1.8

745 145 6
                                    


Jangan lupa vote and comment.






"Abang, jajanin adek tahu bulat dong," ujar Jeo riang saat dia melihat Jaden baru keluar dari gerbang sekolahnya. Seperti biasanya setelah pulang sekolah Jeo akan pergi ke sekolah Jaden untuk pulang bersama. Biasanya bubun yang akan menjemput mereka pulang sekolah, tapi kali ini mereka harus pulang sekolah menggunakan taxi online karena bubun sedang sakit dan tidak bisa menjemput mereka.

"Tahu bulat mulu lo dek. Pacaran sana sama abang tahu bulatnya."

"Dih, tipe gue tuh kayak bang Leo. Baik, cakep, perhatian, sabar, penyayang, baik hati dan rajin menabung. Udah ah, ayo kita pulang, lokasi tujuannya dua aja bang sama sekolah kakak biar patungan grabnya bareng. Rumah bang Leo kan jauh dari sini, sayang atuh uang jajan adek jadi cari donatur tambahan lewat kakak." Sejak insiden pertengkaran yayah dan bubun, bubun membawa semua anaknya pergi dan mengungsi di rumah Leo yang baru saja kembali ke Indonesia.

"Kalau yang mau kayak gitu mah lo harus jadi cewek asli gak jadi-jadian."

"Gimana bang? Gue jadi-jadian? Kalau gue cewek jadi-jadian lo cowok jadi-jadian berarti. Lo kan takut panas sampe tiap hari rajin pake sunblock."

"Masculinity banget sih lo."

"Lah lo apaan ke gue tadi?" Jaden memilih untuk mengalah karena dia tau adiknya itu ahli dalam hal beradu mulut.

"Udah deh, ayo kalau mau beli tahu bulat." Jeo akhirnya tersenyum senang lalu pergi ke pedagang tahu bulat yang biasa berjualan di samping gerbang sekolah Jaden.

"Abang, adek." Jeo dan Jaden sama-sama menoleh dan mendapati mobil yayah mereka dan yayah yang memunculkan kepalanya dari kaca jendela.

Jeo dan dan Jaden hanya terdiam sampai akhirnya yayah mensejajarkan posisi mobilnya dengan Jaden dan Jeo. Dari kaca jendela kemudi yang terbuka, Jeo dan Jaden dapat melihat Jasmin yang duduk di samping yayah dengan wajah kesal.

"Pulangnya ikut yayah aja ya. Kita makan dulu." Jaden dan Jeo hanya saling memandang kemudian menatap Jasmin yang hanya mengangguk menandakan jika mereka sebaiknya ikut masuk ke dalam mobil yayah.

Sejak di dalam mobil hingga sampai di tempat makan yang menjadi langganan keluarga mereka, yayah tidak berhenti untuk berusaha mengobrol dengan ketiga anaknya walau tidak begitu ditanggapi. Baik Jaden, Jeo maupun Jasmin masih canggung karena kemarahan yayah tempo lalu masih mereka ingat.

"Kalian mau pesen apa? Cumi asam manis kayak biasanya? Sama kepiting saos padang juga?"

"Kita mau pulang yah, kalau yayah mau bicara cepetan dan gak usah basa-basi," ujar Jasmin sinis. Yayah baru akan meluapkan emosinya tapi diurungkan karena mengingat tujuannya untuk bertemu anak-anaknya bukanlah untuk bertengkar melainkan mencari kedamaian.

"Yayah kangen sama kalian semua. Yayah kangen sama kalian, sama bubun juga," ujar yayah dengan nada lirih namun Jasmin sudah menutup hatinya hingga tidak bisa merasakan iba samasekali kepada yayah. Jasmin masih ingat pertengkaran tempo hari yang membuatnya begitu kesal atas semua sikap yayah.

"Mau nyuruh kita pulang?" sarkas Jasmin sementara si kembar hanya bisa terdiam dan saling memandang. Dalam hati mereka berdoa semoga yayah dan Jasmin tidak bertengkar saat ini dan membuat keributan di restoran langganan mereka. Mereka tidak ingin di blacklist dari restoran seafood favorite keluarga.

"Kak, bisa duduk dan dengerin yayah ngomong?" Yayah masih mencoba bersabar untuk menghadapi anak sulungnya yang keras kepala dan temperamen.

"Kalau yayah masih belum ngerubah sifat yayah, jangan harap kita bakal pulang ke rumah. Yayah renungin semua kesalahan yayah!" Jasmin pergi saat itu juga disusul Jaden yang tidak ingin kakaknya itu pergi dengan emosi yang bisa membuatnya melakukan tindakan gila.

Tersisa Jeo yang memandang yayah dengan tatapan sendu. Jeo sebenarnya sudah sangat iba dengan yayah, tapi dia teringat kembali semua sikap pilih kasih yayah yang terkadang membuat Jeo sedih. Sikap yayah sudah menumbuhkan rasa iri dan cemburu di hati Jeo untuk kedua saudaranya. Beruntung Jeo tidak menyimpan rasa benci untuk kedua saudaranya dan yayah.

"Dek, kamu gak mau ngasih tau dimana kalian tinggal? Yayah gak bisa ditinggal sendirian dek. Yayah sedih gak ada kalian di rumah."

"Maaf yah, bukannya adek mau jahat atau kurang ajar sama yayah tapi yang yayah rasain juga apa yang pernah adek rasain. Adek juga sedih kalau yayah ninggalin adek sendirian karena fokus ke abang sama kakak doang."

"Dek, kamu mau bales dendam ke yayah?"

"Yah, dari kecil sampe sebesar ini bubun gak pernah ajarin aku buat bales dendam sama orang apalagi sama yayah. Adek sayang banget sama yayah tapi sekarang biarin kita jauh dulu dari yayah. Yayah harus renungin semua sikap yayah dan berhenti buat bubun sedih mikirin sikap yayah. Jaga diri yayah ya, semoga bubun bisa cepet maafin yayah dan bawa kita pulang ke rumah lagi buat ngumpul sama yayah. Jujur adek kangen yah sama suasana rumah tapi adek mau yayah belajar renungin dulu semua kesalahan yayah." Jeo pergi setelah mengatakan kalimat itu dan pergi untuk menemui Jasmin dan Jaden di luar restoran.

"Ngomongin apa sih lo sama yayah pin? Ngapa lama banget?" kesal Jasmin yang daritadi menunggu Jeo keluar dari dalam restoran.

"Kak, lo benci banget ya sama yayah?"

"Lo pikir gue anak durhaka?" kesal Jasmin saat Jeo menuduhnya.

"Ya kenapa kakak kok sinis banget sih sama yayah? Gimanapun kan dia orangtua kita kak."

"Orangtua tuh gak bakal beda-bedain anak sama maksa anaknya ini itu. Yayah tuh udah kayak kompeni suka nyuruh kita ini itu buat disombongin ke rekan kerjanya."

"Tapi kan yayah sayang banget sama kakak. Dia selalu banggain kakak dan nurutin kemauan kakak."

"Dia gitu ya ada maunya lah. Dia mau gue terus nurut sama dia dan terus bikin dia bangga sampe gue hampir stress buat menuhin tuntutan yayah."

"Setidaknya kan kakak disayang sama yayah gak kayak gue yang selalu diabaikan sama yayah. Kalau gue jadi lo kak, gue bakal tetep berusaha menjadi yang kayak yayah mau asal yayah sayang dan prioritasin gue. Sayangnya gue gak bisa kayak lo, seberapa keras gue belajar dan berusaha gue gak bisa kayak lo dan abang. Bener sih kata yayah dulu, mau digimanain juga gue gak bisa nyamain kalian mangkanya yayah udah hopeless tentang gue dan milih bodo amat sama gue."

Baik Jasmin dan Jaden merasa tertampar saat itu juga. Mereka berdua sadar jika apa yang mereka rasakan tentang perlakuan yayah tidak sebanding dengan yang Jeo rasakan. Jeo si anak bungsu tapi merasa menjadi sulung yang harus selalu mengalah dan bersikap dewasa atas sikap yayah.










Maaf banget aku jadi slowupdate karena aku lagi ada masalah di RL dan hectic kuliah sama organisasi yang mempengaruhi produktifitasku dalam menulis. Aku kayaknya gak mau bikin cerita ini jadi cerita dengan banyak part karena aku masih ada hutang cerita balada kisa cinta kakak Jasmin. Makasih ya buat kalian yang mau baca. Aku sayang kalian semua pokoknya.

Oh iya, semoga kamu cepat sembuh Ibu Pertiwi. Yang turun ke jalan semangat ya dan semoga selalu dilindungi Tuhan. Tetep jaga ketertiban dan kesehatan.

Aatreya & Ezekiel || JJH (COMPLETED)Onde histórias criam vida. Descubra agora