Part 29 : Ngidam

4.8K 456 15
                                    

Perjalanan menuju ke Konoha kembali terhambat karena Sakura yang menangis tak ada hentinya membuat Sasuke dan Naruto menjadi was-was. Naruto memincingkan matanya tajam kearah Sasuke yang menyebabkan semua ini terjadi. Jika saja Sasuke tidak membentak Sakura tadinya, tidak akan terjadi seperti ini.

Sasuke tak menggubris tatapan tajam Naruto yang dilayangkan padanya. Saat ini yang terpenting adalah menenangkan Sakura yang masih menangis akibat dirinya.

"Shhh... Saki, jangan menangis, hm?" bujuk Sasuke mulai merendahkan intonasi suaranya.

Sakura menepis tangan Sasuke yang mencoba untuk mengelus pipinya. Ia merengut kesal kemudian memalingkan wajahnya marah bercampur kesal.

"Jangan dekat-dekat denganku!" Sakura mengerucutkan bibirnya kesal. "Lebih baik aku bersama Naruto saja!"

Mata onyx Sasuke membulat tidak terima. Ia menarik tubuh Sakura secara paksa menuju ke pelukannya. Awalnya Sakura memberontak, namun kenyamannan dalam dekapan suaminya membuatnya kembali menjadi lunak.

Naruto terkikik geli dengan sikap Sasuke yang bisa berubah dengan drastis. Tapi Naruto menjadi bergidik ngeri membayangkan Sakura yang mengidam banyak hal. Naruto yakin, Sasuke akan menjadi korban dari keinginan bayi kedua Sasuke nantinya.

"Kau ingin apa, hm?" tanya Sasuke dengan nada lembutnya mencoba untuk bersabar dengan sikap Sakura yang berubah-ubah karena si bayi.

Sakura masih mengerucutkan bibirnya lucu sehingga Sasuke menahan hasrat untuk tidak menerkam Sakura saat itu juga.

"Sudah kubilang, aku ingin tomat! Tapi tidak ada siapapun yang mendengarkanku!" celetuk Sakura kesal.

Ya, memang sedari tadi Sakura terus merengek meminta buah tomat. Bahkan persediaan bekal tomat Sasuke habis hanya untuk memuaskan keinginan Sakura, sampai-sampai Sasuke harus merelakannya dengan terpaksa demi anaknya.

Dan secara tidak sengaja Sasuke membentak Sakura agar bersabar lebij sedikit. Alih-alih diam, justru Sakura malah menangis dan suaranya menggelegar kemana-mana membuat mereka harus menunda perjalanan hanya untuk menenangkan Sakura yang tengah menangis deras.

"Tunggulah, sebentar lagi, Saki. Kita akan sampai di Konoha dan setelah itu kau boleh memakan tomat sepuasnya," utar Sasuke.

"Tapi aku mau sekarang bukan nanti!" rengek Sakura kemudian kembali terisak. "Kau jahat!"

Onyx Sasuke membulat kemudian menangkup pipi Sakura yang sudah basah dibanjiri air mata. Habis semua air mata disapu oleh jemarinya.

"Hei, coba lihat. Kita ada di hutan." Sakura mengedarkan pandangannya begitu pula dengan Sasuke. "Disini tidak ada tomat."

"Lalu, kita harus apa?" tanya Sakura yang masih dalam mode marah.

Sasuke terkekeh pelan. "Kita harus cepat-cepat sampai ke Konoha lalu kau bisa makan tomat sepuasnya."

Mata emerlad Sakura yang tadinya berair meneteskan air mata kini berbinar. Ia berdiri dengan semangatnya membuat Naruto dan Sasuke sweetdrop seketika.

"Kalau begitu ayo kita segera berangkat!" ajak Sakura penuh semangat.

"Aku tak sabar menikmati tomatku!" seru Sakura kemudian berlari terlebih dahulu dari Sasuke dan Naruto. Sasuke yang khawatir bila istrinya kenapa-kenapa akhirnya memilih segera menyusul Sakura, begitu pula dengan Naruto.

"Aku jadi heran dengan Sakura-chan. Aku belum pernah melihat ibu hamil separah Sakura-chan. Bahkan Hime tidak seperti itu. Kasihan kau, Sasuke," batin Naruto menatap sendu pada Sasuke.

-o0o-

Sarada menghampiri Karin yang tergeletak diatas tanah tak berdaya disana. Ia mengeluarkan beberapa dedauan yang ia petik kemudian meraciknya dengan lihai.

Ditempelkannya tumbuhan yang ia campur ke luka Karin yang dalam. Sarada mulai mengeluarkan chakra hijaunya dan memulai pemulihan tenaga Karin. Setidaknya dengan hal itu, Karin bisa bertahan sampai nanti mereka berjalan ke markas.

Suigetsu dan Juugo tiba di tempat kejadian dan terkejut melihat Karin yang terluka di sana. Sedangkan Sasuke hanya menatap Karin datar tanpa berniat menolong.

Di waktu yang sama, Sakura terus berlari diikuti Boruto dibelakangnya. Terus saja Boruto mengikuti Sakura hingga mereka sampai di tempat Sasuke berada.

Boruto membulatkan matanya mendapati Sarada dan Mitsuki ada di sana. Ia bersyukur karena kedua rekannya masih sehat tak kurang suatu apapun.

Sasuke mulai memejamkan matanya menahan hasrat untuk memeluk gadisnya yang selama ini ia rindukan. Gadis itu sudah membelakangi dirinua walau jarak yang terpaut sedikit jauh.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Sasuke dingin.

Mendengar intonasi Sasuke yang dingin, Sakura berusaha menahan tangisnya. Sudah Sakura putuskan, jika dirinya tidak bisa membawa Sasuke pulang, maka ia akan membunuhnya.

"Ikutlah denganku pulang, Sasuke," ajak Sakura mulai terisak.

"Jangan menangis, Saki. Itu membuatku luluh. Aku tidak suka!" batin Sasuke mulai berperang dengan egonya.

"Kau sudah tau jawabannya, Sakura."

Sakura tersenyum kecut. Ia memang sudah tau jawabannya akan seperti ini mengetahui Sasuke sangat kukuh pada pendiriannya.

Dan sekarang tak ada cara lain selain membunuh Sasuke. Itulah satu-satunya cara agar Sasuke tak kembali mengusik desa Konoha.

"Maka dari itu aku akan membunuhmu!" seru Sakura dengan lantang. Ia sudah mulai mengangkat sebuah kunai yang sudah ia lumuri racun yang ia buat.

Sarada dan Boruto membulatkan matanya bersamaan. Tidak menyangka jika Sakura akan berniat membunuh Sasuke.

"Mama..." batin Sarada sendu.

Sasuke mulai berbalik hingga iris emerlad dan onyx saling bertatapan. Kedua iris berbeda itu saling melawan batinnya yang selalu berkata benar dan memilih untuk menjalankan apa yang dikatakan oleg ego mereka.

Beginilah jadinya...

Sasuke dan Sakura berlari bersamaan. Sasuke menyentak katananya kearah Sakura hingga Sarada syok dibuatnya. Hampir saja ia berteriak jika Mitsuki tidak menutup mulutnya rapat-rapat.

Tangan kiri Sasuke mencekik leher Sakura erat. Sementara itu Sakura mencoba menggores kunai beracun yang ia bawa pada wajah Sasuke yang jelas-jelas tidak akan sampai.

"Kami-sama, apa yang kulakukan? Aku tak berniat melakukannya. Maafkan aku, Saki," batin Sasuke yang memohon maaf pada Sakura secara tidak langsung.

Srak!

Adventure In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang