Part 20 : Ikut

4.5K 471 27
                                    

Dua hari, Sarada dan Mitsuki habiskan waktunya untuk berkeliling desa Otogakure. Awalnya mereka ingin kabur namun Sarada sadar jika Tayuya dan yang lainnya mengawasi mereka berdua.

Malam harinya, Sarada bersama dengan Mitsuki duduk bersebelahan di sebuah ruangan bersama dengan Orochimaru dan Tim Taka.

Perasaan tidak enak mulai melingkupi hati Sarada. Namun, ia tetap menunjukkan ekspresi datarnya.

"Kenapa kalian menyuruh kami berkumpul?" tanya Sarada yang sedari tadi diam berkecamuk dengan pikirannya.

"Kami hanya ingin tau siapa kalian sebenarnya." Sarada tercekat. Habislah sudah jika mereka tau jika mereka berasal dari masa depan. "Chakra kalian mirip sekali dengan Orochimaru-sama dan Sasuke-san."

"Tentu saja sama! Aku ini anaknya!"

"Mungkin hanya kebetulan," sahut Sarada ketus.

"Mana bisa itu hanya kebetulan!" Sarada mulai memutar bola matanya bosan ketika mendengar ocehan panjang kali lebar dari Karin. Sungguh, lebih baik Sarada mendengar ocehan Mama-nya dibanding ocehan wanita berambut merah itu.

"Hentikan ocehanmu itu! Tidak membantu!" potong Sarada mulai kesal.

Karin menggerutu kesal. Sejak adanya keberadaan Sarada, Sasuke semakin jauh dari Karin. Itu membuatnya semakin kesal dengan Sarada.

"Chakra sama bahkan murni seperti kalian tidak mungkin ada di dunia ini," komentar Suigetsu.

"Anggap aku anak Sasuke-kun. Masalah sudah beres!" ujar Sarada yang lelah menanggapi berbagai pertanyaan yang dilayangkan padanya.

Karin melototkan matanya tak terima. "Tidak bisa!"

"Aku menyuruhmu diam, Setan Merah!" desis Sarada.

"Bukankah kami sudah menceritakan bagaimana asal usul kami berasal? Kurasa itu sudah cukup." Sarada mengangguk mengiyakan ucapan Mitsuki yang sedikit membantu. Setidaknya ia memiliki rekan tim yang sedikit lebih pintar dari pada Boruto yang bodoh dan payah.

"Kami akan terus mengawasi kalian. Kami belum sepenuhnya percaya pada kalian," putus Orochimaru dengan tenangnya.

Sudah Sarada duga pasti akan susah membuat mereka semua percaya dengan apa yang ia dan Mitsuki katakan. Apalagi di sana ada salah satu Sannin Legendaris, Orochimaru yang sayangnya malah berkhianat demi mempertahankan wajah mudanya.

Untung saja di masanya, Orochimaru sudah sadar akan perbuatannya dan bertobat. Tapi bisa saja Orochimaru kembali berkhianat jika ia ingin karena pemikiran Orochimaru tidak bisa ditebak.

"Kudengar Sasuke-kun akan bertemu dengan Itachi-kun?" Orochimaru melirik Sasuke yang sedari tadi menahan amarah karena nama kakaknya disebut-sebut olehnya.

Sasuke bergumam tidak jelas seperti biasanya. Onyx Sarada menangkap sebuah kesedihan dan kesengsaraan pada mata Sasuke. Bisa sangat terbaca, pasti ada sesuatu yang harus Sarada pecahkan tentang klan Uchiha.

Sudah lama sekali Sarada ingin tau asal usul klan Uchiha terbentuk hingga hampur punah dimasanya. Sesuai yang ia baca di arsip perpustakaan, klan Uchiha yang tersisa setelah dibantai oleh Itachi hanyalah Sasuke.

Selain itu, tidak ada lagi informasi yang tidak diketahui oleh Sarada. Memang ada arsip lainnya di perpustakaan Konoha pada masanya, namun terkunci karena itu termasuk arsip privat.

Pernah sekali Sarada menanyakan perihal sejarah klan Uchiha kepada kedua orang tuanya. Tapi nyatanya jawaban yang ia dapat tidaklah memuaskan. Mereka bilang jika sejarah klan Uchiha terlalu kelam untuk diceritakan, maka dari itu lebih baik tidak usah diungkit-ungkit kembali.

Sarada tetaplah Sarada yang keras kepala yang menurun dari ibunya, Sakura. Untuk hal ini, Sarada bersyukur lahir dari rahim Sakura.

"Aku harus ikut Papa pergi. Aku ingin tau bagaimana sejarah klan Uchiha!


Di bawah sinar rembulan, Sasuke menatap sebuah bingkai foto yang berisikan foto wanitanya yang selama ini ia awasi dengan teliti. Tidak akan ia biarkan pria manapun mendekati miliknya.

Rambutnya yang pendek tak membuat kecantikkannya berkurang sama sekali. Mata hijau yang meneduhkan dan membuat seseorang nyaman menatapnya. Membuat Sasuke tenang dengan segala pikiran kalutnya.

Tok.. tok..

Sasuke melirik tajam pintu kamarnya yang dikunci dengan rapat was-was bila seseorang mengetahui kegiatan setiap malamnya ini.

Waktu sudah menunjukkan tengah malam, Sasuke mengernyitkan dahinya disaat merasakan chakra Sarada di depan pintu. Entah kenapa Sarada mengetuk pintunya.

Ia membuka pintunya setelah menaruh foto wanitanya di dalam lemari. Wajahnya sudah datar nan dingin seperti biasanya. Sarada juga tak kalah dingin dengan Sasuke di sana.

"Ada apa?" tanya Sasuke to the point.

Langsung saja Sarada masuk ke dalam kamar Sasuke yang terkesan biasa saja, namun menyimpan aura tersendiri yang berbeda dengan aura kamar lainnya.

Sasuke diam saja saat mendapati Sarada duduk di tepi ranjang kamarnya. Ia tidak menolak kehadiran Sarada seperti orang lain. Entah kenapa Sasuke merasa jika dirinya berada di dekat Sarada berasa berada di dekat Sakura, membuatnya tidak ingin jauh dari Sarada.

"Besok aku ingin ke desa Konoha. Temanku bilang dia ada disana."

"Terlalu berbahaya membiarkan kalian berkeliaran di hutan," sahut Sasuke. Bukan alasan sebenarnya, Sasuke hanya ingin Sarada tetap berada di sisinya.

Sarada diam saja. Memang benar, jika berkeliaran di hutan, bisa-bisa ia akan bertemu dengan para bandit dan habis-lah sudah.

"Lalu, aku harus bagaimana?" tanya Sarada berharap Sasuke akan memjawab apa yang Sarada inginkan.

"Kau ikut denganku besok bersama yang lain. Aku akan menghantarkanmu ke Konoha." Sarada tersenyum kemudian mengangguk senang.

Adventure In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang