A L I N A || 2 0

225 20 1
                                    


"Lho, baksonya mana?" tagih Sheira saat melihat Ari sudah kembali tapi tidak membawa apa-apa.

"Ntar di anterin elah, gue mana kuat" sebal Ari  sambil menarik kursi di sebelah Bima dengan kasar.

"Bawa bakso aja gak kuat" ledek Sheira sambil memainkan sedotan di depannya yang baru ia ambil tadi.

"Tangan gue cuma dua ya, mana bisa bawa 6 mangkok bakso" gas Ari yang membuat Sheira tersenyum puas.

"Kan pake nampan bisa" tantang Sheira semakin menjadi.

"Udah Shei" sahut Alin untuk mendiamkan Sheira karena wajah Ari sudah memerah mau meledak.

"Ck, gak seru lo Lin" keluhnya saat kegiatan menganggunya di hentikan paksa oleh Alin.

" Permisi atuh, ini baksonya" ucap kang Maman sambil meletakkan nampan di atas meja dengan 6 mangkuk bakso.

"Makasih mang" sahut mereka yang di iyakan mang maman lalu kembali ketempatnya untuk menjuao bakso lagi.

"Mang Maman bisa tuh bawa 6 mangkuk bakso, masa lu engga" ledek Sheira memulai pertengkaran kembali.

"Diem gak lu" kesal Ari sambil menudingkan garpu ke wajah Sheira.

"Eh, eh, garpu lo garpu" ucap Sheira sambil menghindar dari acungan garpu Ari.

"Udah Shei" ujar Dave yang baru datang dari memesan minuman lalu kembali duduk di tempatnya tadi.

"Iya iya" akhirnya Sheira terpaksa diam, padahal belum selesai sesi mengganggu Ari nya. Tapi sudahlah bisa nanti lagi.

Mereka semua sekarang sedang menikmati makanannya sambil diam sampai makanan habis dan bel masuk pun berbunyi yang membuat mereka harus segera pergi dari kantin dan kembali ke kelas.

" Nanti pulang sama gue" ajak Arkan yang di angguki Alin membuat senyum Arkan mengembang.

"Udah sana, di tinggal Sheira tuh" lanjut Arkan yang membuat Alin menoleh kebelakang dan memang mendapati Sheira yang mulai berjalan menuju kelas.

"Yaudah, Alin duluan ya. Bayyy" pamit Alin yang langsung berlari menyusul Sheira tanpa menunggu ucapan Arkan selanjutnya.

"Ck ck, lucu banget sih si Alin" gumam Bima sambil menggeleng kan kepala nya takjub melihat ciptaan tuhan yang satu itu.

"Punya gue itu" sahut Arkan yang membuat Bima mendengus kesal.

"Iya punya lo iya"

"Balik kelas kuy, pak botak masuk kelas ini" ucap Ari yang di iyakan ketiganya dan mulai berjalan menuju kelas mereka sambil di iringi gurauan.

🕊️

"Dari tadi?" Tanya Arkan saat melihat Alin sudah menunggu dengan anteng di parkiran, di samping motornya.

"Ngga kok baru aja" balasnya sambil tersenyum melihat Arkan.

Arkan hanya mengangguk dan mulai menaiki motornya lalu menghidupkan sambil memakai helm nya.

"Ayo naik"

"Pegangin"

"Iya, cepet"

Brumm...Brum...

Suara motornya mulai menggema di parkiran saat Arkan mulai menjalankan motornya keluar kawasan sekolah.

"Duluan pak" sapa Arkan pada pak satpam saat berpapasan di gerbang.

"Mangga" sapa bapak itu ramah. Siapa tidak kenal Arkan, anak pemilik sekolah tempat ia bekerja ini.

Anak pemilik sekolahnya itu tidak memandang dengan siapa dia berteman, lihatlah betapa banyak teman anak itu. Mulai dari dia yang berstatus seorang satpam sekolah sampai tukang cireng di perempatan jalan sana, tukang cilok di pinggir jalan dekat taman kota sana, sampai pengamen jalanan semua di jadikan teman. Tapi ia masih pandai memilih mana yang baik di jadikan dan yang tidak pantas di jadikan teman.

"Mau langsung pulang?" Tanya Arkan memecah keheningan di antara keduanya setelah berdiam diaman sejak tadi.

"Terserah" jawab Alin acuh

"Jangan terserah" ucap Arkan yang memang tidak suka dengan kata terserah. Nanti dia ajak kesini dia tidak suka, di ajak kesana tidak suka juga. Kan membingungkan.

"Yaudah pulang aja" jawab Alin akhirnya yang memang sedang malas berbicara.

"Yakin?" Tanya Arkan memastikan yang di balas anggukan oleh Alin yang di lihatnya dari sepion motornya yang memang sengaja di hadapkan agar bisa melihat Alin dari situ.

"Makasih" ucap Alin sesaat setelah ia turun dari motor Arkan dan mengambalikan helm ke empunya.

"Kenapa lo, sakit? Lemes amat"

"Ngga, cuma ngantuk aja"

"Yaudah gue pulang dulu, langsung tidur ya" pamit Arkan sambil mengacak gemas rambut Alin.

"Iya iya"

Setelah motor Arkan menghilang di telan jalan, ia langsung masuk ke dalam rumahnya dan menemukan Papanya sedang menonton tv dengan khusyuk.

"Assalamualaikum Pa" salam Alin sambil menyalimi tangan Papanya.

"Waalaikumsalam" ucap Papanya yang lumayan sudah bisa berbicara normal.

"Alin kekamar dulu ya pa, ngantuk" ucapnya yang di balas kekehan Papanya.

"I..iya, tidur aja"

Setelah berbincang-bincang sebentar, akhirnya Alin berjalan menuju kamarnya.

"Huft... akhirnya" leganya setelah merebahkan badan nya di atas kasur kesayangannya itu.

"Mandi dulu apa ya, mandi aja lah gerah banget" gumamnya sambil berfikir lalu bangkit dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah segala ritual dan tetek bengek nya itu akhirnya ia kembali rebahan dengan nyaman di atas kasurnya sambil membuka kertas yang ia temukan di atas meja kelasnya tadi.

"Dari siapa ya" gumamnya sambil membuka lipatan kertas itu.

"Lho, surat macam apa ini?"





See you next chapter🍭💙
Bubayyyyy

ALINAWhere stories live. Discover now