Chapter 6

169K 6.1K 214
                                    

Hari ini seperti biasanya Camella bersiap untuk berangkat kerja. Satu minggu sudah berlalu, namun usahanya untuk mendapatkan Alland tidak pernah membuahkan hasil. Saat hendak beranjak dari kamarnya, ponselnya tiba-tiba saja berdering. Ia mengerutkan dahi melihat nama yang terpampang di sana.

"Oh my god tenang sir, saya sebentar lagi datang, kenapa kau sampai menelponku?" ucap Camella.

"Bukan itu." Ucap Alland.

"Lalu?"

"Pagi ini kita terbang ke Skotlandia."

"What?! Denganku?" tanya Camella kaget.

"Ya, kau kan sekretarisku. Atau kau ingin berhenti menjabat?"

"Oh tidak-tidak. Berapa lama?"

"Tidak lama. Hanya 4 hari."

"Bahkan aku belum menyiapkan apapun sir,"

"Bawa saja dirimu. Semuanya akan ku persiapkan. Dan dalam 15 menit kau harus sudah sampai di kantor." Ucap Alland lalu mematikan panggilan tersebut.

Camella mencengkeram ponselnya kesal. Atasannya itu selalu membangkitkan emosinya.

Camella pamit kepada ayahnya dan segera menuju kantor. Tepat ketika ia sampai, Alland keluar dari bangunan besar tersebut.

"C'mon." Ucap Alland kepada Camella.

Camella mengikuti Alland dari belakang. Lalu mereka menaiki mobil di bagian penumpang. Suasana menjadi sangat hening dan canggung. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Hingga tak berapa lama mereka sudah tiba.

Camella mengikuti langkah Alland. Mereka menaiki pesawat pribadi milik Alland. Camella dan Alland duduk berseberangan. Sebenarnya Camella sangat tidak nyaman sekarang, ia mengenakan pakaian formal yang membuat pergerakannya sedikit sulit. Jika saja atasannya itu memberi tahunya lebih awal, ia akan mengenakan pakaian yang casual dan bukan pakaian kantor. Camella semakin tidak nyaman ketika pria di hadapannya ini terus mengawasi gerak geriknya. Ia kesal dengan pria tersebut. Lihat saja, saat ini ia hanya mengenakan kaos oblong hitam yang sangat nyaman, dan tentunya membuat pria itu terlihat sangat seksi menampilkan otot-otot kekarnya.

Tiba-tiba Alland menjentikkan jarinya, tak berapa lama datanglah seorang pria bertubuh tegap dengan dua papperbag di tangannya. Alland meraih papperbag tersebut dan memberikannya kepada Camella. Camella mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Pakaian dan selimut." Ucap Alland seolah-olah ia tahu jika Camella sedang bingung.

"Untukku?" tanya Camella menunjuk dirinya sendiri.

"Ya."

"Thank you, sir." Camella beranjak untuk menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setidaknya amarahnya sedikit berkurang kepada Alland. Saat ini ia mengenakan pakaian yang sangat nyaman.

Camella keluar dari kamar mandi dengan senyumnya yang tak kunjung pudar. Ia kembali ke tempat duduknya dan meraih selimut. Alland memandang gadis itu. Ia sengaja meminta kepada asistennya agar memilih baju yang tertutup untuk gadis di hadapannya. Ia tak ingin tubuh gadis itu terekspos dan membangkitkan gairahnya.

Ia memandang wajah gadis itu. Camella sudah tertidur. Wajahnya tampak damai dan begitu cantik. Alland tak mengerti mengapa gadis ini selalu cantik di setiap waktu. Alland menggelengkan kepalanya agar tersadar dari lamunannya. Ia tak ingin terus-terusan memikirkan gadis itu. Ia tak boleh memiliki perasaan lebih.

Setelah menempuh waktu cukup panjang, akhirnya mereka sudah tiba. Alland memandang Camella yang masih tertidur lelap. Ia tidak tega membangunkan gadis itu. Tanpa banyak basa-basi Alland menggendong gadis tersebut ala bridal style. Dan reflek tangan Camella sudah terkalung di leher Alland.

Sexy Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang