Giandra meraih tangan Liza yang berpegangan erat pada sisi tembok, cowo itu pun berusaha mengangkat tubuh Liza untuk kembali ke atas, Ardan yang melihat Giandra kesulitan pun membantu Giandra untuk mengangkat tubuh Liza.
Seling beberapa detik, Liza berhasil kembali ke atas, kakinya melemas, Giandra dengan sigap mengangkat tubuh Liza ala bridal style, sebelum benar-benar pergi, ia mentap Lintang yang terdiam, maju satu langkah untuk lebih dekat dengan Lintang, "Gue tunggu di roftoop."
Lintang masih diam, tatapannya kosong, tubuhnya melorot kebawah, kakinya seakan kehilangan tulang, "BUBAR LO PADA!" Teriak Ardan membubarkan kerumunan, setelah di rasa lumayan sepi, Ardan jongkok di depan Lintang, memegang pundak Lintang.
"Lo gapapa kan Tang?" Tanya Ardan, khawatir karena Lintang diam sejak tadi, "Tang liat gue," Ardan kembali berucap, kini kedua tangannya memegang erat pundak Lintang, mengarahkan tubuh Lintang agar menghadap dirinya.
Perlahan Lintang mendongak, menatap Ardan yang juga menatapnya dengan cemas, "Lo gapapa? Ada yang sakit?" Lintang menggeleng, ia memegang lengan Ardan erat lantas menatap mata Ardan dalam.
"Kali ini lo percaya sama siapa?" Tanya Lintang pelan, Ardan mengalihkan tatapannya, melepas pegangannya dari pundak Lintang, ia memijit pelipisnya, mendadak pusing mendera kepalanya.
Lintang diam, ia pun melepas cengkraman di lengan Ardan karena tak kunjung mendapat jawaban, gadis itu menunduk, hanya untuk menyembunyikan air matanya yang sudah menetes, tak lama tubuh Lintang bergetar, ia menyembunyikan wajahnya di antara tekukan kedua lututnya.
Ardan menghela nafas panjang, ia pun meraih tubuh Lintang, di dekap erat tubuh bergetar gadis itu, meski canggung, Ardan berusaha memberikan ketenangan pada Lintang, mengusap-usap puncak kepala juga punggungnya, "Gue gak ngelakuin itu Ar, demi Allah gue gak ngelakuin itu."
Gumaman Lintang mengundang helaan panjang dari Ardan, cowo itu mengangguk masih dengan mengusap-usap pundak Lintang, "Iya, gue percaya kalau lo gak ngelakuin itu Tang."
.....
Lintang melangkahkan kakinya menuju roftoop, gadis itu mengedarkan pandangannya, kemudian berhenti di satu titik di mana ada Giandra yang tengah berdiri di pinggir atap, memandang luasnya sekolah Starflash.
Mendengar suara langkah kaki mendekat, Giandra berbalik arah, mendapati Lintang yang berdiri sejauh 4 meter dari tempatnya ia berdiri, terlihat gadis itu menatap lurus ke depan.
"Kenapa jauh-jauh an?" Tanya Giandra, ia menggerakkan jari nya mengundang Lintang agar mendekat, meski ragu Lintang tetap melangkah mengikis jarak, berdiri di sebelah Giandra berdiri.
"Lo gak tanya keadaan Liza gimana?" Tanya Giandra, Lintang tak merespon, pandangannya tetap lurus ke depan.
"Liza baik-baik aja, beruntung lo berniat nyelakain orang yang kuat kayak Liza," Ucap Giandra, cowo itu terkekeh pelan lalu memutar tubuhnya 90°, untuk meraih tangan Lintang yang ternyata memerah, ada beberapa goresan kecil yang Giandra yakini berasal dari kuku Liza.
Lintang hendak melepas kan tangannya dari tangan Giandra namun di tahan oleh cowo itu, "Liat gue Tang," Giandra menginstruksi, Lintang masih enggan menatap Giandra, ia masih menunduk, melihat bagaimana Giandra mengusap lembut bekas luka dari kuku Liza.
Giandra lantas mengeluarkan 2 buah plaster dari dalam sakunya, mengusap lembut sekali lagi pergelangan tangan Lintang lalu menempelkan ke 2 plaster itu tepat di luka yang terlihat, "Jangan lupa di ganti nanti."
"Kenapa?" Lintang bertanya setelah lama diam, ia memperhatikan Giandra yang tengah merawat lukanya, bukannya menjawab, Giandra malah memeluk Lintang erat, pelukan yang sudah lama tidak Lintang dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARMOON
Teen Fiction17+ Revisi Hidup itu tentang menyambut, kehilangan lalu mengikhlaskan. Saat aku menyambutmu, aku bahagia. Saat aku kehilangan kamu, aku mencoba baik-baik saja. Dan saat aku mengikhlaskan kamu, aku rasa aku bisa. Tapi kamu tau kan? Tidak ada ikhlas...