SEPULUH

48 6 0
                                    

Follow ig ; oktaviani_1501!
Me and My Dream!
Vomment and Add ke Reading List!
Happy Reading!

*****

"Hal sekecil apapun jika dilakukan oleh orang special akan tetap terkesan besar."


Di tengah-tengah tangisannya, Arleen merasakan ada sesuatu yang memegang pundaknya. Karena ditakutkan itu adalah orang yang akan berniat jahat, buru-buru Arleen membalikan tubuhnya dan seketika pandangan Arleen membulat.

"Panpan?" pekik Arleen kegirangan ketika di hadapannya terdapat sebuah boneka panda berukuran besar.

Tepat di belakang boneka panda itu Gajendra tersenyum senang ketika mendengar teriakan kegirangan dari Arleen.

"Tapi bentar ..." ujar Arleen lalu tangannya mulai menggeserkan boneka panda yang Arleen namai Panpan itu, "bener kan dugaan aku," lanjutnya sembari melemparkan senyuman hangat.

"Ambil nih, berat!" titah Gajendra.

Arleen menurut. Iapun memeluk boneka panda yang ukurannya lebih besar daripada tubuhnya. Melihat Gajendra yang terus saja melemparkan senyum ke arah dirinya membuat Arleen merasa salah tingkah. Baru saja kemarin Arleen bertemu kembali dengan Gajendra tetapi keberadaannya sudah sukses membuat Arleen bahagia setengah mati.

Membuat Arleen bahagia sudah seperti kewajiban bagi Gajendra walaupun hubungan di antara mereka tidak memiliki status yang jelas, tetapi perasaan mereka sudah sangat kuat untuk saling memberikan kebahagiaan.

"Makasih ya!" ujar Arleen.

"Iya sama-sama," jawab Gajendra dengan tangan yang mencubit gemas hidung Arleen.

"Ih jangan cubit-cubit. Gak sopan," kata Arleen sembari tangan menepis pelan tangan Gajendra.

Gajendra tertawa pelan melihat reaksi Arleen. Terlihat gemas dan sukses membuat hatinya menghangat.

"Simpen gih bonekanya. Masa iya ke sekolah bawa boneka segeda gini," ujar Gajendra.

Raut wajah Arleen tiba-tiba berubah menjadi suram. Jika ia membawa boneka itu ke hadapan ibunya, ditakutkan itu akan memperburuk keadaan tetapi jika ia menunggu ibunya berangkat kerja untuk bisa menyimpan bonekanya itu ke dalam kamarnya bisa-bisa Arleen telat ke sekolah. Ah Arleen benar-benar bingung.

"Kenapa?" tanya Gajendra yang tidak mengerti dengan perubahan raut wajah Arleen.

"Enggak, itu ... apa ..." Arleen benar-benar tidak tahu apa yang harus dirinya katakan karena tidak mungkin jika ia berkata yang sebenarnya.

"Apa?" Gajendra kembali bertanya.

"Itu di rumah udah gak ada orang, pintunya udah dikunci dan kuncinya kebawa sama mamah ke tempat kerja," alibi Arleen.

Gajendra jelas tahu kalau Arleen berbohong. Jelas-jelas dari pagi-pagi buta Gajendra sudah berada di depan rumah Arleen dan ia belum melihat ada orang yang keluar dari rumah Arleen. Gajendra akan mencari tahu sendiri sebenarnya masalah apa yang sedang Arleen hadapi.

"Terus gimana?" tanya Gajendra.

Arleen tak menjawab. Matanya menatap ke sekeliling berharap ia menemukan jalan keluarnya dan bibir Arleen membentuk sebuah senyuman ketika ia menemukan sebuah tangga yang letaknya tak jauh dari keberadaannya.

"Nah pake itu aja," usul Arleen.

Gajendra melirik ke arah petunjuk Arleen. Tanpa Arleen jelaskan, Gajendra sudah tahu apa maksud usulan Arleen barusan.

Me and My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang