Chapter 11

868 210 67
                                    

"Aku tak akan menaiki menara ini, lagi."

Ucapan dari si gadis itu sontak membuat Gerlad dan Sella terkejut. Berhenti? Yang benar saja! Sudah sejauh ini, pencapaian [Name] baru 10% dari ketimbang targetnya. Lantas hal apa yang membuat [Name] bisa seperti ini?

Sella mendekati [Name], "nona apa kau yakin? Bukankah itu sama halnya sia-sia? Maksudku- apa Kau yakin ingin berhenti disini?"

"Nona, apa yang dikatakan Sella ada benarnya. Tolong pikirkan sekali lagi." timpal Gerald.

[Name] menghela nafas, ia menjatuhkan dirinya diatas kasur, menatap langit-langit kamar, "buat apa aku menaiki menara? Jikapun dirinya sudah berbahagia." Bisik [Name] pelan namun masih bisa didengar kedua orang tersebut.

"Nona kau terlalu naif." Sella memalingkan wajahnya, entah kenapa ia terlalu kesal apa yang mereka bicarakan tadi.

"Ya, aku-akui itu!"

"Setidaknya pikirkan kebahagiaanmu kelak nanti. Jangan terus-terusan seperti ini."
Gerald ikutan duduk disamping Sella. Sesekali melirik Sella yang juga menatapnya.

"Jika aku berkehendak kalian bisa apa?" Sarkas [Name] dingin.

.
.
.
.
.

Kini gadis itu menapaki di salah satu tempat yang sepi, menatap sekeliling dengan was-was, barangkali seseorang yang ditunggunya muncul dengan menyerangnya.

[Name] membuka tudungnya, kibaran surai mengikuti dersik rajaklana angin malam, pipi itu kian merona karena efek dinginnya angin malam.

"Hallo~"

[Name] mengambil ancang untuk bersiap menyerang. Namun, niatnya ia urungkan, kala meliha Lunetta-salah satu kandidat dari zodiak Libra tengah tersenyum ramah menghampiri dirinya.

"Aku senang saat kau datang kesini."

"Jangan banyak bicara, apa maumu?!"

Lunetta tersenyum misterius, "hanya sekedar ingin berbasa-basi dengan anak bayangan."

"Apa maksudmu?" Alisnya saling bertautan, ia bingung, [Name] terus menatap sengit gadis itu dengan waspada.

"Sudahlah, bukannya kau tak suka jika orang itu banyak bicara. Maka TERIMA INI!!" Satu layangan belati hampir mengenai jantungnya kalau saja ia tidak menghindar.

[Name] menatap luka yang berada di lengannya yang kini terbuka lebar, meninggalkan jejak-jejak darah saat ia mengu
hindar dari serangan musuh.

"Dasar wanita bermuka dua!!"

[Name] tak sanggup untuk melawan, lukanya masih belum sepenuhnya sembuh, apalagi kondisinya yang tidak prima. Mau bagaimanapun, ia harus segera mengakhiri pertarungan ini.

Lunetta melepaskan dua bang sekaligus, [Name] yang notabenya masih belum sempurna lagi-lagi ia nyaris mati.

"Lincah juga ya kau bocah!" Lunetta menyerang [Name] bertubi-tubi tanpa ampun.

"Hahaha, bagaimana rasanya dilupakan? Ups!"

"Biar aku yang menggantikan posisi ini."

[Name] berdecih kesal, setidak ia harus fokus saat ini. [Name] mulai memadatkan shinsuu-mya berbentuk seperti tombak. Lekas ia melempar dan berhasil membuat lengan Lunetta putus.

"Arkhhh." Rasanya [Name] tak tega untuk menghabisinya. Lekas ia menendang kepala gadis itu hingga bocor lalu memandang kesal.

Lunetta menatap figur [Name] yang sangat berbeda sejak pertama kali ia lihat. Rambutnya menjadi hitam setengah, manik sewarna merah darah menatapnya tajam.

"Aku sama sekali tak berniat menghabisimu." [Name] menunduk menyentil jidat Lunetta yang lebar, lalu keluar sebuah batu kristal bersimbol Libra. "Ini akan menjadi milikku."

Setelah mengatakan itu, [Name] pergi meninggalkan Lunetta yang masih setengah sadar.

Lunetta tersenyum. "Memang tak salah, jika kau benar-benar putri Dewi yang dirumorkan." Perlahan kesadaran lunetta hilang dan semuanya menjadi gelap. "Dewiku, biarkan aku disisimu."

.
.
.
.
.

Gadis itu bersiap meninggalkan menara, ia melangkah demi langkah merobek kesunyian di lorong yang ada. Sesekali [name] tersenyum sangat tipis, mengingat fakta bahwa berada disini terus hanya membuatnya makin berdosa. Tak pernah terpikir kan saat ia mendaki menara ini. Bingung, Risau, memilih eksistensi yang mau di sisinya. Rasa penasaranpun kian meluap, terjalnya disetiap lantai, beribu rintangan lika-liku yang di lewati, berusaha mencari jawaban atas keingin tahuan oleh hatinya.

[Name] merasa seperti budak paksa. Selalu setia, apapun yang terjadi. Kendati membantah semua pernyataan, membayang tingginya Menara. Sama sekali tak sesuai dengan ekspetasi yang dikiranya.

Indah, namun kejam.

Ia juga sama sekali tak menginginkan apapun dari menara ini. Cukup orang yang disayanginya selalu berada disisinya- seperti Baam. Maka dipastikan hari itu, ia teramat senang.

Seribu sayang, Atensi kakaknya hanya beralih pada bintang yang selalu ada untuknya. Sikap acuh Baam pada dirinya sudah mulai terbiasa ia hadapi. Lantas, jika sudah seperti ini, ia harus apa?

Miris sekali..

Perasaanya jatuh-sejatuhnya, sakit seolah, mengabaikan fakta definitif bahwa ia telah terbiasa akan hal ini.

Ia merasa sudah kehilangan barang berharga semata. Merenung sendiri, jika memang ia tidak berguna di samping kakaknya, lekas buat apa ia menaiki menara.

"Sebenarnya, tujuanku menaiki menara ini apa?"

[Name] tersenyum miris, yah, keputusannya sedari awal memang benar.

"Tentunya kau tak akan bisa pergi semudah itu." - unknow

.
.
.
.
.
.

"Yang mulia, aku sudah menemukannya." Suara berat disana menginterupsi pendengaranya.

"Bagus, awasi dia terus. Jangan sampai lengah." Iapun lekas membuat mode pocket tak terlihat. Sejenak, ia menatap layar persegi panjang yang tertera beberapa foto gadis mungil nan manis, tengah bertarung salah satu wanita.

Badannya yang ringkih nan kurus karena ia tak bisa mengumpulkan kekuatannya. Anehnya, walaupun ia lemah dan brengsek ia masih saja tetap di takuti oleh semua penduduk langit.

Ia tertawa, sudah lama ia menantikan hal ini. Ia menjilat layar ponsel tersebut. "Tch, gadis kecil ini sangat seksi sekali."

Ia duduk di sofa, mata keranjang itu tak henti-hentinya menatap yang seharusnya tak ditatap oleh kaum pria. 

Pria tersebut mulai memanjakan kemaluannya, semakin ia menatap foto tersebut, gairahnya semakin memuncak. Desahan terdengar menggema diruangan temaram ini.

Napasnya kian memburu saat ia mencapai klimaks, desahan tertahan seiring cairan bening keluar menyembur kemana-mana.

"Ughh, [Name] aku tak sabar bertemu denganmu sayang."

.
.
.
.
.
.
.

Tbc gan^^
Mampod ada om pedo:^
Btw, kalian makin pusing ngga sama nih cerita?? Sama aku juga pusing:< kemungkinan bakal aku revisi biar ngga jadi plot hole:< malu sendiri akutuh:<

Aw~ 20 vote bakal lanjut ahaq bisa ngga?

Spoiler kecil. "Kalian itu sebenarnya op banged :3 satu kekuatan dari satu zodiak, setara menghancurkan 1/2 bumi." Hebat ngga:v

Jangan lupa tinggalkan jejak ya^^

Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon