A L I N A || 1 1

324 29 10
                                    

Hai hai
Selamat membaca💙

-Bukan tentang seberapa lama dia mengenalmu. Tapi, tentang bagaimana caranya dia memperlakukan dirimu.




"Heyo gaess, balik lagi dengan gue Bima disini!" teriaknya menggema di depan pintu kelas 11 Ipa 3 yang langsung di tatap tatapan aneh oleh penghuni kelas yang lebih dahulu tiba. Tak terkecuali Arkan.

"Dan gue Ari disini!" lanjut Ari tak mau kalah sambil meyugar rambut nya yang sedikit panjang ke belakang tak lupa senyum mematikan andalannya yang di balas raut wajah ingin muntah oleh Arkan.

Bima celingak celinguk menyadari ada yang kurang sambil menepuk bahu Ari yang sedang sibuk mengaca dengan kaca kecil yang ia bawa dari rumah. "Eh, mana si Dave?"

"Lah iya, kemana" sadarnya sambil meletakkan kembali kaca nya kedalam tasnya.

Jangan lupakan mereka yang masih di depan pintu kelas.

"Hosh.., hosh.., BIADAP LU BERDUA EMANG!" teriak Dave sambil berlari tergopoh-gopoh dengan nafas yang tersenggal senggal dengan tangannya yang bertumpu pada lututnya sambil sedikit menunduk.

"Lu kenapa dah?" tanya Ari bingung saat melihat raut wajah Dave yang memerah karna lelah berlari.

"Eh, lu yang nimpuk kepala adek kelas yang lagi duduk di koridor tadi kan pake botol minum" tuding Dave ke arah Ari yang sok mengalihkan pandangan.

"Pelan doang" sahut Bima yang membela Ari.

"Iya pelan, gue yang kena imbas" teriaknya menggebu-gebu karna tak terima dengan belaan Bima barusan.

"Di apain lo emang?" tanya Ari penasaran.

"Lo gatau kan anjir si ad---"

"KALIAN KENAPA MASIH DI SINI!" bentakan yang memekakkan telinga itu berhasil memotong ucapan Dave dan membuat perhatiannya serta anak-anak yang berada di dalam kelas itu teralihkan melihat Bu Saras, guru galak dengan pakaian besarnya serta kacamata bulat yang nangkring di atas pipi tembamnya serta lipstik merah manggis tersemat di bibirnya yang sudah memasang tampang sangarnya dengan tambahan 3 buku paket tebal di tangan sebelah kanan dan mistar panjang di tangan sebelah kiri.

"Itu, tadi si gimana ya, anu Bu,"

"Anu kamu kenapa!" murka Bu Saras karena sudah jengah dengan kelakuan 3 orang di depannya, seharusnya di tbah Arkan.

"Ambigu anjir" bisik Dave mengarah ke hadapan Bima dan Ari.

"Iya anu apaan"

"gatau dah"

"MALAH NGOBROL KALIAN! Brak..." murka Bu Saras seakan-akan sudah di ujung tanduk yang langsung menutup pintu kelas dengan emosi, sedangkan 3 orang di depan pintu sedang cengar cengir tak jelas.

"Kantin kuy" ajak Ari sambil merangkul bahu keduanya.

"Kuy"

"Dah Arkan" ejek ketiganya sambil melambaikan tangan ke arah Arkan lewat jendela sambil tertawa, sedangkan yang di ejek hanya memasang raut malas.

"Kalian jangan ikut-ikut kayak four tengil tadi. Ibu udah gatau lagi sama mereka" keluh Bu Saras sambil berjalan ke meja kekuasaannya, ya Bu Saras adalah wali kelas mereka.

"Kok four Bu, tadikan bertiga" perotes Arin, siswi terpintar setelah Arkan di kelasnya.

"Satunya lagi tobat tu" dagu Bu Saras maju seakan menunjuk keberadaan Arkan yang sedang duduk santai di pojokan.

"Oo" selanjutnya ia hanya ber o ria.

Teng.. Teng.. Teng..

Sontak bunyi itu membuat seluruh siswa-siswi SMA Elaskar itu melebarkan bola matanya, yang tadinya lemas lesu mendadak jadi semangat, yang tadinya mengantuk mendadak hilang rasa kantuknya. Karena bel istirahat sudah di tunggu-tunggu mereka sejak tadi.

"Kalian boleh keluar" ujar Bu Saras kepada seluruh murid di kelasnya.

"Uhuyyy"

"Akhirnya"

"Makan-makan"

°°°°

"Eyoo mabroh" sapa Bima saat melihat Arkan yang sedang berjalan bersandingan dengan Alin memasuki kawasan kantin. Ya, sebelum ke kantin tadi Arkan sempat menjemput Alin di kelasnya walau hanya sekedar .engajaknya makan di kantin.

"Haii neng Alin" dengan kedipan mata genitnya Ari menyapa Alin dengan raut muka yang sok di manis-manis kan.

"Lu mau gue pukul" ucap Arkan spontan karena muak melihat kelakuan Ari.

"Santai mamen, duduk-duduk" canda Ari sambil senyum-senyum.

"Eh, mana si Sheira, Lin?" tanya Dave yang sejak tadi gatal ingin menanyakan keberadaan best Alin yang tak kelihatan sejak pagi tadi.

"Izin, ada acara keluarga katanya" ucapnya yang di balas anggukan mengerti oleh semuanya.

Plak..

Tepak-an itu membuat Alin, Arkan dan Bima menoleh ke arah suara itu dengan dahi menyeringit.

"Bakso gue tinggal satu, lu embat juga" kesal Dave setelah menepak tangan Ari.

"Satu doang"

"Ya emang tinggal satu"

"Lu udah dua mangkok masa gak kenyang-kenyang" heran Ari melihat Dave yang baru saja menumpukkan mangkoknya pada mangkok bekas satu lagi.

"Tau dah, kesel gue" ucapnya pura-pura marah.

"Cek elah, udah kayak anak perawan gak di belin coklat aje lu"

"Nyenyenye" ucap Dave sebal.

"Kalian lucu ya"

Celetukan itu membuat perhatian yang tadi berada pada Dave dan Ari, sekarang beralih pada gadis lucu yang sedang menopang wajahnya dengan kedua tangan di bawah dagu yang sedang melihat aksi yang terhenti tadi.

Ari dan Dave yang dipuji lucu oleh Alin pun mulai senyum-senyum tak jelas. Membuat Bima dan Arkan muak melihat kelakuan keduanya.

"Jangan gr" ketus Arkan sambil melirik keduanya yang tak berhenti tersenyum.

"Sirik aja sih lo"

"Si Alin bercanda" sahut Bima sambil meminum es teh nya yang sudah tinggal setengah.

"Iri, bilang sahabat" heboh Ari sambil berdiri dan mengeluarkan jurus kungfu andalannya.

"Mana ada pangeran iri sama babu" celetuk Dave yang juga jengah melihat Ari.

"Lo bela gue ngapa sih" sejenak Ari menghentikan gerakan kungfunya dan menatap sinis Dave.

"Noh si Bela" tunjuk Bima ke arah seorang siswi yang sedang makan bersama teman-temannya dan duduk tak jauh dari hadapan mereka.

"Cantik uyy, gebet ah" ucap Ari sambil menatap Bela.

"Dih, sok cakep lu"

"Emang cakep"

"Cakep ndasmu"

"Ada nih satu"

"Emang mau dua"

"Ya ka---"

"Brisik" potong Arkan kesal karena dua mahluk itu selalu saja mendebatkan hal-hal yañg tidak penting.

°°°°

Terimakasih yang sudah membaca💙

Jangan lupa Vote, Kritik dan Sarannya ya!
Bubay

See You Ñext Chapter🍭💙

ALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang