ilyas keluar dari kamar mandi dengan ujung rambut yang basah.

" Mas sejak kapan pulang?" Tanya Zahwa gugup.

" Baru aja". Jawab Ilyas santai kemudian meraih sajadah dan membentangkannya.

" Sudah shalat isya zawjati?" Tanya Ilyas. Zahwa tergagau, ini adalah kali pertamanya Ilyas memanggilnya dengan sebutan itu.

" B-belum". Jawab zahwa.

" Ayo!! mas yang  jadi imam nya". Kata Ilyas.

Zahwa terkejut tak percaya, jika bisa dihitung mungkin ini kali ke enam Ilyas mengajaknya shalat berjamaah. Bisa di bilang, mungkin satu kali dalam satu tahun. Karena mereka baru menikah selama 6 tahun.

Disisi lain, Zahwa merasa bahagia diajak shalat berjamaah dengan Ilyas. Tapi perbicangan Ilyas dan Alisa kemarin menjadi beban untuknya. Ternyata dugaannya benar, Ilyas menikahinya hanya untuk pelampiasan.

Cinta diatas Cinta [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang