LIMA BELAS

40 5 0
                                    

Follow ig ; oktaviani_1501!
Me and My Dream Update!
Vomment and Add ke Reading List!
Happy Reading!

*****

"Jangan biarkan dirimu terlihat lemah walaupun sebenarnya dalam hatimu sedang benar-benar lemah."


Tanpa disertai senyum sedikitpun, Arleen berjalan menyusuri koridor kelas 12. Gadis itu nampak murung, wajahnya terlihat sangat suram seakan di dalam hidupnya tidak ada kebahagiaan sedikitpun.

Dengan kedua tangan yang memegang erat ujung rok, Arleen terus saja berjalan.. Namun perasaannya tiba-tiba tidak enak, seakan ada yang janggal tapi ia tidak tahu apa.

"Lah paling perasaan gue aja," ujar Arleen sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Suasana koridor masih terbilang sepi karena ini memang masih terbilang pagi. Arleen sengaja berangkat pagi dengan menggunakan ojek online karena ia sedang tidak nyaman dengan situasi rumah sedangkan bus yang biasa Arleen tumpangi selalu datang siang jadi ia merelakan uang jajannya untuk membayar ongkos ojek online.

Ketika Arleen melangkah memasuki kelas, Arleen merasa ada yang mengintipnya dari belakang. Awalnya Arleen merasa itu hanya ketakutannya yang berlebihan tetapi semakin lama dirasa, Arleen yakin ada yang berniat tidak baik pada dirinya.

Dan benar saja, ketika Arleen sudah berada di dalam kelas, pintu kelas tiba-tiba tertutup dan bahkan terkunci.

Arleen panik, ia pun mulai menggedor-gedor pintu kelas tetapi tidak ada respon sama sekali. Buru-buru ia menaiki meja yang berada di samping jendela dan melihat siapa pelakunya.

Ekspresi ketakutan Arleen berganti menjadi eskpresi sinis dan bahkan ia melemparkan senyuman ejekan.

"Loser," cibir Arleen sembari melemparkan tatapan menantang disertai senyuman ejekan ke arah orang yang mengunci Arleen di dalam kelas.

"Lo nantangin gue?" tanya orang itu.

"Kalau iya, kenapa?" Arleen balik bertanya.

"Lo gak tahu siapa gue?" ujar orang itu.

Arleen mendelikan matanya, "kagak penting buat gue tahu siapa lo. Kalau lo anak milyader dan punya prestasi tinggi baru penting buat gue tahu siapa lo, kali aja lo bisa gue manfaatin."

Orang itu menampilkan wajah kesal. Ia tidak menyangka kalau Arleen tak sepolos yang ia kira. Ia pikir akan mudah bagi dirinya untuk menyingkirkan Arleen tetapi ternyata ia salah. Terasa sia-sia baginya karena telah meminta kunci kelas 12 Bahasa 1 ke Pak Amir, selaku penjaga sekolah dengan sogokan satu bungkus rokok dan satu renceng kopi.

"Boleh juga ya nyali lo," ujar orang itu, "kenalin gue Yelly Carroline, model ternama di kota ini," ujar Yelly, gadis yang sama yang kemarin membuat Arleen tersungkur jatuh di kantin.

"Bodo amat," balas Arleen.

"Urusan kita bekum selesai. Ini belum seberapa," kesal Yelly.

"Lo kira gue bakal takut?" tanya Arleen, "enggak. Enggak sama sekali," lanjutnya.

Yelly makin kesal, iapun diam sejenak seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu. Matanya melirik ke arah penjuru pintu dan senyum licik tercetak jelas di bibirnya.

Jangan dikira Arleen bodoh, ia melihat dengan jelas ekspresi yang ditujukan oleh Yelly dan Arleen juga melihat ke mana arah pandangan Yelly alhasil Arleen tahu apa maksud Yelly.

Sesuai prasangka Arleen, lampu di dalam kelas Arleen mati. Berhubung Arleen memiliki akal yang cukup tinggi, iapun merongoh saku roknya lalu mulai menyalakan flash di ponselnya.

"Bego jangan dipelihara!" teriak Arleen sembari menyorotkan flash di ponselnya ke wajah Yelly.

Mata Yelly melotot, ia tak berpikir sejauh itu. Sepertinya Yelly harus banyak belajar dari Arleen.

"Bangke," umpat Yelly.

"Pulang gih pulang! Ini bukan tempat anak mamih," ujar Arleen.

"Awas aja ya lo. Tunggu pembalasan gue!" ancam Yelly.

"Lo bukan pacar gue jadi ngapain gue nungguin lo," balas Arleen.

Tak ingin membuat dirinya terlihat semakin bodoh, Yellypun memilih pergi sembari menghentakan-hentakan kakinya.

Setelah Yelly pergi, Arleen melirik ke arah jam tangannya. Bel tanda masuk masih lama, maka Arleen pun berinisiatif untuk berjalan ke arah bangkunya lalu meletakan kepalanya di atas meja dengan tas yang ia jadikan bantal.

******

"Arleen, bangun! Arleen!"

"Eungh," racau Arleen ketika ia merasa ada seseorang yang mengguncang-guncangkan tubuhnya.

"Arleen!"

Dengan sisa-sisa tenaganya, Arleen berusaha kembali ke alam sadarnya. Kepalanya terasa sedikit pusing karena tidurnya terganggu. Samar-samar, Arleen melihat banyak orang yang sedang memerhatikan dirinya. Jujur Arleen tidak mengerti sebenarnya ada apa.

"Lo kok bisa ada di dalam sih, kelasnya kan masih dikunci? Atau jangan-jangan lo nginep di sini ya?"

Memang setelah Yelly pergi dari kelas Arleen, Yelly mengembalikan kunci kelas itu ke Pak Amir. Lalu saat Fahira dan anak-anak kelas 12 Bahasa 1 yang lainnya datang, mereka heran kenapa tumben kelas belum dibuka.

Mau tak mau, Fahirapun memilih mencari kebaradaan Pak Amir seorang diri. Setelah ia menemukan keberadaan Pak Amir, Fahirapun langsung meminta kunci kelas. Awalnya Pak Amir merasa aneh, sebenarnya ada apa. Tetapi ketika dirinya ingat pada satu orang yaitu Yelly, Pak Amirpun memilih diam. Karena memang, Yelly bisa terbilang siswi pembuat onar, ia bisa melakukan apa yang ia mau dengan seenaknya.

Mendengar pertanyaan dari Fahira, otak Arleen tiba-tiba berputar. Ia ingat akan sesuatu di mana dirinya dikurung oleh gadis yang mengenalkan dirinya sebagai Yelly.

"Oh tadi ada nenek lampir," balas Arleen.

"Hah? Nenek lampir? Di mana? Tapi lo gak papa kan? Arleen masih hidup kan? Ini bukan arwahnya kan?"

Plak!

Dengan kasar, Arleen langsung menggeplak mulut Fahira membuat si empunya mengaduh kesakitan sedangkan orang-orang di sekitarnya hanya berusaha agar tawanya tidak keluar.

"Sakit," ringis Fahira.

"Kalau ngomong tuh jangan sembarangan. Gue masih hidup," kesal Arleen.

"Abis katanya lo bilang ada nenek lampir," ujar Fahira.

"Bodo ah. Gue mau ke toilet dulu," kata Arleen lalu melangkahkan kakinya keluar kelas.

Ketika di persimpangan koridor, tak sengaja Arleen berpapasan dengan Gajendra. Keduanya langsung terdiam dan saling melemparkan senyuman yang membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa iri.

"Selamat pagi!" sapa Gajendra.

"Selamat pagi kembali!" balas Arleen.

Senyum Arleen perlahan hilang ketika matanya tak sengaja melihat Yelly yang berdiri tak jauh dari belakang Gajendra. Namun tak lama kemudian, senyumnya kembali terukir, lebih tepatnya senyuman menantang.

"Temenin aku sarapan yu. Aku mau nasi uduk kan dulu gagal," kata Gajendra.

"Ayo!" jawab Arleen dengan tangan yang langsung menggenggam erat tangan Gajendra dan membawanya ke arah kantin. Sedangkan kepalanya sedikit menoleh ke belakang lalu melemparkan senyum miring ke arah Yelly. Di tempatnya Yelly merasa murka. Ternyata Arleen tak selugu yang ia kira.

*Bersambung*

Thanks for Reading!

Salam, Oktaviani

Me and My DreamWhere stories live. Discover now