「 special episode : pudar 」

414 41 31
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

. . .

pudar ❞

. . .

present by sylverky

. . .

[catatan penting;
semua yang tertuang di sini
hanya bersifat fiktif belaka.]

✈️

✈️

✈️

✈️ ✈️ ✈️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✈️ ✈️ ✈️

Setelah hari-hari sepi yang membelenggu relung hati, akhirnya penantianku mengarah kepada sebuah hasil. Sabtu petang, di penghujung Bulan Desember, kekasihku yang telah lama menghilang bagai ditelan bumantara, memberiku sebuah pesan singkat, dengan janji hendak bertemu sebagai isinya.

Kurva manis yang tercetak apik di belah delima serta degupan jantung yang menggila menjadi tanda bahwa aku tidak perlu berteriak untuk katakan pada semesta, bahwa aku sedang rasakan bahagia. Sudah sekitar tujuh bulan sejak pertemuan terakhir kami, dan sebanyak itu pula aku harus rela menelan kembali semua rasa rindu yang aku terbangkan bersama untaian doa-doa untuk si lelaki tampan yang sedang berada beribu-ribu mil dari tempatku berpijak.

Sebenarnya jarak bukanlah masalah utama. Baik aku maupun Changbin juga bukan anak muda usia dua puluhan awal yang baru mengenal gejolak asrama, pun ini juga bukan kali pertama kami membiarkan 'jarak jauh' berada di tengah kata 'hubungan' dalam larik kisah kami berdua. Namun tetap, aku tidak dapat menampik bahwa semakin hari aku semakin takut, rasa ragu yang kurasakan secara perlahan semakin tumbuh membesar dan mengetahui bahwa Changbin sering lari dariku semakin membuat benakku mengarah kepada satu pertanyaan;

Apakah utas janji yang pernah kami ukir kala itu akan mati begitu saja dilahap masa?

Memang sudah sepatutnya aku menyiapkan hati, kala Changbin bilang bahwa ia telah resmi dipercaya untuk menerbangkan benda besi yang memuat banyak orang sekaligus di dalamnya itu. Namun ternyata aku lupa, bahwa bukan hanya aku sendiri yang perlu menyiapkan hati, karena kalau untuk urusan berpaling—siapa yang bahkan dapat menebak ... siapa yang akan mencuri langkah terlebih dahulu? Dan siapa yang akan bersedia mengalah; menelan semua luka, memasang topeng, seolah tidak pernah terjadi apa-apa? Siapa yang akan melepas ... dan siapa yang akan setia bertahan?

[2] canvas. | telah terbit.Where stories live. Discover now