X

6 0 0
                                    

Pak,

Tadi aku membaca sebuah postingan seseorang. Tentang apresiasi.

Tentang betapa pentingnya orang tua mengapresiasi anaknya ketika berhasil.

Tentang pentingnya sebuah proses.

Tentang pentingnya tidak melihat segala hal dari kegagalan.

Tentang pentingnya merayakan sebuah pencapaian.

Ternyata, kegagalan itu pencapaian, Pak. Tapi, jangan dilihat dari sisi jeleknya. Kegagalan itu menandakan bahwa kita sudah sampai di proses menuju berhasil—walau belum sampai.

Aku ingat sekali, Bapak selalu membela aku dengan cara Bapak. Dengan cara yang kalau orang zaman sekarang bilangnya SANTUY. Bapak selalu santai menghadapi apa pun. I wonder, kapan aku bisa sesantai Bapak, ya?

Ketika Ibu memaksaku untuk pindah sekolah, harus di sekolah negeri, harus bisa mengerjakan segala soal yang kubenci, aku ingat sekali Bapak hanya bilang: yang penting kuliahnya nanti di U*.

Bapak memang terlihat santai, tapi Bapak mendoakanku, khan, ya, Pak?

Terima kasih karena selalu ada di setiap langkahku ya, Pak.

Doamu lekat sekali, Pak.

Walau terkadang aku suka tidak sesuai dengan yang Bapak harapkan.




Bapak nggak kangen aku? Aku kangen banget.

Al Fatihah.

#suratuntukBapakWhere stories live. Discover now