TUJUH

55 7 0
                                    

Follow ig ; oktaviani_1501!
Me and My Dream Update!
Vomment and Add ke Reading List!
Happy Reading!

****

"Di setiap harapan pasti ada waktu untuk terkabul. Dan di setiap pencarian pasti ada titik temu."

Gajendera membanting pintu kamarnya dengan cukup keras membuat Maria yang kini tengah memasangkan beberapa figura foto ke dinding terkejut bukan main dan hampir saja foto itu terjatuh.

"Kebiasaan," gumam Maria.

Aksi Gajendra belum sampai di situ, ia membantingkan tasnya ke lantai lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan seragam sekolah masih melekat di tubuhnya lengkap dengan sepatu yang masih terpasang di kakinya.

Menyebalkan. Satu kata yang tepat untuk hari-hari Gajendra sekarang. Dimulai dari omongan-omongan para gadis yang Gajendra juluki sebagai gadis murahan dan juga dirinya yang telah kehilangan jejak gadis yang sedang ia incar.

Setelah dirasa mulai agak tenangan, Gajendra bangkit dari posisi tidurnya lalu tangannya mulai lihai mencopot tali sepatu. Berhubung sebenarnya Gajendra tidak suka tempat yang berantakan, alhasil ia menyimpan sepatunya di tempat yang seharusnya. Tak lupa juga ia membawa tas yang tadi ia lempar dan disimpan di dekat meja belajar.

Dirasa badannya sudah semakin gerah, Gajendrapun mengambil handuk yang ia gantungkan di belakang pintu lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi sebelum ia menjalankan ritualnya.

Main games.

*****

Sepulang dari sekolah, Arleen langsung disibukan dengan pekerjaan rumah yang begitu menumpuk. Bukan. Bukan pekerjaan rumah layaknya anak sekolah pada umumnya yang dihadapkan dengan ribuan tumpukan buku. Pekerjaan rumah bagi Arleen adalah layaknya seorang istri, menyapu rumah, mencuci piring, mengangkat jemuran dan membereskan pakaian hasil dijemur.

Kalau dikatakan lelah ya pasti lelah. Tapi apa boleh buat, jika Arleen tidak melakukan semua itu, ia akan mendapatkan omelan dari Wanna, sang ibu kandung.

Anak tak berguna. Tak bisa diandalkan. Penambah beban.

Semua perkataan-perkataan itu akan keluar dari mulut Wanna jika Arleen tidak melakukan hal tadi dan itu akan melukai hati Arleen yang sekarang sudah sangat hancur.

Sempat Arleen berpikir untuk pergi meninggalkan rumah, tetapi Arleen masih menghormati Wanna sebagai ibunya. Ia tidak ingin menjadi anak durhaka yang nantinya di luaran sana malah menjadi gelandangan. Arleen akan tetap bertahan selagi ia masih diberi kekuatan. Ia yakin Tuhan telah menyiapkan hal indah di depan sana.

Matahari sudah tergantikan dengan kedatangan bulan, perut Arleen terasa sakit. Ia lupa bahwa ia belum makan.

Dengan tenaga yang tersisa setengahnya, Arleen berjalan menuruni anak tangga dan berniat untuk menuju ke dapur. Di ruang tengah, Arleen melihat Karin dan ibunya sedang menonton tv dengan Karin yang tidur di pangkuan ibunya.

Hati Arleen jelas sakit, tapi ia tidak bisa apa-apa selain sabar. Tak ingin terus memikirkan hal yang hanya akan membuatnya sakit hati, Arleenpun mulai membuka tudung saji dan hasilnya ... kosong. Tidak ada apa-apa.

Beralih ke kulkas berharap ada bahan yang bisa Arleen pasak, hasilnya tetap sama. Tak menyerah sampai di situ, Arleen berjalan ke arah lemari dapur, berharap ada mie intsan tapi harapannya pupus.

"Gimana dong?" lirih Arleen karena perutnya sudah merasa sangat lapar.

Tak ada pilihan lain selain ia harus mencari makanan di luar, dan Arleenpun berinisiatif untuk pergi ke minimarket berniat untuk membeli mie instan dan juga sedikit cemilan.

Namun sebelum berangkat, Arleen kembali berjalan menuju kamarnya untuk mengambil dompet dan juga jaket karena mengingat udara malam ini terasa sangat dingin.

*****

Di meja depan minimarket, nampak seorang laki-laki sedang duduk dengan headphone yang terpasang di telinganya, tak lupa juga dengan posisi ponsel yang ia miringkan.

Gajendra. Laki-laki itu sedang hanyut dalam gamesnya. Tepat setelah acara makan malam dengan keluarganya selesai, Gajendra langsung bergegas keluar rumah dengan niatan mencari minimarket terdekat untuk melakukan top up games.

Setelah menemukan apa yang ia cari, Gajendra tersenyum senang dan buru-buru ia memarkikan motornya dan bergegas masuk ke dalam minimarket tersebut. Mirip seperti anak kecil yang menenukan penjual es krim.

"Ayo, itu di sebelah kiri," heboh Gajendra sebari menekan-nekan layar ponselnya.

Beberapa orang yang melihat aksi Gajendra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka sudah tidak aneh dengan gelagat anak muda seperti itu. Zaman mereka muda berbeda jauh dengan zaman muda anak sekarang.

"Anak sekarang tingkahnya aneh-aneh," gumam bapak penjual cireng yang berada di depan minimarket.

Di tepi jalan depan minimarket, Arleen meringis kesakitan ketika kakinya tak sengaja tersandung alhasil ia tersungkur jatuh.

"Aduh," ringis Arleen sebari memijit pelan kakinya.

Suasana jalan cukup ramai tetapi tak ada seorangpun yang berniat untuk menolong Arleen. Mau tak mau Arleenpun harus berdiri sendiri. Dan setelah ia bisa menyeimbangkan tubuhnya, Arleen mulai kembali berjalan menuju depan minimarket.

"Yes, i'm the winner."

Mendengar kehebohan yang asalnya tidak jauh dari tempat dirinya berada, mata Arleen mulai meneliti di mana sumber kehebohan itu dan mata Arleen berhenti tepat pada seorang laki-laki yang duduk di depan minimarket dengan headphone yang terpasang di telinganya.

Kaki Arleen semakin berjalan mendekat ke arah laki-laki itu. Berhubung laki-laki itu terus menunduk alhasil Arleen tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang di balik kehebohan itu.

"Aww," ringis Arleen ketika tak sengaja ada orang yang menyenggolnya sehingga menyebabkan Arleen terjatuh.

Berhubung sambungan antara headphone dan ponselnya sudah ia matikan, jadi Gajendra bisa mendengar dengan jelas suara benturan antara Arleen dan juga lantai.

Melihat seorang gadis yang sedang terduduk lemah di lantai, buru-buru Gajendra bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Arleen.

"Are u oke?" tanya Gajendra dengan tangan yang terulur ke arah Arleen.

Arleen menengadah, matanya berkedip beberapa kali. Mata itu. Tatapan itu. Hidung itu. Mulut itu. Harapan Arleen sudah terkabulkan dan pencarian Gajendra sudah ia temukan.

*Bersambung*

Thanks for Reading!

Salam, Okraviani

Me and My DreamWhere stories live. Discover now