bagian 2

34.6K 2K 64
                                    

"Jika kau hanya ingin menasehati ku, lebih baik tidak usah memanggilku ke sini. Membuang-buang waktu."

Seseorang tengah berdiri menatap ayahnya dengan tatapan jengkel, pemuda itu berjalan mendekat dan duduk di samping ayahnya dengan menaikan satu kaki ke atas meja kaca.

Ayahnya menggeleng, dia cukup sabar dengan kelakuan anak semata wayangnya. Terlebih jika keras kepalanya akan timbul kalau sang ayah membahas tentang perjodohannya dengan seorang wanita pilihan orangtuanya.

"Kau sudah berumur 23 tahun, kapan kau akan memberikan ku cucu? Menunggu ayahmu ini meninggal baru kau akan menikah, Bright?"

Bright, pria itu menggeram kesal, untuk kesekian kalinya hal ini selalu menjadi topik utama jika dia bertemu dengan ayahnya. Kesal rasanya jika masa depannya harus ditentukan oleh orangtuanya.

"Sudah ku bilang, aku tidak akan pernah mau menikah dengan wanita pilihan mu!"

Tuan Chivaaree, ayah dari seorang Bright Vachirawit pemilik bar mewah sekaligus pemilik mall terbesar di Thailand. Diumur dia yang hampir setengah abad ini hanya memimpikan anak sematawayangnya memiliki masa depan yang cerah. Jika satu kali saja dia melihat Bright membawa masuk seorang wanita kedalam rumah nya, maka akan dipastikan wanita itu sudah memiliki anak dengan Bright sekarang. Namun itu cuman khayalan nya saja, anaknya bahkan tidak pernah membawa siapapun masuk ke dalam rumahnya sejak dia masih duduk di bangku SMP. Dia bahkan sering menyendiri dan melakukan aktifitas sendiri.

Bright bahkan bilang kalau dia ingin berkuliah di Kanada karena tidak ada satupun teman di kelasnya yang akan berkuliah disana. Ibunya yang selalu memanjakan anaknya hanya terus pasrah, walau Bright menghiraukan ayahnya, dia selalu patuh dengan ibunya. Apapun yang ibunya katakan akan ia turuti, namun kali ini tidak. Sejak ibunya menyuruhnya untuk menikah dengan wanita pilihannya.

"Lalu, apa kau akan melajang seumur hidupmu? Siapa yang akan mewarisi kekayaan yang ayahmu perjuangkan selama ini, Bright?"

"Dengar, aku akan menikah namun bukan dengan wanita pilihan siapapun. Jadi jangan bertanya apapun lagi mengenai hal itu karena aku sangat muak!"

Bright berdiri, dia meninggalkan ruangan PIV itu dengan wajah yang sulit diartikan. Ruangan yang minim pencahayaan itu semakin membuat matanya merah karena menahan emosi yang meluap. Dia segera turun dari lantai satu tempat ruangan itu berada dan menuju meja bartender untuk memesan sebotol wiski.

Dengan cepat dia menuangkan minuman beralkohol itu ke dalam gelas dan meminumnya dengan sekali tegukan.

Wajahnya yang tampan membuat wanita-wanita di bar terpesona terhadapnya. Selama Bright menghabiskan wiski nya, dia sangat risih dengan keberadaan wanita-wanita yang selalu mengggodanya. Dia halau dengan segala cara agar mereka tidak lagi mengganggu Bright namun ada saja yang berani menjamah tubuhnya, dengan setengah sadar Bright mencoba menepis tangan nya. Dia tidak suka diganggu apalagi dengan wanita kurang belaian seperti mereka. Kecuali Bright duluan yang menggodanya.

Tidak ada nafsu untuk melakukan hal intim sekarang, pikirannya berkecamuk. Bagaimana dia bisa mencari pasangan yang cocok untuknya?

Dia bahkan tidak berniat menikah seumur hidupnya. Dia tidak mau, kehidupan pribadinya akan ia bagi dengan orang lain yang berstatus sebagai istrisnya.

"Akkhhh!!"

Bright melempar gelas kaca yang sendari tadi ia genggam ke lantai. Kesal sekali rasanya, harusnya dia tidak pulang ke Thailand biarkan dia hidup di Kanada dengan sedirinya. Namun ayahnya menggesak Bright pulang dan mengancam akan memblokir semua kartu atm nya.

Semua orang terkejut atas apa yang Bright lakukan. Dia beberapa kali menggeram kesal dan membanting gelas ke lantai dengan penuh amarah, semua wanita yang tadinya menggerombongi Bright akhirnya pergi dengan rasa gelisah.

One Night Stand || BrightWinDove le storie prendono vita. Scoprilo ora