Chapter 9

124K 4.6K 29
                                    

Mereka telah tiba, Camella langsung masuk ke kamarnya tanpa berbicara apapun kepada Alland. Ia marah kepada Alland, pria itu sudah mempermainkannya.

Alland hanya menatap gadis itu dengan raut bingung. Ia terus memasang ekspresi cemberut, mengerucutkan bibirnya, yang malah membuat Alland gemas dan ingin menciumnya. Tanpa sadar senyum terukir di bibir pria itu.

Alland memasuki kamarnya dan melepas atasannya. Ia merasakan miliknya sudah mengeras sedaritadi. Ia ingin mendengar lagi desahan dan erangan yang dikeluarkan dari bibir manis gadis itu, ia suka melihat mata penuh gairahnya ketika menatap Alland, ia ingin menyentuh kulit lembut gadis itu lagi, ah tidak-tidak. Alland menggelengkan kepalanya agar pikiran kotor itu menjauh.

Alland memutuskan untuk makan malam, ia menuruni tangga.

"Apakah gadis itu sudah makan?" tanya Alland kepada salah satu pelayan.

"Belum tuan,"

"Tolong panggilkan." titah Alland.

Pelayan tersebut segera naik ke atas dan memanggil Camella. Namun ia kembali kepada Alland seorang diri, tidak dengan Camella. Apakah gadis itu masih marah?

"Nona menolak tuan. Ia sedang tidak enak badan."

Alland hanya mengangguk, ia mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin gadis itu sedang sakit, tadi siang Alland melihatnya sangat sehat, bahkan gadis itu mencoba menggodanya.

Setelah makan malam, Alland menuju kamarnya. Namun saat melewati kamar Camella, terdengar isak tangis dari sana. Lagi dan lagi Alland mengerutkan keningnya dan melanjutkan jalan menuju kamarnya. Ia berusaha bersikap acuh. Ia duduk di sofanya dan memutuskan untuk membaca novel.

Entah apa yang membuat ia gelisah, ia terus memikirkan gadis itu.

Apakah gadis itu menangis karena ulahnya?

Alland mengacak rambutnya dan menggeram rendah, ia beranjak dari sofa dan menuju kamar Camella. Ia membuka pintu kamar Camella perlahan, gadis itu tengah terduduk di ranjang memeluk lututnya dan menunduk.

"Hei, what's wrong?" ucap Alland dengan nada khawatir.

Camella terperanjat kaget menyadari keberadaan Alland di sampingnya. Ia mendongak untuk melihat Alland lalu membuang muka.

"Kau marah denganku?" tanya Alland.

"No."

"Lalu, apa yang membuatmu menangis?"

"I-I'm on my period." ucap Camella canggung. Alland memasang ekspresi bingung.

"So?"

"Kau tahu?! Saat perempuan menstruasi, mereka akan merasa sangat sakit, rasanya seperti perutmu dimakan binatang buas!" ucap Camella sedikit emosi. Alland meringis mendengar pernyataan Camella. Ia menatap gadis itu, bibir yang biasanya berwarna kini sangat pucat, wajahnya tampak sayu dan kulitnya pucat, ia terlihat kacau.

"Jadi kau menangis karena sakit?" Camella mengangguk.

Alland menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung apa yang harus ia lakukan, bahkan ia belum pernah mengurus perempuan yang sedang menstruasi seperti ini, ditambah lagi Camella menjadi sangat galak dan penuh emosi.

"Tunggu." ucap Alland.

Alland menuruni tangga dan memanggil pelayan yang tadi.

"Ada apa tuan?"

"Apakah kau tahu, o-obat untuk mengurangi sakit datang bulan?" tanya Alland canggung.

"Kompres dengan air hangat tuan, nanti saya ambilkan beserta obat pereda nyerinya." ucap pelayan tersebut lalu meninggalkan Alland.

Tak lama pelayan itu kembali dengan nampan berisikan handuk dan air hangat, beserta air putih dan obat pereda nyeri.

"Ini tuan, apakah untuk nona? Biar saya yang antar."

"Tidak perlu, biar saya saja." ucap Alland dan mengambil alih nampan tersebut. Pelayan tersebut tersenyum menatap kepergian tuannya, tidak biasanya tuannya itu terlihat khawatir dan perhatian.

Alland menaiki tangga dan mendorong pintu kamar Camella menggunakan kaki.

"Minum." ucap Alland memberikan obat dan segelas air putih.

"Apa ini?"

"Pereda nyeri." Camella hanya ber-oh ria dan menuruti perkataan Alland.

"Berbaringlah." ucap Alland tiba-tiba. Camella hanya mengerutkan keningnya.

"Untuk apa?"

"Aku akan mengompres perutmu." ucap Alland.

"Tidak, biar aku sendiri." ucap Camella merebut handuk di tangan Alland.

"Ikuti saja perintahku."

Camella pun merebahkan dirinya, Alland menyingkap baju gadis itu dan memperlihatkan perutnya yang ramping. Alland menempelkan handuk hangat tersebut ke perut Camella dengan penuh kelembutan, membuat Camella sedikit terharu diperhatikan oleh Alland. Ketika sedang menstruasi, gadis itu memang cenderung emosional, ia mudah sedih, mudah marah, dan mudah tertawa.

"Sudah merasa lebih baik?" ucap Alland, sementara Camella masih menatap pria itu lekat.

"Camella?" panggil Alland lembut, entah mengapa pria itu menjadi sangat lembut.

"Y-ya sir?"

"Aku bertanya apakah kau sudah merasa lebih baik?" Camella hanya mengangguk.

"Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku, jika butuh sesuatu telpon saja aku." ucap Alland.

"Thanks sir," Alland mengangguk dan beranjak pergi.

Alland memasuki kamarnya, ia masih memikirkan kondisi gadis itu. Sebenarnya ia ingin terus berada di kamar gadis itu, namun ia terlalu gengsi dan... was-was jika gairahnya meningkat jika terus berada di dekat gadis itu. Karena gadis itu selalu berhasil memancing gairahnya.

Camella masih belum bisa memejamkan matanya, ia masih merasakan sedikit nyeri di perutnya. Ia juga masih memikirkan perlakuan Alland kepadanya.

Mengapa pria itu terlihat begitu khawatir? Mengapa pria itu bersikap sangat lembut kepada Camella? Tanpa sadar pipi yang pucat itu sudah merona.

Namun sesuatu menyadarkan Camella, ia menepuk dahinya pelan, klien Alland membuat janji pertemuan dan Camella lupa memberitahu Alland.

Ia memutuskan untuk menelpon Alland.

"Sir,"

"Ya Camella? Kau merasa sakit lagi? Aku akan datang ke kamarmu" ucap Alland khawatir.

"No, no sir. Aku hanya ingin memberitahu, besok pukul 8 pagi, Rysso Corp membuat janji pertemuan denganmu."

"Oke, nanti akan aku hubungi mereka untuk cancel."

"What? Kenapa sir? Bukankah besok kita tidak ada agenda apapun?"

"Ya memang, aku hanya ingin kau beristirahat."

"Tidak sir, ini hanya sakit biasa."

"Turuti perintahku." ucap Alland dengan suara rendah. Menyadari itu Camella langsung menuruti Alland dan mematikan panggilan tersebut.

Lagi dan lagi hati Camella terenyuh, sebegitu peduli kah Alland dengannya?

Tidak, Camella tidak boleh mencintainya. Rencana ia sedari awal hanya ingin berhubungan dengan Alland, dan sekarang ia sudah melakukan itu, tetapi entah perasaan apa yang ada di hatinya, ia masih menginginkan Alland.

Haloha! Update✨
Terimakasihh banyak buat yang udah baca dan meninggalkan jejak mweheheh❤
Hope you like it!
Xoxo💋

Sexy Bitch Where stories live. Discover now