SEMBILAN BELAS

12.6K 1.8K 44
                                    

Chlora melirik Zephyr dengan tatapan risih. Laki-laki itu tidak berhenti memperhatikannya. Chlora tidak mengerti mengapa laki-laki itu berbuat seperti itu. Karena kesal, Chlora memutuskan untuk menutupi wajahnya dengan tangan dan tidur.

"Chlora, dia memperhatikanmu tapi aku yang merasa risih," ucap Zoey.

"Kau saja sudah risih, apalagi aku? Rasanya aku ingin menusuk matanya," dengus Chlora.

Chlora memakan makanannya dengan berapi-api. Zoey menatap Zephyr dengan tatapan sinis. Bahkan dia tetap membuntuti Chlora hingga kantin. Harvey datang dan langsung duduk di depan Zoey. Virion yang mengikuti Harvey menatap Chlora dengan khawatir.

"Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu seperti itu? Kau terlihat jelek," ucap Virion.

Chlora membanting garpu dan sendok itu. "Kau tanya saja sendiri pada orang yang memperhatikanku setiap hari seperti stalker!"

Harvey tertawa. "Maksudmu si Zephyr Diablos itu? Dia sepertinya tertarik denganmu."

"Najis," desis Chlora.

Virion menatap Chlora bingung. "Apa maksudnya stalker dan najis?"

"Stalker itu artinya penguntit, dan najis adalah bahasa yang biasanya dipakai di kalangan anak muda yang artinya jijik," jelas Zoey. Terima kasih pada Zoey akhirnya mereka mengerti apa yang dikatakan oleh Chlora.

"Sial, terima kasih pada Zephyr semangatku untuk bersekolah semakin turun. Aku rasa mulai besok aku akan memulai jadwal bolosku lagi," ucap Chlora jujur.

Harvey mengernyit. "Apa-apaan itu jadwal bolos? Aku tidak pernah mendengar hal itu."

"Apakah aku perlu turun tangan untuk menyingkirkannya?" tanya Virion serius.

Zoey menggeleng. "Jangan berurusan dengannya. Kita hanya bisa memperhatikannya jika dia seperti ini. Tapi aku rasa sebentar lagi dia akan mengambil langkahnya."

"Wow, masa depannya abu-abu sekali. Masa depannya terus berubah dan tidak tetap. Untuk pertama kalinya aku melihat orang yang memiliki masa depan yang seperti itu," ucap Harvey.

Chlora memukul meja dengan tangannya. "Sepertinya aku memang harus berbicara dengannya secara langsung. Jika dia terus seperti itu lebih baik aku bunuh diri saja."

"Mudah sekali kau mengatakan hal itu. Kau menyayangiku, bukan?" tanya Virion.

"Tidak," ucap Chlora dan Virion langsung menunduk lesu. "Aku mencintaimu."

Virion langsung tersenyum. Chlora melirik Harvey dan Zoey yang tampaknya juga sedang mengobrol. Mengambil kesempatan, dengan cepat Chlora mengecup pipi kanan Virion. Wajah mereka berdua langsung memerah.

"Sepertinya aku harus cepat-cepat bertemu dengan Marquis Beasley dan Alwin agar mereka mengizinkan kita menjalin hubungan," ucap Virion.

Chlora terkekeh. "Kita bisa melakukan itu diam-diam. Ayah tidak akan tahu apa bila kita berpacaran jika tidak ada siswa yang membocorkannya."

"Aku tidak mau. Lebih baik agar aku meminta izin kepada ayahmu terlebih dahulu. Mungkin ia mengizinkan kita untuk langsung bertunangan," balas Virion.

"Eh? Kau tidak masalah jika menikah denganku? Kau tahu jika aku mengingat masa laluku dan usia mentalku sudah lebih dari dua puluh lima tahun, bukan?" tanya Chlora.

Virion tersenyum dan mengusap rambut Chlora. "Apa yang salah dengan itu? Aku malah lebih senang jika kau lebih dewasa dariku. Kau bisa menuntunku ke arah yang lebih baik."

"Benarkah? Aku harap kau tidak kesal jika aku tidak bersikap sesuai umurku. Aku memiliki sedikit teman karena sifatku yang tidak sesuai dengan umurku," sahut Chlora.

"Itu tidak penting. Aku mencintaimu sepenuhnya," Virion memegang tangan Chlora.

Chlora memalingkan wajahnya dan terkejut ketika melihat Zephyr menatap mereka dengan mata penuh kemarahan. Chlora mengernyit dan dengan sengaja mengeratkan genggaman tangan mereka. Ekspresinya terlihat lebih kesal dan ia segera pergi dari sana.

"Sepertinya dia menyukaimu," celetuk Virion.

"Cih, masa bodoh. Aku hanya menyukaimu. Apakah kau akan kembali ke wujudmu malam ini? Apakah aku perlu pergi ke sana?" tanya Chlora khawatir.

"Aku tidak tahu, tapi Zoey pasti akan memberitahumu jika terjadi sesuatu."

Chlora menatap wajah Virion. Wajahnya memang sama persis dengan ilustrasi yang ada di novel, tapi aura yang mereka miliki sangatlah berbeda. Chlora tidak bisa tertidur tenang setiap bulan purnama karena khawatir dengan Virion.

"Aku tidak ingin terjadi sesuatu lagi. Aku akan pergi ke sana," ucap Chlora.

Virion tersenyum. "Terima kasih. Kau adalah orang pertama yang mencintaiku, Chlora dan aku sangat menghargai itu. Walau pun mungkin suatu hari kau tidak akan mencintaiku lagi-"

"Aku akan terus mencintaimu! Aku tahu kau meragukanku karena kau tidak pernah dicintai sebelumnya. Tapi percayalah padaku!" pekik Chlora.

Virion langsung menarik Chlora dan memeluknya. "Terima kasih, Chlora. Aku mencintaimu."

*

Chlora menatap bulan purnama. Ia merasa sangat gelisah. Jujur saja Chlora tidak tahu sejak kapan ia jatuh cinta dengan Virion. Laki-laki itu selalu memperhatikannya dalam diam, tapi Chlora tahu laki-laki itu benar-benar mencintainya.

"Ayo kita pergi ke sana," ucap Zoey. Ia memegang tangan Chlora dan langsung berteleportasi ke kamar Virion dan Harvey.

Chlora mendelik ketika melihat Virion yang sudah berubah wujud sepenuhnya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa ia bisa berubah secepat ini?"

Harvey menggeleng. "Aku ingin menyelidiknya tapi aku tidak bisa meninggalkan kamar ini dan membiarkan orang lain mengetahui wujud asli Virion."

"Oh? Jadi ini yang terjadi pada kekasihmu, Chlora?"

Badan Chlora menegang dan melihat sumber suara. Ia melihat Zephyr yang entah bagaimana bisa membuka pintu kamar yang sudah disihir oleh Harvey. Harvey mendelik menyadari hal itu.

"Apa yang terjadi pada pacarku sama sekali bukan urusanmu, Zephyr. Pergilah dari sini sebelum aku membuatmu mendapat masalah," ucap Chlora tegas.

Zephyr tertawa kencang. "Di saat seperti ini pun kau masih berusaha mengancamku? Seharusnya kau yang takut, Chlora. Aku bisa membuat kekasihmu dikeluarkan dari akademi dan dimusuhi oleh para bangsawan."

Zephyr menepuk tangannya dan Virion langsung berteriak dengan kencang. Chlora tanpa ragu memeluk tubuh Virion yang terus meronta. "Apa yang kau lakukan padanya?!" pekiknya.

"Aku hanya memberinya sedikit air suci," jawab Zephyr tenang.

Chlora mengeraskan rahangnya. Harvey langsung menyerang Zephyr dan dihindari oleh laki-laki itu. Zoey menatap Zephyr, berusaha mencuri informasi yang ada di otak Zephyr. Selain membaca pikiran, kemampuan Zoey telah meningkat dan ia mampu mengetahui informasi dari otak seseorang.

Virion mencakar tangan Chlora dengan kukunya namun Chlora tidak melepaskan pelukannya sama sekali. "Virion, tenanglah. Ini aku, Chlora. Tidak akan terjadi apa pun."

Zoey menutup matanya dan membukanya dengan cepat. Zephyr yang tadi menyerang langsung terjatuh dan tak sadarkan diri. Harvey mendengus dan mengisyaratkan pada Zoey untuk membantunya membereskan Zephyr.

Virion masih terus berteriak dan membuat hati Chlora terasa sakit. "Astaga, bagaimana caranya menghilangkan pengaruh air suci pada iblis? Seseorang tolong lah aku!"

Zoey menggeleng. "Tidak ada. Mereka akan terus kesakitan seperti itu, Chlora."

Chlora hanya bisa terdiam dan membiarkan tubuh Virion yang masih merasa kesakitan dalam pelukannya. Chlora memejamkan matanya dan berharap agar Virion berubah ke wujud manusianya agar dia tidak merasa kesakitan lagi. Tiba-tiba, sebuah cahaya emas menerangi mereka. Saat Chlora membuka matanya, Virion telah kembali ke wujud manusianya.

Chlora menatap Viriondengan bingung. "Apa yang terjadi?"

Orenda [END]Where stories live. Discover now