26. Liza

154 31 3
                                    

Di dalam ruangan serba putih, seorang gadis yang sudah terpejam selama tiga jam yang lalu akhirnya bangun, perlahan matanya terbuka, aroma khas rumah sakit menyeruak masuk ke indra penciumannya.

Matanya beberapa kali mengerjap saat pandanganya memburam, hingga beberapa saat setelahnya, pandangan matanya kembali normal. Orang yang pertama ia lihat adalah sahabatnya yang tengah tertidur pulas disampingnya dengan posisi yang jauh dari kata nyaman.

"Lintang? Lo udah sadar?"

Ya orang itu adalah Lintang, orang yang tiga jam lalu diperlakukan tidak senonoh oleh seseorang yang ia sayang, seseorang yang sudah berjanji akan menjaga kehormatanya itu ternyata hanya untaian kata manis belaka.

Ingatan tiga jam lalu membuat kepala Lintang kembali terasa sakit hingga akhirnya ia meringis.

"Jangan mikirin apa-apa dulu Tang, gue sedih liat lo begini," entah sejak kapan Kanaya sudah terbangun, namun yang pasti ia tengah manatapnya sedih.

Lintang hanya diam, kembali larut dalam pikirannya. Hingga ingatan tentang Liza yang tertabrak membuatnya membulatkan mata dan menatap Kanaya penuh tanda tanya.

"Liza!! Gimana Liza?!" Pekik Lintang berusaha untuk duduk.

"Lo gak salah Tang, jangan ngerasa disini lo yang salah, lo gak salah Tang percaya sama gue," yakin Kanaya memeluk Lintang.

Lintang menggeleng, "Dia kaya begitu karena gue Nay, andai aja dia gak dorong gue pasti gue yang diposisi dia," tangisnya mulai terdengar di balik pelukan Kanaya.

Ardan merasa iba pada Lintang, hanya bisa menundukan kepalanya dan mengelus punggung Lintang.

"Tang jujur dulu sama gue, Giandra ngapain lo tadi?" Tanya Kanaya melepas pelukan mereka dan menatap Lintang dalam.

Pasalnya saat Giandra kembali wajahnya sangat memerah menahan amarah.

Lintang menggeleng walau air matanya kembali turun, ia hanya mampu menjawab dengan gelengan kepala, sungguh tidak akan mampu jika ia di suruh menjabarkan bagaimana perlakuan Giandra 3 jam yang lalu.

"Jujur Lintang! Dengan lo diem gue yakin dia lakuin lo sesuatu!" Bentak Kanaya membuat Lintang terkejut.

"Nay sabar, kita tanyain Lintang itu nanti, dia baru bangun," Ardan mencoba menengahi.

"Gak! Cepet kasih tau! Di pukul? Di tampar? Atau di apain Tang? Plis jangan bikin gue kaya orang gila gini!"

Lintang menunduk dengan kepala menggeleng, sulit untuk menceritakanya bahkan untuk mengingatnya saja sangat menyakitkan. Hal yang sangat ingin ia lupakan, Lintang berusaha melupakan sesuatu yang merobek habis hatinya, tapi tuhan berkehendak lain, semakin ia berusaha melupakan, semakin jelas kilasan 3 jam yang lalu berputar di kepala Lintang.

"Bikin gue Amnesia Nay," ucap gadis itu pasrah, menatap Kanaya dengan tatapan sendu lantas memejamkan mata, menyandarkan kepalanya ke bantal brankar. Hal itu praktis membuat Kanaya semakin menggila, pikiran Kanaya sudah tidak bisa kembali berfikir positif.

"Kalo lo gak cerita, gue yang bakal maju Tang kehadapan dia," tekad Kanaya akan berdiri namun terhenti ketika Lintang menahan tangannya.

"Biarin Nay, gue gak mau berurusan lagi sama dia, ini bener bener yang terakhir."

"Tap-"

Ardan menatap Kanaya dan memberinya kode untuk tidak lebih membahasnya, Kanaya yang paham langsung kembali memeluk sahabatnya itu.

"Gue sahabat lo Tang inget, apapun masalah lo gue harus tau. Kalau lo udah siap cerita, lo harus cerita, Sekalipun Giandra itu cowo, kalau dia macem-macem sama lo, tangan gue siap buat nonjok dia."

STARMOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang