TUJUH BELAS

48.7K 2.9K 64
                                    

Happy Reading❤
...................................

Yuk di vote dan komen yaa😉 komen yang greget, biar semangat buat up!❤

Kurang lebih sudah dua bulan lamanya Farhan tinggal bersama istri dan anak-anaknya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Kurang lebih sudah dua bulan lamanya Farhan tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Farhan sudah mengajak Anna untuk tinggal di rumah yang lebih besar, namun ia menolaknya. Triple E ingin, namun karna Bunda mereka menolak, mereka pun ikut menolak. Mereka tak akan bisa jauh dari Bunda mereka.

Hari ini adalah hari libur, mereka pun pergi ke Mall. Farhan juga memberikan Anna black cardnya. Awalnya Anna menolak, namun Farhan memaksanya dengan berbagai alasan hingga Anna menerimanya.

Kini mereka sedang di tempat permainan. Ella meminta pada Ayahnya untuk bermain capit boneka. Eza dan Erik pun juga meminta pada Ayah mereka untuk bermain lempar bola basket.

"Ayah, ayo main capit boneka itu! Tapi Ayah harus bisa dapetin bonekanya yaa!" ajak Ella dengan antusias.

"Ayah, ayo sama Eza dan Erik dulu! Kita main lempar bola basket itu aja!" ajak Eza dan dianggiki oleh Erik.

"Ayah sama Ella aja!"

"Enggak! Ayah sama aku sama Eza! Titik!" ucap Erik tak mau kalah. Farhan memijit pangkal hidungnya karna pening melihat anak-anaknya yang tak mau mengalah. Anna terkekeh melihat Farhan yang terlihat pusing melihat tingkah anak-anak mereka yang tak mau mengalah.

"Eza, Erik. Sama Bunda aja yuk!" ajak Anna.

"Tapi Bunda, kami juga mau bermain sama Ayah." ucap Eza.

"Iyaa Bunda, dari kemarin sama Ella terus. Apa-apa Ella." ucap Erik dengan kesal. Anna paham sekarang. Kedua anak lelakinya sedang cemburu dengan Ella, yang notabetnya adalah adik mereka. Ella memang begitu lengket dengan Ayahnya, sebentar saja tidak melihat batang hidung Ayahnya Ella sudah heboh mencarinya. Anna pun mensejajarkan tingginya dengan Eza dan Erik.

"Kalian tak mau bermain sama Bunda?" tanya Anna dengan raut wajah dibuat sesedih mungkin.

"Bukan begitu Bunda, tapi kami juga ingin bermain dengan Ayah. Tapi, selalu saja Ella, kami harus terus mengalah." sahut Eza, ia pun menundukkan kepalanya. Jujur saja, ia juga sama rindunya dengan Ayah mereka, bahkan mereka juga selalu menunggu kedatangan Ayah mereka. Ia hanya ingin Ella mengalah bahkan sebentar saja. Namun ia tak bisa marah, Ella juga saudaranya, adik kesayangannya setelah Erik.

Jarang sekali Anna mendengar Eza mengeluarkan isi hatinya.

"Iyaa, benar yang dikatakan oleh Eza, Bunda. Sesekali Ella harus mengalah dong." ucap Erik dengan sedikit ketus, ia menatap Ella dengan kesal. Ella pun menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah dengan kedua saudara kembarnya.

"Seharusnya aku tak bersikap seperti ini. Aku tidak boleh egois, bagaimana pun mereka selalu mengalah padaku. Bahkan mereka selalu menjaga dan melindungiku." batin Ella. Ia merasa bersalah, apalagi melihat tatapan yang ditunjukkan Erik padanya. Hal itu membuat hatinya seperti tercubit. Erik tak pernah memandangnya begitu. Bahkan kini Eza juga mengungkapkan isi hatinya. Jarang sekali Ella melihat Eza seperti itu.

Anna menghembuskan napasnya dan kemudian menatap kearah Farhan. Farhan tak tau harus melakukan apa. Ini kali pertamanya melihat anak-anaknya bertengkar.

"Sesekali Ella juga harus ngalah dong Bunda." sahut Erik lagi. Inilah yang Anna takutkan, ia merasa tak bisa memberi kasih sayang yang sama rata pada anak-anaknya. Farhan juga merasakan hal sama dengan apa yang Anna rasakan. Farhan mensejajarkan tingginya dengan anak-anaknya.

"Maafin Ayah ya nak, Ayah belum bisa jadi Ayah yang baik untuk kalian. Ayah merasa gagal menjadi seorang Ayah yang kalian inginkan. Tapi Ayah janji akan memperbaiki semuanya, Ayah akan membagi waktu Ayah pada kalian dengan sama rata. Ayah sayang sekali dengan kalian. Kalian adalah harta paling berharga yang Tuhan berikan kepada Ayah. Jangan pernah bertengkar lagi yaa. Kita akan main bersama-sama." Farhan tersenyum kepada anak-anaknya. Namun hatinya berkata lain, ia merutuki dirinya yang tak bisa menjadi Ayah yang diinginkan oleh ketiga anaknya itu. Ia juga merasa sedih akan hal itu.

"Maafin Bunda juga yaa sayang. Bunda belum bisa jadi ibu yang baik untuk kalian. Tapi Bunda akan berusaha lagi agar bisa menjadi sosok seorang ibu yang kalian inginkan. Bunda sayang banget sama kalian, jangan bertengkar lagi yaa sayang." ucap Anna dengan lembut dan tersenyum manis. Namun hatinya merasa tersentil, ia menyalahkan dirinya karna belum mampu memenuhi keinginan anak-anaknya.

Eza mengangkat sedikit kepalanya, ia menatap Ayah dan Bundanya. Eza bisa melihat ada kesedihan dan rasa bersalah dimata kedua orang tuanya. Eza merutuki mulutnya yang tak bisa diajak kompromi.

"Senyum kalian palsu, Eza tau itu. Maafin Eza Ayah, Bunda. Eza udah buat kalian sedih. Seharusnya aku tak merasa cemburu dengan adikku sendiri. Dan seharusnya aku tak perlu mengungkapkan isi hatiku." batinnya.

Mendengar ucapan Ayah dan Bundanya membuat Erik terdiam dan merasa bersalah. Ia tak bermaksud begitu, ia hanya ingin mengungkapkan yang ada di benaknya. Namun kali ini ia merutuki dirinya sendiri.

"Kenapa aku harus cemburu pada Ella? Dia adalah adikku. Sudah seharusnya aku mengalah padanya. Gara-gara aku Ayah dan Bunda jadi sedih." batin Erik.

Ella memberanikan diri mengangkat kepalanya, ia mentap Erik dan Eza yang juga menatapnya. Tatapan Erik kembali seperti biasanya. Tak ada lagi tatapan kesal.

"Maafin Ella, semuanya salah Ella. Seharusnya Ella juga mengalah sama kalian. Ella salah, maafin Ella ya Kak Eza, Kak Erik. Ella janji gak akan ngulangi lagi." ucap Ella dengan takut-takut. Eza dan Erik kompak menggeleng. Ini bukan salah Ella, ini juga salah mereka.

"Enggak Ella, Ella gak salah. Kak yang salah. Sudah seharusnya aku yang mengalah pada adik-adikku." ucap Eza dengan begitu bijak dan dewasa. Ia memeluk Ella, Ella pun membalasnya. "Jangan sedih lagi, kita akan bermain bersama." bisik Eza. Ella pun mengangguk dalam belukan Eza.

Setelah berpelukan dengan Eza, Ella menatap Erik dengan takut-takut. Erik pun memeluk Ella.
"Maafin Erik yaa El, Erik cuma kesel aja sama Ella. Tapi sekarang udah enggak kok."

"Ella yang minta maaf, seharusnya Ella gak bersikap kayak gitu." ucap Ella.

"Sstt udah, kita main bareng-bareng aja yuk." bisik Erik. Ella pun mengangguk.

Anna dan Farhan tersenyum senang, walaupun mereka masih kecil, terkadang pikiran mereka dewasa.

"Maafin kami Ayah, Bunda. Kami gak akan berantem lagi." ucap mereka dengan kompak. Senyum Anna dan Farhan semakin mengembang.

"Bunda mau di peluk dong!" ucap Anna. Mereka pun dengan kompak memeluk Anna. Farhan ikut bergabung memeluk keluarga kecilnya. Mereka tak memperdulikan tatapan aneh dari orang sekitarnya. Yaap Farhan menggunkan masker dan topi agar tak ada orang yang mengenalinya.

Ella mengalah pada kembarannya. Kini mereka sedang bermain lempar bola basket. Ella merasa senang, menurutnya berbaik basket sangat menyenangkan.

Tak terasa sekarang sudah memasuki jam makan siang. Mereka menyudahi bermain dan mereka akan makan siang bersama. Mereka mencari makanan cepat saji direstoran itu.

Triple E heboh meminta es cream. Farhan dan Anna tentu saja menurutinya, daripada mereka terus berbuat heboh dan menjadi perhatian orang disekitar mereka. Tentu saja dengan porsi biasa, ia tak mau anak-anaknya sakit karna kebanyakan makan es. Mereka makan siang bersama dengan tenang. Dihari weekend ini, keluarga kecil Farhan menghabiskan waktu bersama.

Namun, ada seseorang yang mengenali mereka. Ia duduk tak jauh dari tempat Anna dan Farhan.

"Dasar bitch." gumam seseorang itu.



TBC

Gypsophila (END) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin