11. Saturday Chill

40 12 28
                                    

Jelas saja ini hanya bentuk simpatinya , bukan kasih sayangnya

*****

Sore ini Haera sedang mengamati lantai 3 yang mulai diisi oleh barang-barang. Antara bingung dan penasaran akhirnya ia mencoba bertanya pada salah satu asisten di rumahnya.

"Bi, ini ada apa yaa?" tanya Haera, kebetulan dirinya sendirian di rumah.

"Oh tadi pak Suho bilang katanya lantai 3 mau di tambahin furniture soalnya temen-temen mbak Haera udah sering dateng." ucap asisten tersebut.

Haera mengangguk-ngangguk, memang lantai 3 sangat sunyi, banyak ruangan yang tidak ditempati dan ruangan luas di lantai 3 juga hanya di isi sofa-sofa.

Sepertinya memang ayahnya niat membesarkan 7 anak angkat itu, buktinya sekarang bukan hanya Chenji yang memiliki kamar.

"Wehh mo ngapain ini? Mau pindahan?" tanya Haechan yanh baru saja datang sembari menenteng helm di tangannya.

"Mau ngisi kekosongan lantai 3, lo kemari sama siapa?" tanya Haera.

"Sendiri. Wih ada kasur juga nih, gue punya kamar yaa?" tanya Haechan.

Haera hanya mengangguk. Sementara Haechan sudah berjalan menuju asisten rumah tangga yang mengatur barang-barang.

"Berarti saya boleh pilih kamar manapun dong? Roomatenya juga saya yang pilih ya?" tanya Haechan.

"Boleh. Ada yang dua orang sekamar ada yang tiga. Di ruang tiga orang lebih luas." ucap asisten tersebut.

"Saya mau liat-liat dulu."

Sementara Haera hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memutuskan untuk turun ke dapur mencari donat yang ia pesan tadi.

"Loh, bang Taeyong, tumben ada di rumah." ujar Haera yang mendapati kakaknya tersebut di dapur sedang mencomot donat yang seratus persen Haera yakini itu donatnya.

"Capek. Ini tadi ada abang ojek online atas nama Haera abang minta satu ya." ucap Taeyong.

Haera hanya mengangguk. Syukur saja ia memesan dua box, pastilah 7 kurcaci itu akan menghampiri rumahnya.

"Mamah mana?" tanya Taeyong.

"Belanja bulanan sama David bareng Chenji." jawab Haera.

Taeyong mengangguk-ngangguk.

"Haera ke atas dulu bang." pamit Haera meninggalkan Taeyong sendirian di ruang makan.

Sebenarnya ia menunggu Irene untuk meminta persetujuan tempatnya untuk magang.

"Eh, yo what's up bang..." ucap Mark kala melihat Taeyong yang sedang mengunyah donat sembari mengkhayal.

"Eh, lo dateng juga?" tanya Taeyong.

Mark adalah adik kelasnya dulu, Mark masih kelas 10 sedangkan ia kala itu sudah kelas 12. Mereka se geng bisa dibilang dreamies yang sekarang akan jadi yang terakhir.

"Iya bang. Katanya Haechan disini lagi milih kamar." ucap Mark.

"Hah? Mamah ngangkat kalian?" tanya Taeyong.

Mark menggindikkan bahu tak tahu.

"Sepertinya bakal jadi kaya Chenji. Abang gak tau?" tanya Mark.

Taeyong menggeleng. Kemana saja ia selama ini hingga tak tahu apa-apa tentang rumahnya.

"Gue ke atas dulu ya bang." pamit Mark.

Taeyong hanya mengangguk. Pantas saja anak-anak itu sudah sering kemari. Ternyata lantai 3 sudah menjadi milik mereka.

.

With You | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang