Chapter 3

366 56 11
                                    

Happy reading...

(Perhatian! Cerita ini sudah diubah secara keseluruhan.)

* * *

Rega, nama laki-laki itu. Sekarang dia tengah berdiri tegak saat Sekara dan Syla memandanginya dengan mengintimidasi. Dia tidak berniat mesum kok, dia hanya mau bertemu dengan Syla, lalu menanyakan soal punggungnya. Tapi mungkin ini adalah rezekinya melihat penampakan yang tadi.

"Ma-maaf, tadi gue nggak bermaksud kok!" Rega langsung membalikan tubuhnya saat dirinya tersadar.

Sekara menghembuskan napasnya. "Pasang lagi baju lo, Syl." Syla diam menurut, dia sangat-sangat malu, sungguh!

"Lain kali, kalau mau masuk, salam dulu, biar yang didalam tau," peringat Sekara yang langsung diangguki Rega.

"Ya udah, ngapain lo ngadep kesitu, gu-gue udah pakai baju kok!" Syla berseru lantang guna menutupi kegugupannya. Tapi sepertinya percuma, Sekara dapat menangkapnya.

Rega berbalik dan kembali menghadap Syla dan Sekara. Rega diam-diam menghembuskan napas berat saat punggung mulus Syla terngiang-ngiang dikepalanya. "Maaf, ya, gue nggak berniat ngintip atau berniat mesum kok. Niat gue baik untuk lihat keadaan lo." Rega menjelaskan maksud dari kedatangannya kepada Syla dan Sekara.

Sekara mengangguk. Dia diam-diam melirik kearah Syla yang mungkin sekarang hatinya sedang berdebar gila. Sekara juga dapat melihat ada semburat merah di pipi temben perempuan itu.

"Oh, ya, tentang keadaan lo, lo udah baikan?" tanya Rega. Bisa Sekara lihat jika Rega khawatir dengan Syla. Sepertinya bentar lagi bakal ada yang sold out. Sekara nggak sabar jadi jomblo abadi.

"U-udah kok," jawab Syla yang gugup.

"Baguslah."

Terjadi keheningan beberapa saat, tapi Sekara langsung bisa mencairkan suasana. "Lo udah baikan? Jadinya mau izin pulang atau tetap sekolah?" Syla tampak berpikir-pikir untuk menjawab pertanyaan Sekara.

"Gue... sekolah aja deh!" serunya riang.

Entah kenapa, Syla tampak bahagia sekali.

Sekara mengangguk. "Ya udah, yuk balik ke kelas," ajak Sekara lalu turun dari brankar dengan hati-hati. Syla menyusul ingin turun, dia juga dengan hati-hati turun dari brankar. Syla sedikit meringis ngilu saat dia menggerakkan lengannya.

"Kenapa? Tangan lo ada yang sakit juga?" tanya Rega mendekat kearah Syla untuk membantu perempuan itu.

Sekara yang melihatnya otomatis mundur memberikan ruang untuk Rega membantu Syla. Setelah Syla sudah berdiri dengan tegak, Rega sama sekali tak melepaskan kedua tangannya dari lengan Syla.

Sekara yang melihatnya berdecak malas. Bisa aja modus laki-laki itu.

"Lepasin, yang sakit itu punggung dia, bukan kakinya yang lumpuh!" Sekara menghempaskan dua tangan Rega yang tadi bertengger manis di kiri dan kanan lengan Syla.

"E-eh, maaf." Rega dan Syla menjadi kikuk sendiri, apalagi posisinya yang berdiri disamping Rega. Jantungnya seperti berdisko. Deg, ajeb ajeb.

"Lo yakin mau ke kelas, Syl? Gue saranin, mending lo pulang aja deh, istirahat total," usul Sekara dengan wajah yang khawatir.

"Iya, lo pulang aja, gue izinin kok."

Sekara mengangguk. Rega sebagai ketua kelas mereka sudah memberikan izin kepada perempuan itu.

"Ta-tapi gue mau ke kelas," cicit Syla.

Sekara membuang napasnya. Bisa-bisanya Syla malah milih mau ke kelas dari pada pulang, kalau dia sih lebih milih pulang lah, rebahan sambil nonton tiktok. Bodoh, itulah umpatan yang Sekara ucapakan untuk Syla didalam hatinya.

Mystery Of Keyyara [ New Version ]Where stories live. Discover now