PAJAK JADIAN

33.7K 3.3K 1.5K
                                    

Setelah berpelukan lama, Ica memandang jam dinding menunjukan pukul 22.30.

"Kak, gua mo pulang." Ucap Ica menatap Nathan.

"Ayo, gua anterin." Sahut Nathan berdiri mengambil jaket.

"Gua telfon sopir bunda aja buat jemput gua." Ucap Ica.

"Lu pacar gua skarang Ca. Gua bertanggung jawab sama lo mulai hari ini. Janji gua kan bakal ngelindungin lu." Jelas Nathan membuat Ica terdiam beberapa saat lalu tersenyum kearah Nathan.

"Yu." Ajak Nathan tersenyum sambil mengacak rambut Ica.

"Naik mobil aja ya?" Tanya Nathan saat sampai di garasi.

"Iya kak, boleh." Sahut Ica.

Saat di perjalanan pulang, keduanya bercerita pengalaman masing-masing saat belum bertemu satu sama lain. Rutinitas Nathan yang memegang dengkul Ica saat di lampu merah tetap dilakukan bahkan sepanjang perjalanan tangan Nathan berada di paha atas paha Ica. Nathan tidak dapat meraih dengkul Ica karena mengendarai mobil tidak sama seperti mengendarai motor.

"Malam ini, gua bakalan inget sampai kapanpun. Dan kalo kita jodoh, gua bakal ceritain semua hal yang kita lakuin ke anak-anak kita nanti." Nathan membatin.

"Gua beruntung punya lu Ca." Lanjutnya dalam hati.

"Udah mo nyampe." Ucap Ica menatap Nathan.

"Udah ngantuk ya?" Tanya Nathan menoleh kearah Ica sekilas.

"Belom. Malahan ga suka kalo cepet nyampe rumah." Ucap Ica yang tidak sadar apa yang dia katakan.

"Lu masih kangen sama gua?" Tanya Nathan dengan tersenyum sambil menaikan dan menurunkan alisnya yang tebal.

"Ih ga." Jawab Ica spontan karena malu.

"Hahaha." Nathan tertawa dan menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Loh kenapa stop? Itu rumah gu-"

Belum selesai berbicara, Nathan langsung memeluk Ica erat. Sontak Ica terkejut. Detak jantung Nathan yang bisa dirasakan oleh Ica begitu pula sebaliknya membuat Ica membalas pelukan Nathan dengan erat.

"Jangan dilepas dulu." Ucap Nathan pelan.

"Lu kenapa? Kok nadanya kek sedih gitu?" Tanya Ica yang ikut sendu.

"Gua cuma mau bilang kalo gua tuh beruntung banget punya lu." Ucap Nathan.

"Iyaa, gua tau koo." Sahut Ica tersenyum tulus.

"Jangan pernah ninggalin gua ya Ca." Lanjut Nathan.

"Iyaa, engga. Janji deh." Sahut Ica melepaskan pelukannya dan mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji?" Ucap Ica dengan senyuman.

"Janji." Sahut Nathan yang kemudian meraih jari kelingking Ica lalu mengecup kening gadis itu.

"Yuk, jalan." Ucap Ica.

Nathan lanjut mengendarai kendaraannya dan tak lama keduanya sampai di depan rumah Ica.

"Hati-hati pulangnya kak. Jangan ngebut." Ucap Ica yang kemudian turun dari mobil Nathan.

"Kabarin ya kalo udah sampe." Lanjut Ica tertawa kecil menggemaskan.

"Iyaa." Lanjut Nathan dengan nada datar padahal berbanding terbalik dengan hatinya.

"Pertama kalinya dia minta gua ngabarin. Gila, jantung gua jedag jedug Ca." Nathan membatin lalu pergi.

Ica pun masuk ke dalam rumah dengan senyam-senyum.

"Haiii bund." Ucap Ica tersenyum lalu berlari menyampiri bunda yang sedang duduk santai di ruang keluarga.

Badboy For A Simple Girl (SEASON 1)Where stories live. Discover now