TIGA BELAS

16.1K 2.1K 78
                                    

Chlora menatap seragam yang diberikan oleh akademi. "Seragamnya mirip dengan seragam Korea dan Jepang, tapi roknya lebih panjang."

"Sekolah dimulai dari jam delapan pagi hingga jam tiga sore. Jadwalnya mirip seperti sekolah di Amerika, tapi mata pelajarannya diatur sekolah seperti di Asia."

Chlora memakai seragam itu dan tersenyum. "Dulu aku sangat ingin menggunakan seragam seperti ini. Siapa sangka kini aku bisa menggunakannya tanpa dipandang aneh."

"Apa yang kau lakukan? Kita harus pergi ke kelas sekarang!" pekik Zoey.

Chlora mengangguk dan berjalan bersama Zoey ke ruang kelas. Setelah beberapa menit mereka berjalan, Chlora bisa melihat sudah banyak siswa baru yang duduk di tempat masing-masing. Chlora menatap ruang kelas itu. "Ruang kelasnya seperti ruang kuliah di Amerika."

Zoey mengernyit. "Berhenti berbicara tentang kehidupanmu di masa lalu, jika ada orang yang mendengarnya bisa saja itu menjadi masalah bagimu."

Zoey menarik tangan Chlora dan duduk di tempat yang tersedia. Mata Zoey melirik ke kiri dan ke kanan, berusaha untuk menemukan seorang penyihir yang juga lolos dalam tes masuk ke akademi.

"Tingkahmu itu lebih mencurigakan dari pada tingkahku, Zoey. Diamlah, kau tidak ingin dibakar hidup-hidup di alun-alun kekaisaran, bukan?" ucap Chlora kesal.

Zoey mendesah. "Aku hanya berusaha menemukan seseorang yang sama sepertiku. Baiklah, aku tidak akan bertingkah seperti itu lagi jika kau bilang itu terlihat mencurigakan."

"Chlora! Aku sudah tidak sabar untuk belajar bersamamu! Aku senang sekali!" pekik Shelia.

"Aku juga senang bisa belajar bersamamu, Chlora! Aku yakin kau bisa memahami pelajaran dengan cepat karena kau adalah orang yang cerdas!" tambah Cithrel.

Chlora tertawa dalam hatinya. 'Orang yang kau bilang cerdas ini selalu mendapatkan nilai di bawah rata-rata selama sekolah. Aku jadi membayangkan bagaimana bila mereka bertemu dengan orang yang benar-benar cerdas.'

"Wow, aku jadi penasaran dengan temanmu yang cerdas itu," celetuk Zoey yang mendengar pikiran Chlora. Chlora menatap Zoey dengan tajam.

"Aku sedih sekali karena tidak mendapatkan kamar yang sama dengan Chlora. Tapi tidak apa, karena Zoey adalah teman sekamarku! Aku senang berteman dengan Zoey," ucap Shelia.

Zoey mendengus. "Aku tidak," ucapnya dengan suara kecil.

Chlora yang dapat mendengar kata-kata Zoey tertawa. "Kita sama, Zoey."

"Chlora, kau terlihat cantik ketika memakai seragam itu," puji Cithrel.

Chlora mengernyit dan menatap Cithrel dengan tatapan jijik dan bingung. Chlora masih tidak mengerti mengapa Cithrel malah tergila-gila dengannya dan bukan dengan Shelia.

Semua siswa langsung duduk di tempat mereka masing-masing ketika seorang guru masuk ke dalam ruangan. Chlora bisa merasakan hawa murid baru yang selalu ia rasakan ketika ia memasuki sekolah baru.

"Baiklah anak-anak, karena kalian baru memasuki akademi ini, maka kalian akan diberi kesempatan untuk mengenal siswa yang lain. Kalian akan diberi tugas untuk menulis sejarah akademi ini. Kalian bisa membuat tugas itu dengan teman kalian. Apakah ada pertanyaan?"

Seorang siswa mengangkat tangannya. "Di mana kami bisa mendapat informasi tentang sejarah akademi ini?"

"Kalian bisa menanyakannya ke guru lain atau kakak kelas. Kalian juga bisa mencari informasinya di perpustakaan, tapi usahakan agar kalian menulis sejarah akademi dengan lengkap dan baik."

Semua siswa mengangguk mendengar hal itu. Chlora menyenggol tangan Zoey dan mengedipkan matanya. Zoey mengangguk pelan.

"Jika tidak ada pertanyaan, maka saya akan pergi dahulu. Silahkan berkenalan dengan teman baru kalian dan beradaptasi di akademi ini. Tugas kalian akan dikumpul minggu depan."

Guru itu segera pergi dari kelas dan para siswa mulai berkenalan dengan siswa lain. Chlora dan Zoey diam di tempat duduk mereka, sama sekali tidak berminat untuk berkenalan dengan siswa lain. Chlora melirik para siswa yang tampak melirik-liriknya.

"Astaga, aku ingin segera kembali ke kamar dan tidur," keluh Chlora.

"Kita harus menyelesaikan tugas itu lebih dulu. Kau bisa menanyakan hal itu pada Virion, bukan? Aku ingin tertidur dengan tenang karena sudah menyelesaikan tugas itu," balas Zoey.

Chlora mengangguk. "Tapi di mana kita bisa menemui Virion? Waktu ini dia menyelinap ke kamarku. Aku juga malas apa bila ada senioritas di akademi ini."

"Aku akan mengikuti pergerakan mana Virion. Aku tidak ingin bertanya kepada guru. Akan lebih baik juga bila kita bertanya pada kakak kelas bukan?" ucap Zoey.

"Lakukan sekarang, Zoey. Aku ingin segera tidur," sahut Chlora.

Zoey mengangguk dan mengeluarkan tongkat sihirnya yang bisa ia keluarkan dan hilangkan sewaktu-waktu. Ia menyembunyikan tongkat itu di dalam kantong bajunya dan memejamkan matanya. "Dia ada di kelasnya bersama Harvey, mungkin kita bisa menemuinya saat jam istirahat."

"Baiklah. Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Chlora.

"Kita harus mengelilingi akademi ini, Chlora. Itu adalah hal yang paling penting," jawab Zoey.

Chlora berdiri dan segera pergi dari kelas. Zoey mengikuti Chlora dari belakang. Chlora menatap ruangan-ruangan yang ada di sana. "Ternyata di dunia ini ruangan olahraga tidak diciptakan."

"Di dunia ini kami tidak mempelajari olahraga, melainkan cara menggunakan pedang, panah, berkuda, dan hal yang lain. Aku rasa itu sama-sama olahraga seperti yang kau lakukan di duniamu," ucap Zoey.

Chlora berhenti berjalan saat tiba di halaman sekolah. "Aku rasa di sini tidak ada upacara bendera. Jika ada maka tidak mungkin halamannya penuh seperti ini."

Zoey mencoba mengingat-ngingat apa yang dimaksud dengan upacara bendera. "Ah, tentu saja tidak ada upacara bendera di sini. Kami hanya menaikkan bendera ke tiang, dan tada! Selesai."

"Ah mereka pasti merupakan artis di sekolah ini. Aku bisa menebaknya hanya dalam sekali lihat," tebak Chlora saat melihat seorang siswi dengan gaya yang tidak bisa dijelaskan.

"Aku dengar semua laki-laki di sekolah ini menyukai mereka, bahkan rela melakukan apa pun agar bisa menjadi kekasih para perempuan itu. Menyedihkan sekali," ucap Zoey iba.

Mata Chlora mendelik ketika para perempuan itu berjalan ke arah mereka. "Sial! Zoey! Mereka berjalan ke sini? Apa yang harus kita lakukan?"

"Berusahalah untuk terlihat natural!" pekik Zoey.

Perempuan itu berhenti di depan Chlora dan tersenyum. "Hai! Apakah kalian berdua adalah murid baru? Kalian berdua cantik sekali! Namaku adalah Tilda Hand! Siapa nama kalian?"

"Namaku adalah Chlora Beasley, kalian bisa memanggilku Chlora saja."

"Aku Zoey Woods, bisa dipanggil Zoey."

Olivia tersenyum. "Senang bisa berkenalan dengan kalian! Semoga kalian betah di akademi ini!"

Olivia kemudian pergi bersama teman-temannya. Chlora dan Zoey langsung menghembuskan napas mereka dengan lega.

"Aku rasa dia hanya menyukai orang yang memiliki fisik yang bagus. Lihat, dia menatap perempuan itu dengan sinis, aku benci sekali orang sepertinya," komentar Chlora.

Zoey menepuk-nepuk bahu Chlora. "Sudahlah, yang penting dia tidak membenci kita. Kita tidak boleh mencari masalah dengan orang sepertinya. Dia memiliki banyak sekali bala bantuan yang bisa menindas kita."

"Ah, sepertinya sudah jam istirahat. Apakah kau bisa merasakan di mana Virion berada?"

"Sepertinya dia berada di kantin, dan dia bersama Harvey. Ini kesempatan yang bagus! Ayo kita segera pergi ke sana!" pekik Zoey.

"Ada Harvey juga? Astaga, bisa-bisanya Virion memiliki teman seperti itu," ucap Chlora.

Zoey menarik tanganChlora dan segera menuju ke kantin.

Orenda [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant