1.4

786 150 10
                                    

Jangan lupa vote and comment














Larangan yayah Jaehyun kepada Jeo mengenai basket sepertinya tidak terlalu digubris oleh remaja 13 tahun itu. Jeo tetap mendaftar di klub basket putri di sekolahnya dan berhasil lolos ke tim inti walau dia baru menjadi anggota selama tiga bulan. Di angakatannya hanya Jeo yang lolos untuk masuk ke tim inti yang nantinya akan menjadi delegasi sekolah untuk turnamen basket.

"Bun, aku ke rumah kak Aena ya?" pamit Jeo pada bubun. Sebenarnya Jeo akan pergi untuk latihan tapi dia memilih berbohong karena jika sampai yayah Jaehyun tahu dia masih latihan basket di saat menjelang UTS, yayah pasti akan melarangnya.

"Yaudah, jangan malem-malem ya pulangnya. Sebelum maghrib pulang."

"Iya bun." Setelah berpamitan Jeo berangkat ke rumah Aena karena grab pesanannya menunggu di sana. Dia tidak mungkin untuk memesan grab langsung dari rumah karena pastinya akan ketahuan.

Tempat latihan Jeo tidak terlalu jauh dari rumah. Sekitar 10 menit dia sudah sampai di tempat latihannya. Jeo adalah yang paling muda di tim inti sehingga kakak kelasnya banyak yang mengayomi Jeo. Di rumah Jeo selalu merasa kesepian, hanya bubun yang mau menghabiskan banyak waktu dengannya. Beda lagi jika dia sudah di sekolah dan latihan, Jeo tidak sendiri karena banyak yang menemaninya. Sikap Jeo yang ramah dan pandai bergaul membuatnya mudah dekat dengan oranglain.

"Jeo, gimana kaki lo mendingan gak?" tanya salah satu senior Jeo di tim basketnya. Latihan dua hari lalu membuat kaki Jeo bengkak dan Jeo mengeluh nyeri dan panas di sekitar pergelangan kakinya. Saat ditanya bubun Jeo hanya bilang jika kakinya bengkak akibat menabrak meja.

"Gak papa kok kak Ray, udah dikompres pake es batu."

"Bagus deh, ayo kita mulai latihan. Lo switch sama Hani ya, lo jadi small forward aja. Lo gak mungkin bisa jadi Center ataupun Power Forward kalau kaki lo masih bengkak gitu. Mau lompat gimana lo pas Rebound sama Tip off."

"Iya kak." Jeo memang memiliki tinggi badan yang lumayan walau masih berusia 13 tahun. Hal ini membuat dia sering dijadikan Center atau Power Forward dalam pertandingan ataupun latihan.

Latihan kali ini berjalan lancar dan para pemain tidak terlalu diforsir karena mereka sebentar lagi akan menghadapi UTS. Sebelum pulang Jeo lebih dulu mengganti sepatu olahraganya dengan sandal jepit biasa agar tidak dicurigai orangtuanya. Jeo tadi izin ke rumah Aena-anak Lucas dan akan terlihat aneh jika dia pergi menggunakan sepatu olahraga ke rumah yang jaraknya hanya empat rumah dari rumahnya.

Aena sebenarnya juga bagian dari tim basket yang Jeo ikuti, hanya saja kali ini Aena sedang absen untuk turnamen satu bulan ke depan karena cidera ligamen. Biasanya Aena lah yang membantu Jeo untuk izin ke orangtuanya dan Aena juga lah yang mengajarkan Jeo tentang bagaimana mencari alasan saat meminta izin.








**********










"Dari mana aja kamu?" Jeo sangat terkejut saat dia membuka pintu rumah ada yayah Jaehyun yang duduk di ruang tamu dan menatap Jeo datar. Yayah Jaehyun sudah mengenakan sarung serta baju koko dan bersiap untuk sholat maghrib, hal ini menandakan jika Jeo pulang ke rumah sudah terlalu sore.

"Dari rumah kak Aena yah."

"Serius gak bohong?"

"I ... ya ... yah." Dalam hati Jeo terus mengucapkan maaf pada yayah Jaehyun karena sudah berani berbohong.

"Kamu udah berani bohong ya? Mau boongin yayah kamu? Yayah dari sore di rumah om Lucas gak ada kamu tuh di sana." Jeo lupa jika kemarin yayah Jaehyun bilang akan pergi ke rumah Aena untuk bertemu dengan papanya. Mereka membahas perihal otomotif dan sudah dipastikan yayah Jaehyun akan ada di sana dalam kurun waktu yang cukup lama. Jeo harusnya mencari alasan lain selain rumah Aena.

"Maaf yah, Jeo gak maksud. Jeo tadi latihan basket buat persiapan turnamen."

"Basket lagi! Udah yayah bilang kan fokus sekolah aja kamu tuh kenapa ngelawan yayah sih? Gara-gara basket kamu berani bohong kan? Kamu izin ke bubun buat kerumah Aena tapi kamu malah latihan basket."

"Maaf yah, aku cuma takut yayah marah."

"Kamu bohong juga bikin yayah marah, Jeovana Aatreya Jung!!"

"Yah, udah jangan marah-marah terus. Bentar lagi maghrib," tegur bubun pada sang suami. Dia sangat tahu jika suaminya itu suka kelepasan jika sedang kesal.

"Jeo kamu mandi sana trus siap-siap sholat."

Sebenarnya bubun juga kecewa dengan Jeo yang berani berbohong untuk bisa latihan basket tapi dia juga bisa memahami alasan Jeo. Setelah Jeo pergi ke kamarnya barulah yayah dan bubun berbicara untuk membahas kelakuan anak bungsu mereka. Bagaimanapun tindakan Jeo yang sampai berani berbohong disebabkan oleh sikap mereka sebagai orangtua.

"Yah, kalau kamu mau negur anak-anak kamu intropeksi diri dulu gimana sikap kamu ke mereka."

"Loh kok kamu jadi salahin aku sih bun? Jeo udah berani bohong bun."

"Jeo memang salah, aku akuin dia salah. Tindakan dia gak bisa dibenarkan tapi kan dia kayak gini karena kamu gak pernah izinin dia buat jalani hobi dia yah? Kenapa kamu gak bisa dukung hobi dan bakat dia sih?"

"Bun, seumuran dia tuh harus dibiasain disiplin belajar. Kalau dia basketan mulu kapan belajarnya? Kamu udah lihat kan gimana nilai anak kamu? Kalah jauh bun sama kakak-kakaknya"

"Loh, kamu gak bisa bandingin gitu lah yah. Tiap anak kan pasti beda bakatnya? Kamu gak bisa mukul rata tingkat pencapaian mereka dalam hal akademik. Pilih aja ya sekarang, kasih izin Jeo buat aktif di tim basket atau aku yang kasih kamu hukuman." Jika sudah begini yayah sudah tidak bisa berkutik. Yayah Jaehyun adalah suami yang kata orang tingkat kebucinannya pada bubun Junghee sudah di luar batas kewajaran.

"Gak tau, aku mau sholat maghrib. Kamu siap-siap wudhu trus panggil anak-anak buat jamaah."

Bubun hanya bisa menurut apa yang dikatakan suaminya dan pergi ke kamar anak-anak untuk mengajak mereka sholat berjamaah. Kamar terakhir yang bubun datangi adalah kamar Jeo dan saat dia sampai dikamarnya, anak bungsunya itu hanya duduk di meja belajarnya dan melamun.

"Adek mau maghrib kok ngelamun sih?" Jeo tersadar dari lamunannya dan tersenyum ke arah bubun.

"Mau ajakin jamaah ya bun? Bentar ya adek ambil wudhu dulu."

"Duduk dulu dek, bubun mau ngobrol bentar."

"Ngobrol apa bun?"

"Kamu kenapa bohong ke bubun? Kan bubun juga bakal izinin kamu kalau kamu izinnya bener-bener."

"Adek takut kalau bubun cerita ke yayah dan yayah gak bolehin adek main basket lagi."

"Dek, kamu gak seharusnya bohong tapi. Kalau kamu sekali bohong ke yayah sama bubun, kita bakal susah untuk percaya ke kamu lagi."

"Maafin adek ya bun."

"Kamu berdoa terus ya semoga yayah kamu bisa kasih izin. Bubun bantu kamu untuk bicara sama yayah nanti."

"Beneran bun?"

"Iya, tapi kamu janji jangan pernah bohong kayak gitu lagi? Kamu juga belajar bagi waktu ya supaya yayah kamu gak marah-marah ke kamu."

"Iya bun, makasih banget ya. Sayang bubun banget."
















Kayaknya aku gak bisa lama-lama deh berfokus ke masa kecil mereka karena kayaknya klimaks konflik akan ada saat mereka dewasa. Aku juga gak bisa buat cerita ini terlalu panjang kayak Double J.

Aku mau fokusin ke problematika anak kembarnya doang jadi gak banyak konflik dari luar dan aku juga gak mau masukin terlalu banyak adegan tidak penting. Setelah ini tamat, aku mau publish cerita punya kakak Jasmin karena kalau sekarang aku kayaknya gak sanggup buat handle 5 cerita ongoing. Maaf ya, kalau lama. Semoga kalian masih mau tunggu cerita Jasmin.

Aatreya & Ezekiel || JJH (COMPLETED)Where stories live. Discover now