1.6

774 153 12
                                    

Ada yang masih nungguin? Jangan lupa vote and comment ya.











"Mau tau cerita gak?"

"Cerita apa sih?"

"Tau gak sih kalian, itu tuh kakaknya si Jaden yang namanya Jas jas siapa gitu suka keluar masuk club gitu loh. Suka mabuk sama balapan liar juga."

"Ah, yang bener lo? Ya kali itu adeknya siswa teladan gitu kakaknya bisa gitu. Lagian gue denger-denger juga kakak dia pinter banget."

"Seriusan, kakak gue sendiri yang cerita. Bener sih kakaknya pinter tapi kalau akhalkless mah buat apa. Sampah tau gak."

Tanpa mereka sadari sejak tadi Jaden mendengar semua obrolan mengenai mereka mengenai Jasmin. Sebagai adik Jaden jelas merasa marah sekalipun dia tahu jika itu adalah sebuah kebenaran. Sebelumnya mereka mengirimkan foto Jasmin yang tengah mabuk kepada Jaden dan sekarang mereka mulai berani membicarakannya di depan umum bahkan di lobby sekolah saat banyak siswa yang berlalu lalang karena sekarang sudah jam pulang sekolah.

"Lo kalau ada masalah sama gue ngomong di depan jangan dibelakang gue, cuk." Ingatlah jika Jaden memiliki darah Jawa Timur yang sangat kental. Tidak heran jika dia memiliki koleksi umpatan yang akan dilontarkan kala emosi.

"Loh kok lo nyolot tapi kan bener!!"

"Gak usah ngomongin kakak gue kalau kakak lo aja juga belum bener. Jamin kakak lo itu masih segelan? Gue liat IG sama pacarnya kok mainnya ke Bali berdua. Bohong banget sampe kakak lo itu gak pernah yang enggak-enggak sama pacarnya. Setidaknya kakak gue gak murah sampe mau disentuh cowok yang belum jadi muhrimnya. Najis banget, lo sama kakak lo sama aja. Biang dosa pake segala cari dosa orang!"

Masih ingat bukan jika Jaden memilik perkataan yang sinis cenderung ketus? Ya itulah Jaden. Jaden akan mengeluarkan segala yang terlintas di kepalanya tanpa ragu. Tidak peduli jika kata-katanya akan terdengar kasar ataupun menyakiti perasaan orang. Namun, berkat itu dia bisa membuat bungkam teman-temannya.

"ABANG JAJANIN ADEK TAHU BULAT DONG!!" Jaden hanya menghela nafasnya saat dia mendengar kalimat itu dan melihat Jeo sedang berdiri di luar pagar sekolahnya sambil melambaikan tangan. Sekalipun kelihatannya Jaden begitu malu dengan sikap Jeo, dia tetap tersenyum saat melihat Jeo yang merupakan saudara kembarnya kala perempuan itu bersikap konyol.

Setiap hari Jeo memang akan mampir ke sekolah Jaden karena Bubun akan menjemput mereka di sekolah Jaden. Sekolah mereka cukup dekat dan Jeo sering meminta tumpangan untuk diantar ke sekolah Jaden dengan alasan agar Bubun tidak perlu memutar arah untuk ke sekolahnya.

"Lo tuh tahu bulat terus gak bosen apa?"

"Gak lah bang, kan tahu bulatnya digoreng dadakan pake micin yang banyak."

"Jangan sampe Bubun tau lo suka jajan micin ya!"

"Paling Bubun cuma bilang "Arek loh panganane micin teros". Bubun mah santuy bang." Dalam hati Jaden tertawa melihat tingkah Jeo yang kelewat tengil itu.

"Udah sana beli keburu Bubun dateng!" todong Jaden pada Jeo sembari mengeluarkan uang sepuluh ribu untuk Jeo. Tanpa menunggu lama Jeo langsung pergi menghampiri pedagang tahu bulat yang berjualan dengan mobil pick up dan parkir tidak jauh dari pintu gerbang sekolah Jaden.

Jaden masih duduk diam sembari memikirkan semua obrolan temannya tadi. Jaden boleh terlihat sangat tidak peduli dan apatis tapi bagaimanapun dia tetap peduli pada keluarganya. Yang ada di pikirannya adalah reaksi dari Yayah dan Bubun saat mereka tahu kelakuan Jasmin.

"Bubun." Jaden baru tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Jeo yang memanggil Bubun.

Setelah Bubun memberikan perintah untuk masuk ke dalam mobil baik Jeo maupun Jaden menurut dan keduanya duduk di kursi belakang. Mereka berencana untuk pergi ke mall terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.







Aatreya & Ezekiel || JJH (COMPLETED)Where stories live. Discover now