32.

83 7 0
                                    

Setelah kejutan kemarin yang Haris berikan pada seluruh penghuni SMA Pratama, hati Haris begitu senang. Tak henti-hentinya Haris memandangi foto yang kemarin sempat mereka abadikan bersama.

Terdengar pintu kamar Haris ada yang mengetuk.

"Ris? Ini gue Alexa," ucap Alexa.

"Masuk," sahut Haris.

Alexa segera membuka pintu dan masuk kedalam kamar Haris. "Diliatin mulu tuh foto," ucap Alexa sedikit meledek.

Haris tersenyum. "Dulu gue gak punya temen sebanyak ini, Al." ucap Haris.

Alexa menepuk bahu Haris. "Punya, dulu lo punya temen bahkan lebih banyak dari ini. Ini cuma sebagian dari mereka yang gak bisa ikut foto bareng sama kita," ucap Alexa.

Haris menoleh dan kembali menatap foto yang berada di tangannya. "Gue masih belum inget apa-apa," ucap Haris pelan.

Alexa meraih bingkai foto yang disana terdapat Dylan, Lita, Haris dan Alexa yang tengah tersenyum bahagia. Alexa menyodorkan foto tersebut pada Haris.

Haris hanya menoleh.

Perlahan tangan Alexa bergerak menunjuk satu demi satu orang yang berada di dalam foto tersebut. Tangan nya terarah pada sosok Dylan. "Ini Papah, Ris." Ucap Alexa dengan air mata yang mulai menggenang.

"Ini Mamah,"

"Ini gue,"

"Dan ini lo,"

"Indah ya, Ris?" Ucap Alexa seraya meneteskan air matanya.

Haris menatap mata Alexa. "Jangan nangis, Al." Ucapnya.

"Kita bukan saudara kandung, Ris." Ucap Alexa seraya menatap mata Haris.

Haris tampak terkejut namun dia kembali menetralkan raut wajahnya.

"Papah lo nikah sama Mamah gue, Ris. Sebenernya gue bingung harus jelasin dari mana,"

Haris mengusap bahu Alexa. "Jelasin pelan-pelan aja, gapapa ko. Gak harus sekarang,"

"Tapi gue harus jelasin sekarang biar lo ngerti,"

Dengan perlahan Alexa menjelaskan bagaimana dia bisa menjadi saudara dengan Haris, Haris dapat memahami dengan baik apa yang Alexa ceritakan. Haris kini tau, bahwa seberapa besar rasa sayang dia pada Alexa dulu, dan Haris kini tau mengapa dia bisa hilang ingatan dan terdampar di sebuah desa.

Haris memeluk Alexa erat, air matanya tak kuasa ditahan. Dia meminta maaf pada Alexa karena selama ini dia sudah meninggal kan nya seorang diri.

Walaupun ingatannya belum sepenuhnya pulih, dia terus meminta maaf dan benar-benar merasa sangat bersalah.

Alexa melepas pelukannya, dia beranjak dari ujung tempat tidur. Bergegas menuju kamar nya untuk mengambil sesuatu.

Kini, dia sudah membawa sebuah kotak dimana didalam kotak tersebut terdapat kamera dan surat yang Haris buat satu tahun yang lalu.

Alexa memberikan kotak tersebut pada Haris. "Lo harus liat isi dari kotak ini, Ris." Ucap Alexa.

Haris pun membuka kotak tersebut dan melihat video didalam kamera dan membaca surat yang dia buat sendiri.

Air matanya kembali mengalir deras, membasahi kertas yang berada di tangannya. Tiba-tiba, kepala Haris begitu terasa menyakitkan. Haris memegang kepalanya, jelas saja Alexa sangat panik saat itu.

Alexa segera memanggil Tommy, semenjak kejadian jatuhnya pesawat kemarin, Tommy memutuskan untuk tinggal bersama Alexa dirumah yang sama. Tommy ingin membalas semua kebaikan yang pernah Dylan beri padanya dengan cara menemani dan melindungi Alexa. Karena, Tommy tau rasa sayang, dan cinta Dylan pada anak-anak nya sangatlah besar.

"KAK TOMMY!!!" teriak Alexa histeris.

Tommy yang mendengar teriakan Alexa segera berlari menuju kamar Haris, Bi Irah dan pak Anas yang mendengar nya pun segera berlari menghampiri Alexa dan Haris.

"Kenapa, De?" Tanya Tommy panik.

"Haris, Kak!" Sahut Alexa.

"Bawa Haris ke mobil! Kita kerumah sakit sekarang!" Ucap Tommy seraya menggotong tubuh Haris yang sudah tak sadarkan diri.

"Pak Anas cepat siapkan mobil!" Perintah Tommy.

Pak Anas dan Bi Irah segera bergegas keluar dari kamar Haris, begitupun dengan Alexa.

Dijalan Alexa tak henti-hentinya menangis, dia tak mau jika harus kehilangan Haris untuk kedua kalinya.

"Lo kuat, Ris!" Ucap Alexa seraya mengusap kepala Haris.

Sesampainya dirumah sakit, Haris segera di larikan kedalam ruangan IGD. Tidak ada yang di perbolehkan masuk kedalam, akhirnya Alexa, Tommy dan pak Anas hanya menunggu di depan ruang IGD.

Air mata terus berjatuhan dari kedua mata Alexa, Alexa benar-benar takut kehilangan orang yang dia sayang untuk kedua kalinya.

Akhirnya Tommy menghampiri Alexa dan memeluknya. "Percaya sama Kakak kalau Haris gak mungkin kenapa-kenapa. Haris itu kuat, Al." Ucap Tommy berusaha menenangkan Alexa padahal hati nya sendiri pun sangat gelisah.

Dokter pun keluar dari ruangan UGD dan tersenyum. "Semuanya akan baik-baik saja, ini hanya efek dari hilang ingatannya. Pasien akan baik-baik saja dan akan kembali mengingat semua kenangan nya di masa lalu, di harapkan pada keluarga untuk selalu membantu pasien kembali mengingat kejadian-kejadian kecil yang pernah dia lakukan semasa dulu." Ucap dokter seraya tersenyum ramah.

Tommy tersenyum. "Terimakasih, Dok." Ucap Tommy.

Dokter pun mengangguk dan pergi dari sana.

Alexa tersenyum dan mengusap air matanya. Dia bergegas masuk, menghampiri Haris yang tengah terbaring.

Perlahan tangan Alexa menyentuh kepala Haris, air matanya terus mengalir deras tak tertahan.

"Cepet sembuh, Ris. Gue cuma punya lo sekarang," ucap Alexa pelan seraya mengecup kening Haris.

Tommy yang melihatnya dari luar tak kuasa menahan tangis nya, dada nya begitu sesak ketika harus menerima kenyataan bahwa orang yang selama ini dia sayangi harus pergi meninggalkan orang yang begitu rapuh.

"Papah," gumam nya pelan seraya tersungkur ke lantai.

Terdengar derap langkah kaki di antara koridor rumah sakit, ternyata mereka adalah Sergio, Aldi, Nayra, Dino dan Angga. Mereka di beri tau oleh Tommy bahwa Haris di bawa ke rumah sakit.

"Kak? Dimana Haris?" Tanya Nayra cemas.

"Di dalam," sahut Tommy singkat.

Nayra segera masuk kedalam, tapi Sergio dan yang lainnya masih di luar untuk menemani Tommy.

Sergio berjongkok dan menepuk bahu Tommy. "Gue yakin lo kuat, Kak." Ucap nya seraya tersenyum.

"Saya gagal untuk mengganti kan posisi pak Dylan dan Bu Lita," ucap Tommy seraya terisak.

Aldi, Dino dan Angga tertunduk dan diam. Mereka bisa merasakan betapa berat nya menjadi Tommy, telah kehilangan kedua orang tuanya dan sekarang dia juga harus kehilangan kedua orang tua angkat yang begitu baik padanya.

Sergio tersenyum untuk menguatkan. "Lo bukan gagal, ini cuma masalah waktu. Jangan pernah nyerah, Kak. Gue butuh lo untuk sahabat dan orang yang gue sayang," ucap nya dengan mata yang mulai memerah.

Tommy menoleh dan tersenyum. "Terimakasih," ucap nya.

Semuanya pun langsung tersenyum dan bergegas masuk kedalam untuk menemui Haris.

Happy reading 💙


ALEXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang