AM 8

16.9K 1.7K 31
                                    

Lisa Pov

Rasa lelah, kantuk, dan pengar tidak menghentikan silau matahari  memaksaku bangun. Aku mengamati sekeliling dan ini bukan kamarku. Oh God, Jennie terlelap di dadaku melingkarkan tangan kecilnya di pinggangku. Irene di sebelah Jennie memunggungi kami. Aku tertawa tanpa suara saat melihat Seulgi meringkuk di sofa. Ini kamar Jennie, aku menyadarinya sekarang.

Aku mencoba mengingat kejadian semalam, kami mabuk, menari, saling berteriak dan bernyanyi bahagia. Well, sejauh ini Korea rumah yang bagus untuk pesta. Perbedaanya tidak terlalu jauh dengan pesta di New York.

Kurasa pengawal-pengawalku mengantar kami ke sini, tapi kenapa ke rumah Jennie ? Aku tidak tahu.

Pintu terbuka tanpa ada ketukan, selanjutnya aku disuguhkan pemandang Mrs.Kim, wanita paruh baya yang masih sangat cantik. Dia mirip Jennie. Sejenak aku membayangkan, apakah Jennie masih akan secantik itu saat kami menua bersama ? Hatiku bergetar memikirkan kemungkinan itu.

"Morning Mom" aku menyapa, suaraku tidak perlu aku pelankan itu nyaris tidak terdengar. Aku serak, sial! pesta tak terduga semalam.

"Morning honey... Aku tidak tahu pesta seperti apa semalam. Sekarang aku mendapati rumahku seperti penampungan"

Kami tertawa. Suara kami membangunkan Seulgi yang sikapnya kalang kabut begitu menyadari keberadaan Mrs.Kim.
"Astaga ! Apa yang terjadi ?" Dia merapikan setelan jas bodohnya. Dan menyapa Mrs.Kim kikuk. Kami semakin tertawa.

"Well, kalian harus bangun dan sarapan. Ini sabtu pagi, kuharap nanti malam tidak ada pesta yang berakhir seperti gelandangan lagi" Mrs.Kim tertawa, dia bercanda. Aku mengangguk memberitahunya kami akan bersiap sebentar lagi. Lalu Mrs.Kim keluar kamar.

"Lisa, bagaimana kita berakhir di sini ?" Seulgi bertanya, dia mengumpulkan rambutnya, mengikat mereka menjadi kucir kuda.
"Well, Bambam orang yang tepat untuk diberi pertanyaan" Seulgi mengangguk, dia berdiri memandang Irene.

"Putri seorang komisaris polisi ternyata sangat menyukai pesta" Seulgi menggeleng tidak percaya, membuatku terkekeh. Seandainya pesta dadakan kami diadakan di Club biasa, mungkin Irene akan bertemu bawahan ayahnya, itu konyol kan ?

Aku menghujani Jennie ciuman sampai  dia membuka mata. Aku tahu, dia kebingungan. Saat dia mengingat sesuatu, bukanya beranjak palah semakin mengeratkan pelukanya padaku.

"Hahaha. Come on babe, wake up ! Ini sudah pagi" aku membelai rambutnya, dia tersenyum tapi tidak bergerak.

"Jennie Manoban wake up ! Kita harus sarapan, dan aku harus mendapatkan aspirin untuk pengarku !" Aku menaikkan volume suaraku, nama Manoban kurasa menjadi faktor utama keterkejutanya. Akhirnya dia duduk, melepaskan pelukanya. Uh, imut.

"Berisik !" Jennie berakting seolah dia sangat keberatan. Cantik.

"Aku ketagihan wajah bangun tidurmu, Jen" dia memutar mata sebelum mendaratkan bibirnya di bibirku.
"Dan aku ketagihan bibirmu dipagi hari" sahutnya.

"Hentikan itu kumohon, sangat norak !" Hardik Seulgi. Pipi Jennie memerah saat menyadari Seulgi menonton.
"I'm sorry Kang" what ? Kang ? Aku tidak bisa menahan tawa lagi.

"Woe Kang ! Kamu perlu mencuci wajahmu. Di sana kamar mandinya" aku menunjuk pintu di samping TV. Seulgi mengangguk.
"Apa aku boleh menumpang mandi ?" Seulgi meminta persetujuan Jennie, gadisku mengangguk.

"Pusing ?" Aku ikut bersandar di kepala tempat tidur, merangkulkan tanganku dipundaknya.
"Yah sedikit. Tapi aku bisa mengatasinya. Oh... astaga !" Dia menyadari Irene masih terlelap di sampingnya.

"Irene ! Bangun, ini sudah pagi !" Jennie mengguncang bahu Irene lembut, berusaha membangunkan sahabatnya. Irene membuka mata, menyesuaikan diri sebelum akhirnya sadar.

Arranged Marriage S1 (Completed)Where stories live. Discover now