Flora- Another Heartbreak

6.4K 495 20
                                    


Aku kembali mengucapkan terimakasih kepada Randy yang sudah bersedia menemaniku sejak tadi pagi. Sebenarnya, dia yang menawarkan diri. Tetapi, karena sejak tadi dia yang menyetir aku tetap harus berterimakasih.

Setelah hari Kamis aku habiskan hanya berdiam di kamar, pagi tadi aku memutuskan untuk keluar. Aku tidak mau terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Aku juga memblok sementara nomor Gio. Tidak ada gunanya, malah hanya akan mengundang penyakit untuk diriku. Kebetulan sekali, aku bertemu dengan Randy di lobi dan akhirnya dia bergabung dalam itinerary-ku.

"Habis ini kita mau kemana, Flo?" tanya Randy sambil menyantap makan siangnya. Setelah menikmati matahari pagi di Pura Batu Bolong, kami memutuskan untuk makan siang di salah satu restoran ayam taliwang.

"Kamu bukannya mau ke proyek juga hari ini?"

Randy melihat jam tangannya dan mengangguk. "Iya, tapi nanti sore aja, sekitar jam 5 lah sebelum pekerjanya balik. Jadi aku masih bisa nemenin kamu."

"Kamu beneran gak apa-apa jadi nyetirin aku gini, Ran?" tanyaku tidak enak. Bagaimanapun, aku baru mengenalnya. Aku juga heran pada diriku sendiri yang bisa-bisanya semudah ini percaya sama dia. Mungkin karena dia memegang proyek sepupuku, atau mungkin karena kami sama-sama dari Jakarta. Percayalah, di tempat yang asing seperti ini, menemukan teman dari kota yang sama terasa seperti menemukan saudara yang hilang.

"Enggak apa-apa. Lagian aku juga butuh jalan-jalan. Mumpung di proyek belum nyita banyak waktu," katanya sambil tersenyum.

"Makasih," kataku entah untuk keberapa kali hari ini. "Habis ini kita Sade, mau?" lanjutku.

"Lumayan jauh sih, karena itu di Lombok Tengah. Nanti aku yang nyetir deh," tawarku dan Randy langsung menggeleng.

"Santai aja, Flo. Yakali aku biarin disetirin perempuan. Bukannya aku ngeremehin kemampuan perempuan ya, tapi dari kecil aku udah diajarin kalau perempuan itu harus dilindungi dan dibantu selagi aku bisa bantu. Tapi...aku cuma minta satu hal dari kamu..."

"Apa?" tanyaku hati-hati. Semoga dia tidak minta yang aneh-aneh.

Randy menatapku lamat-lamat dan membuatku salah tingkah. "Jangan sedih dan murung lagi. Udah cukup kami nangis di pesawat dan kemarin seharian ngurung diri di kamar. Apapun masalahnya Flo, percaya aja kalau kamu bisa selesaiin dan laluin itu. Aku gak tega lihat mata kamu sayu gitu. Semuanya memang kelihatan berat di awal, tapi kalau kamu udah berhasil laluin, kamu pasti bakalan ketawa kalau ingat kamu pernah nangis sedemikian hebatnya hanya karena masalah seperti itu."

Aku tertawa kecil. Randy laki-laki yang baik dan aku mengerti kenapa dia bisa sesupel dan se-easy going ini. Itu karena dia percaya diri dan selalu percaya bahwa dia bisa menghadapi apapun.

"Kenapa kamu berniat pindah ke kursi di sebelah aku waktu di pesawat?" tanyaku tiba-tiba dan Randy menghentikan kegiatan makannya. Dia memandangku dan tersenyum kecil.

"Karena aku kenal kamu?" tanyanya tidak yakin dan aku tidak percaya.

"Kamu sebenarnya bisa aja kan pura-pura gak ingat aku. Toh, kita baru ketemu sekali dan itupun cuma sebentar. Aku mau dengar alasan yang lebih masuk akal lagi," jawabku iseng.

Randy tertawa dan mengusap pelan rambutku. Aku sontak memundurkan kepalaku. Hanya Gio laki-laki yang kuijinkan melakukan itu padaku selain papa. Sentuhan Randy terasa sangat asing dan juga tidak tepat. Tetapi Randy sepertinya tidak peduli dengan responku barusan.

"Oke, aku bakalan jujur. Tapi kamu harus janji kalau aku kasih tau alasannya, kamu jangan tiba-tiba hilang dari hadapan aku ya."

Aku menggigit bibirku pelan. Jangan sampai dia menyampaikan kalimat yang membuatku ingin kabur darinya sekarang juga.

Begin Again [COMPLETED] Where stories live. Discover now