"Gue Giandra Guntur Ragnala"
Lintang menatap uluran tangan cowo bernama Giandra itu lalu kembali sibuk membersihkan sisa makanan di meja.
"Gue ga nanya." jawab Lintang berlalu.
"Mas udah bayar belum? Kalo belum buruan bayar!" Tagih Kanaya menepuk bahu Giandra yang masih memandangi kepergian Lintang.
"Temen lo? Dia?" Tanyanya menaikan sebelah alisnya.
"Gak paham gue lo ngomong apa." Jawab Kanaya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Duh lola ya mbaknya! Jadi dia nanya tadi itu temen lo bukan? Gitu!" Jelas Ardan duduk anteng hendak menyalakan rokok.
Melihat rokok sudah tersemat di bibir Ardan membuat Kanaya dengan refleks mengambil kasar rokok itu lalu membuangnya.
Kanaya menatap intens Ardan yang terdiam karena kaget.
"Iya dia temen gue, dan lo-!"telunjuk Kanaya mengarah tepat ke wajah Ardan.
"Lo masih pake seragam StarMoon dan ini masih di kawasan StarMoon, jangan bikin mulut gue gatel laporin lo ke bk nyet," Celoteh Kanaya dengan nada ketus, ia mengambil sebungkus rokok di tangan Ardan lalu melangkah pergi.
Baru 3 kali melangkah, lengannya di tarik oleh Giandra hingga kini posisi Kanaya tepat berada di depan Giandra.
"Bagi nomernya!" Ujarnya mengeluarkan ponsel.
"Modus!" Ujar Kanaya.
"Gue bilang bagi nomernya!" Ucap Giandra lagi.
"Gue gamau ngasih." Ucap Kanaya kekeh, ia menghempaskan tangan Giandra dari lengannya.
"Gausah ganggu dia atau lo gue lenyapin!" Ucap Kanaya penuh dengan nada peringatan, ia tersenyum miring lalu mengambil sebungkus rokok lagi di saku baju Giandra.
Ia mengangkat dua bungkus rokok di tangan kananya lalu menatap Giandra dan Ardan bergantian.
"Tipe dia bukan cowo perokok." Ucapnya berlalu.
"Kalau gak good looking seenggaknya good attitude bro," ujar Genta terkekeh pelan, kembali sibuk dengan ponselnya.
"Sial lo Gen!"
....
"Tang, cowo tadi minta nomer lo," ujar kanaya memberi tahu.
Seketika tangan Lintang yang tengah sibuk menyeduh kopi terhenti, dengan cepat ia menghampiri Kanaya yang sedang mematahkan beberapa puntung rokok.
"Lo kasih?"tanya Lintang, Kanaya menaikkan sebelah alisnya lalu mengedikkan bahu acuh.
Tangan Lintang menepuk keras bahu Kanaya lalu menatapnya tajam sekaligus kesal.
"Heh kenapa lo kasih sih nyet!"
"Lo tau privasi gak sih?!"
"Ck! Biasanya juga gak lo kasih kalau ada yang minta nomor gue, kenapa sekarang lo kasih sih hah?!"
"Tuh cowo juga ngapain sih gak ngerti privasi apa ah anjir sialan!" Oceh Lintang melepas celemek di tubuhnya hendak keluar dari area penjual untuk menghampiri meja yang terisi 3 pria berseragam sama dengannya namun dengan cepat Kanaya berdiri di depan Lintang dan merentangkan kedua tangannya.
"Lo tuh jangan nge rapp dulu nape sih gue belum selesai ngomong bego!" Ucap Kanaya, ia melipat kedua tangannya lalu menatap Lintang intens.
"Lo gak percaya gue hah? Berapa lama kita sahabatan sampe lo gak percaya gitu sama gue?!" Kini Kanaya yang kesal, ia kembali sibuk dengan beberapa puntung rokok itu lalu membuangnya di tempat sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARMOON
Teen Fiction17+ Revisi Hidup itu tentang menyambut, kehilangan lalu mengikhlaskan. Saat aku menyambutmu, aku bahagia. Saat aku kehilangan kamu, aku mencoba baik-baik saja. Dan saat aku mengikhlaskan kamu, aku rasa aku bisa. Tapi kamu tau kan? Tidak ada ikhlas...