[✓] SURVIVE OR DIE

#7. Closed Door

MENDENGAR suara raungan Felix yang makin keras, membuat telinga dan kepalaku makin terasa ngilu. Rasanya benar-benar membuatku akan mati untuk kesekian kalinya.

Aku tidak tahan lagi. Sungguh.

"Kak Rhino! Sepuluh menit lagi."

Aku merasakan tubuhku berada pada punggung tegap seseorang, ah—siapa lagi kalau bukan Rhino.

Tubuhku sekarang sangat lemas, pikiranku melayang kemana-mana. Malah sekarang kedua mataku menggelap. Kemudian, aku melihat sekilas wajah adikku yang masih remaja—ah, ingatan itu kembali.

Sialnya dibarengi dengan sakit kepala yang seakan membunuhku secara perlahan.

Wah, adikku punya wajah yang sangat lucu. Imut sekali, pipinya menggemaskan.

Aku tersenyum bersamanya. Aku memegang tangannya. Aku mencium keningnya dan memasak untuknya.

Lalu, aku memeluk tubuhnya... yang banyak mengeluarkan darah.

Kedua tanganku juga membelai pipi chubbynya yang tersayat. Matanya tertutup di sebelah kanan, karena adanya luka baru yang terus menerus mengeluarkan darah.

Aku... hanya menangis sambil mendekap tubuhnya.

D-duluan ya, Kak. Argh! A-akan aku sampaikan s-salam u-un-untuk Ibu d-dan A-ayah. Uhuk! M-maaf-kan a-aku. T-tolong sampaikan s-salamku pada k-k-kak R-rhin-no. J-jangan ben-ci—uhuk—j-jangan benci Kak R-rhi-n-no.

Tangannya... menangkup kedua pipiku yang dibasahi oleh air mata.

A-aku sayaaaaang s-sekali sama K-kak Kira. S-sangat sayang.
A-ak-ku t-tinggal y-ya, K-kak.

Tidak, Peter. Jangan tinggalkan Kakak sendiri di sini. Peter. Kumohon. Peter!

Nona Muda, HNOX-K13 sudah diamankan. Ia sudah ditembak peluru bius oleh petugas.

Bajingan.

Aku—menampar wanita itu? Wanita yang berseragam sama sepertiku, kini terlempar cukup jauh... dengan luka memar dan bekas darah dipipinya.

Siapa yang berani melepaskan Rhino dari ikatannya?! Jawab!

"Argh..."

"Kira."

Tubuhku terguncang karena Rhino yang berlari menuruni tangga dengan pintu yang terbuka di depan sana.