Part 4

1.5K 258 10
                                    






Junghwan yang masih ngantuk itu cuma iya iya aja saat Felix menggandengnya ke dapur buat sarapan. Meskipun udah berendam lama di bathtube ampe ketiduran, Junghwan masih aja ngantuk. Salahin aja kenapa dia mesti galau semalam ampe nggak bisa tidur.

Felix mendudukkan Junghwan di antara Jisung dan Ayen yang lagi ngobrol sembari menunggu sarapan selesai di buat.

Changbin dan Hyunjin ikut turun tangan bantu Bik Tum yang lagi masak nasi goreng di wajan yang besar. Hyunjin dan Changbin bagian bikin omeletnya sosisnya.

Emang anak-anak penghuni rumah Renjuan ini bakalan selalu bantu-bantu ART mereka buat masak atau bersih-bersih. Seikhlas dan semampu mereka aja. Bik Tum udah seneng banget kalau ada yang bantu-bantu dia kerja. Karna demi apa ngurusin 25 pemuda itu sendiri cukup berat. Untung mereka pada pengertian.

" Cio? Mana Jeongwoo sama Haruto?" Tanya Changbin ke Mashi yang tadi di tugasin buat bangunin kedua anak itu.

Mashi yang namanya di sebut angkat kedua tangan. Changbin udah paham banget sama kode itu.

" Sayang. Bantu bangunin Uto sama Uwo dong. Ntar mereka telat." Changbin memanggil Han yang kebetulan masuk ke dapur sambil bawa gelas taperwernya.

Han yang jalannya masih merem-merem itu langsung ngegeleng.

" Ngantuk." Ujarnya serak. Jelas sekali kalau anak ini masih ngantuk banget, keliatan dari muka bantal akibat terpaksa bangun karna mendadak haus. Eh dispenser di lantai 2 airnya abis. Terpaksa dia ke bawah.

Setelah mengisi gelasnya, Han minum sebentar trus balik lagi ke kamarnya.

Changbin berdecak.

" Lix, bangunin mereka berdua dong." Ujar Changbin kepada Felix yang lagi nyanderin kepalanya ke Jisung. Felix juga ngantuk, kalau bukan karna kuliah pagi, ogah bener dia ada disini.

" Nggak akan bangun dia bang. Tolong cari aja orang lain yang mulutnya lebih toa biar tu bocah berdua serangan jantung pagi-pagi." Felix menolak. Changbin stress.

Akhirnya dia melirik Hyunjin, kandidat mulut toa yang udah stay di dapur dari tadi.

" Njin---"

" Lagi ribet nih bang." Hyunjin langsung menolak. Karna emang dia itu lagi bikinin para piyik susu.

Di saat Changbin lagi mikirin siapa yang mau di suruh buat bangunin Haruto sama Jeongwoo, tiba-tiba Chenle datang dengan membawa keributan. Tangannya masing-masing menarik telinga Haruto dan Jeongwoo yang sedari tadi di khawatirkan Changbin. Haruto ama Jeongwoo udah teriak-teriak kesakitan.

" Nice Le. Kamu emang yang paling mengerti abang." Ujar Changbin sumringah. Chenle hanya meliriknya sekilas lalu membawa kedua bocah itu menuju kursinya masing-masing.

Sekarang Changbin bisa lega membagi-bagikan piring berisi nasi goreng dengan omelet sosis sederhana itu ke mereka-mereka yang akan memulai aktivitas paginya. Karna emang yang berada di dapur ini cuma anak-anak yang masih SMA sama mereka yang kebagian kuliah pagi.

" Bang. Lain kali tolong suruh bang Cio aja yang bangunin kami ya." Request Haruto kepada Changbin.

Mashiho mendelik. Kesel banget dia karna mesti teriak-teriak pagi-pagi tapi mereka berdua nggak bangun-bangun. Malah sekarang minta dia buat terus-terusan kebagian buat bangunin mereka. Cio sih ogah.


 Cio sih ogah

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Saat rombongan Junghwan sampai di parkiran sekolah, terlihat Mavin seperti menunggu kedatangan mereka di atas motor scoopy coklatnya. Terbukti saat mereka memarkirkan motornya, Mavin berdiri dan berjalan menghampiri mereka.

" Kita duluan Wan." Ujar Jisung sembari menepuk pelan pundak Junghwan. Jisung mengkode yang lain agar mengikutinya dan membiarkan Junghwan dan Mavin berbicara berdua.


" Ju?"

Junghwan memalingkan wajahnya.

" Ju jangan gini." Mavin berusaha meraih tangan Junghwan, tapi Junghwan menarik tangannya.

" Apalagi kak?" Ujar Junghwan sembari menatap Mavin jengkel.

" Ju, kita harus ngomong--."

" Ya kan ini udah ngomong." Potong Junghwan.

" Kamu salah paham Ju. Kamu tau kan kalo aku sama Siyun itu udah temenan dari TK--"

Junghwan menatap Mavin dengan tatapan tajam.

" Tentu gue tau kak! Tau banget malah! Apasih tentang lo yang gue gatau?!"

Mavin udah lemes aja liat kemarahan Junghwan ini. Padahal dia sengaja buat nunda penjelasannya ke Junghwan, berharap saat ia menjelaskan semuanya nanti, Junghwan udah jauh lebih tenang. Tapi ternyata sama aja.

" Gue tau elo sama dia temenan dari kecil, deket dari kecil. Tapi masalahnya, dia itu suka ama elo kak! Dan lo malah nggak serius nanggepin ucapan gue, malah pergi main bareng dia tanpa sepengetahuan gue!"

Mavin menggeleng cepat.

" Siyun nggak suka aku Ju. Kamu salah paham---"

" Salah paham apa?! Dia sendiri yang bilang ke gue, dia sendiri yang bilang pengen ngancurin hubungan kita! Kenapa lo masih aja nggak percaya?!"

Mavin tentu saja tidak mudah percaya apa yang Junghwan katakan, ia tau Siyun nggak akan mungkin kayak gitu meskipun Siyun emang gasuka sama hubungannya ama Junghwan. Mavin merasa ia kenal Siyun luar dalam, atau belum?

" See, lo nggak percaya kan? Fine. Gue pergi."

Junghwan segera berbalik hendak pergi, tapi langkahnya terhenti saat seseorang memeluknya begitu erat dari arah belakang, Mavin memeluknya. Junghwan kaget tentunya, Mavin nggak pernah gini sebelumnya. Kakak kelas sekaligus mantan pacarnya itu adalah orang yang selalu menjaga wibawa serta citranya di depan umum. Bahkan saat MPLS dulu ia di tolak mentah-mentah saat ia menyatakan perasaannya dan pergi begitu saja dari gedung aula tempat semua siswa siswi baru tengah berkumpul untuk penutupan acara MPLSnya.

Sekarang lihat saja, Mavin memeluknya di parkiran tanpa memperdulikan orang-orang yang memperhatikan mereka bahkan ngefoto dan merekam mereka semenjak berdebat tadi.

" Ju. Aku kangen kamu Ju. Jangan gini Ju." Bisik Mavin di leher Junghwan.

Sesaat ekspresi Junghwan menyendu. Ia sama rindunya. Tapi hatinya lebih sakit saat mengetahui fakta jika Mavin lebih percaya Siyun daripada dirinya. Dari dulu selalu seperti itu, Mavin selalu menuduhnya terlalu posesif.

Junghwan membiarkan Mavin memeluknya lebih lama sebelum ia melepaskan lingkaran tangan Mavin dari perutnya dan melangkah cepat meninggalkan Mavin yang udah hampir menangis.



" Lo apain Mavin?!"

Langkah Junghwan terhenti saat Siyun menghadangnya. Amarahnya memuncak melihat sahabat dari mantan kekasihnya itu, tapi please, ini masih pagi. Junghwan lagi nggak pengen ngehajar siapapun.

" Minggir." Ujar Junghwan dingin. Tapi Siyun berusaha menghalangi langkahnya.

" Lo apain Mavin!"

Junghwan menggertakkan gerahamnya. Wajahnya memerah menahan amarah.

" Minggir bangsat!"

Brukk!

Sekali tepisan Siyun udah jatuh berdebam ke sampingnya. Junghwan mendengus lalu pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.

" GUE NGGAK TAKUT SAMA LO JUNGHWAN! LIAT AJA NANTI, GUE BALES SEMUA PERBUATAN LO!"

Junghwan tersenyum miring.

' Lo belum tau siapa gue.'


Tbc.

After You | Hwankyu ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora