Gio- Dinner

6K 499 7
                                    

Aku membanting pintu dengan cukup kuat untuk melampiaskan kekesalanku. Aku tahu bahwa seharian ini Flora menghindariku. Mungkin karena perlakukanku semalam atau mungkin karena hal lain. Aku tidak tahu. Yang pasti apa yang aku sampaikan padanya kemarin malam adalah tulus dari dalam hatiku.

Hari ini aku sengaja memaksakan diriku bangun meskipun baru berhasil tidur selama satu jam untuk mengajak Flora sarapan. Tetapi dia tidak mau keluar. Begitu juga ketika aku mengetuk beberapa kali setelahnya, Flora masih tidak mau muncul. Ketika aku sudah berniat akan datang lagi dan menunggu sampa Flora membukakan pintu, aku malah melihat Flora mengendap-endap keluar dari vilanya dan pergi bersama Randy. Belum lagi, barusan aku malah melihat Randy memegang tangannya.

Hah, posisiku memang benar-benar semenyedihkan itu. Aku tidak tahu bahwa Flora sudah sebegitu tidak nyamannya denganku. Aku jadi bertanya-tanya apakah memang cinta di hati Flora sudah menghilang untukku sedemikian cepatnya?

Di tengah kekalutanku, Axel meneleponku. Awalanya aku tidak berniat menerima panggilan itu tetapi kemudian aku tersadar kalau Axel tidak akan menyerah sampai aku mendengarkan apapun yang ingin dia bicarakan.

'Gio..' Aku menatap layar ponselku dengan heran. Ini benar-benar Axel kan? Tumben sekali nadanya selesu ini.

"Kenapa lo?" tanyaku penasaran.

'Nadine marah sama gue dan udah dua hari ini dia hindarin gue.'

"Bukannya dia dari dulu sering marah ke lo ya?"

Axel berdecak. 'Kali ini marahnya beda, Gi. Marah besar.'

"Emang lo ngapain dia?"

Axel terdiam lama. 'Hmm...gue ceritain nanti kapan-kapan aja,' katanya.

"Ck...jadi lo ngapain nelpon gue kalau gak mau cerita" ucapku kesal.

'Gue cuma mau berbagi informasi aja. Oh iya, gimana disana?'

Aku menarik napas. "Gak berjalan baik. Flora masih terus-terusan gak mau di dekat gue. Bahkan untuk sekedar minta blok-an nomor gue dibuka aja, gue gak berani." Kemudian aku menceritakan tentang segala yang terjadi di sini. Axel hanya diam selama aku bercerita. Tidak banyak menyela seperti biasanya.

"Xel..." pangilku. "Lo gak ketiduran kan?"

Axel tertawa garing. 'Enggak, gua hanya mikirin kenapa kisah cinta kita seaneh gini aja.'

"Gue aja kali. Lo kan udah berhasil batalin perjodohan lo."

'Bukan yang ini, Gi.' Ya, harusnya aku tidak merasa aneh dengan Axel yang dengan gampang mendapatkan perempuan.

;Tapi mungkin kita gak harus maksain semuanya harus sesuai kehendak kita gak sih, Gi? Gue udah pernah coba gitu dan hasilnya berantakan. Mungkin lo dan Flora memang gak berjodoh.'

"Jadi maksud lo gue harus menyerah?"

'Lo analisis aja, Gi. Lo yang bilang kalau keadaan di sana sulit, ya mungkin lo memang harus menyerah. Jangan sampai ujung-ujungnya lo musuhan sama Flora. Udah gak berjodoh, eh malah nambah musuh.'

Aku terdiam mendengar ucapan Axel.

"Tapi gue masih belum pengen menyerah. Lo tau kan betapa sulitnya gue nyari dia selama ini. Rasanya sayang banget kalau gue langsung mundur tanpa Flora dengarin penjelasan gue."

'So go on. Coba aja, Gi. Cuma ingat, jangan dipaksa. Kadang masalah itu solusi terbaiknya hanya dengan dibiarin. Kalau diperbaiki kadang-kadang malah buat semuanya makin kacau.'

"Kok lo bijak banget sih. Lo benaran lagi patah hati ya?"

Axel berdecak kesal dan langsung mematikan telepon karena aku terus-menerus mengejeknya. Aku tertawa kecil dan kemudian melangkah ke balkon kamarku dan memandang vila Flora. Aku mendesah, apakah untuk masalahku ini memang solusi terbaiknya hanyalah dengan membiarkan dan melepas Flora begitu saja? Bukan hanya Axel yang mengatakan agar aku tidak memaksa Flora. Orangtuaku, orangtua Flora, bahkan Randy ketika aku mengajaknya mengobrol sebentar di teras Flora tadi pagi pun mengatakan hal yang sama.

***

Setelah semalaman berpikir, aku akhirnya mengambil keputusan berani untuk mengajak Flora dinner berdua nanti malam. Aku tidak menginginkan ini adalah makan malam antar teman, melainkan antara aku yang mencintai Flora dan Flora yang dulu mengakui mencintai aku. Aku tahu bahwa ini akan terkesan memaksa tetapi aku juga tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi. Randy adalah orang yang mengancam posisiku. Aku hanya harus berhasil meyakinkan Flora bahwa aku mencintai dia. Tidak ada Nadine lagi dan hanya ada dia.

Karena itu di sinilah aku sekarang, di depan pintu vila Flora dan mencoba peruntunganku dengan mengetuk. Seperti kemarin, hingga sepuluh menit aku berdiri di sini, pintu tidak kunjung dibuka. Dengan tidak bersemangat, aku kembali ke villa dan akhirnya menuliskan sebuah pesan di selembar kertas. Aku menyelipkannya di bawah pintu dan meminta agar Flora membacanya meskipun aku tidak yakin dia mendengar perkataanku. Aku hanya sedikit berharap bahwa Flora masih mau memenuhi ajakanku.

Malam harinya, aku sudah pasti tiba lebih awal dari Flora di restoran pinggir pantai yang sudah aku reservasi. Restoran ini berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari vila yang kami tempati. Aku memandang jam tanganku dan melihat masih ada 15 menit lagi dari jam yang tuliskan di kertas tadi. Aku memang hanya ingin membuat casual dinner. Aku bahkan hanya mengenakan kaus polo dan celana pendek selutut. Bukan karena aku tidak bisa membuat dinner romantis, tetapi aku tahu bahwa Flora akan langsung melarikan diri ketika tahu aku mengajaknya dinner seperti itu.

Sambil menunggu kehadiran Flora, aku duduk terlebih dahulu dan mengeluarkan kotak cincin dari kantong celanaku. Cincin ini adalah cincin yang aku siapkan sebelum rencana kami berlibur ke Lombok beberapa waktu yang lalu. Sudah aku bilang kan, kalau aku memang berencana mengajaknya secara resmi untuk menikah. Tetapi kemudian terlalu banyak hal tidak terduga terjadi dan cincin ini masih tetap berada di tanganku. Malam ini, jika pembicaraanku dengan Flora berjalan lancar, aku akan memberikan cincin ini padanya dan jikapun tidak, aku tetap akan memberikannya karena memang aku memesan ini khusus untuknya.

Hingga lewat 20 menit dari janji temu kami, Flora belum kunjung muncul. Aku sudah mulai gelisah dan berkali-kali melihat ke arah pintu masuk. Berbagai pikiran aneh mulai menguasaiku dari Flora yang merobek kertas itu hingga kertas itu tanpa sadar terbuang sebelum sempat dibaca oleh Flora.

Tetapi, Tuhan masih berbaik hati padaku. 30 menit terlambat dari janji temu, Flora muncul dan memberikan senyumnya ketika kami bertatapan. Aku hampir saja melompat kegirangan kalau tidak memikirkan rasa malu. Dengan langkah cepat, aku menghampiri Flora yang tampak cantik sekali dalam balutan summer dress Zara. Aku tahu mereknya karena aku ikut memilihkan baju itu. Dulu, ketika kami masih baik-baik aja.

"Aku kira kamu gak bakalan datang," kataku sambil menggengam tangan Flora dan membimbingnya ke meja kami.

"Maaf. Tadi aku ngerjain sesuatu dulu. Gak apa-apa kan?"

Tentu saja tidak apa-apa. Flora mau datang saja, itu sudah lebih dari cukup. Tidak ada yang lebih baik daripada melihat Flora tersenyum ramah padaku setelah kemarin seharian menghindariku dan melihatnya menikmati makanan di depan kami. Perasaan pesimis yang tadi sempat muncul bahkan sekarang sudah menguap tidak tersisa. Aku yakin pembicaraan kami akan berjalan baik malam ini.

Tbh, hari ini aku lagi sedih banget. Sedih karena lihat banyak teman-temanku yang punya banyak pencapaian sedangkan aku rasa-rasanya satupun gak ada yang berjalan baik. Jangankan tercapai, mendekati pun enggak. Wkwkwkwk, I know gak seharusnya aku curcol disini. Tapi, sejak aku memutuskan nulis di WP adalah salah satu penyalur stress terbaikku, kadang-kadang kalau kalian ngeh aku selipkan curhatan kecil tentang kegiatanku atau perasaanku. Maybe some of you read it and some of you maybe don't. Tapi tetap aja lega bisa limpahin uneg-uneg tanpa dikomenin tapi kita tahu kalau ada yang baca. Jangan marah ya guys, mari kita saling berbagi uneg-uneg di lapak ini hihihi

Tapi kuharap kalian jangan kayak aku sih yang suka cemburu sama kehidupan orang lain. Kalau kata quote sih what is meant for you shall not pass you. Intinya sabar aja menanti bagian kita dan mari sama-sama berlatih buat gak iri sama orang yang udah melesat jauh di depan kita.

Begin Again [COMPLETED] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora