by sirhayani
part of zhkansas
...
Arjuna berdiri di depan mejanya memandang ponselnya yang masih menyala.
Tigris membalas setiap pesan Clara. Tigris yang memanfaatkan tubuh ini. Arjuna mulai khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan dilakukan Tigris kepada siapa pun dan untuk apa pun.
Arjuna terduduk lemah di kursinya, memandang sebuah buku yang terbuka dan memperlihatkan tulisan dengan gaya yang sama dengan dua tulisan yang dia temui sebelumnya.
Kita harus kerjasama. Komunikasi yang tepat untuk kita gunain sekarang adalah buku. Sembunyiin baik-baik di bagian paling bawah tumpukan buku lo di rak.
Untuk sekarang, begini cara lo supaya bisa tahu pelan-pelan apa yang nggak lo tahu.
Arjuna mencoba menerima semuanya dan menanggapinya dengan mencoba untuk tetap tenang. Dia mengambil buku itu, mengambil pulpen, dan mulai membalas di bawahnya.
Sejak kapan lo ada?
Kemudian Arjuna menyimpan buku itu ke tempat sesuai petunjuk Tigris.
"Arjuna! WAHAHA! BENERAN LO!" Nata muncul di atas dinding kamar Arjuna.
Memang ada plafon kamar Arjuna yang rusak yang menyebar sampai ke kamar Nata. Arjuna mendengkus ketika sahabatnya itu panik melihat lantai yang jauh di bawah.
"Ambilin tangga, dong!" seru Nata.
"Lo ngada-ngada aja. Nggak ada tangga di sini." Arjuna berjalan menjauh dari buku-bukunya. "Turun balik ke kamar lo. Kalau mau ke sini lewat pintu."
"Siap, Bos!" seru Nata senang sambil berusaha kembali turun ke kamarnya. "Jangan berubah dulu, woi!"
Tak lama kemudian Nata memasuki kamarnya menenteng sekantong martabak yang dipesannya dari luar.
"Sumpah. Gue nggak berani masuk kamar ini saking takutnya sama manusia serem itu." Nata menaruh kantongnya ke atas meja, lalu duduk di kursi. "Capek gue. Dia tuh, wah, parah-parah. Andai lo bisa ketemu sama dia gue jamin lo juga bakalan jadi sasaran empuk."
Nata menepuk tangannya satu kali. "Belakangan ini dia nguasain diri lo. Lo tahu namanya?"
Arjuna menggeleng.
"Tigris!" seru Nata. "Gue cari di internet arti namanya maung."
"Harimau?"
"Iya!"
"Gue hampir mati dicekik sama dia!" seru Nata sambil memperagakan tangannya ke leher dan ekspresi konyol. Lidahnya keluar dan matanya juling. "Lo harus bisa ngendaliin diri, Jun. Kalau nggak, nanti dia terus yang muncul. Rugi di lo, rugi di gue juga. Kasih tahu bokap lo supaya—"
"Nggak perlu," potong Arjuna sambil meminum air mineralnya.
"Jun." Nata menggeleng-geleng. "Please, lah. Gimana kalau lo nggak bisa ngendaliin dia? Bisa-bisa dia yang ngendaliin lo! Gue nggak mau kehilangan sobat gue tercinta." Nata pura-pura menangis.
Arjuna menghela napas. Dia tahu Nata bercanda, tapi di balik sikap bercanda itu Nata memang serius.
"Gue malah pengin dia terus aja yang muncul...."
Nata merapatkan bibir. Terkejut. Arjuna sedang menghadap tembok kamar. Tak ada apa-apa di sana selain cat tembok yang sudah memudar.
"Gue nggak tahu apa yang ada di pikiran lo sekarang. Kenapa lo tiba-tiba ngomong aneh gitu, gue nggak tahu. Gue juga yakin lo bukan Tigris yang lagi nyamar jadi Arjuna." Nata menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over: Losing Control
Teen Fiction[3] TERBIT 📖 - "Gue kangen dengan sosok lo di luar sekolah." Clara menunduk, tersenyum kecil. Lalu ditolehkannya kepalanya kembali kepada Arjuna. "Kenapa lo nggak jadi diri lo sendiri aja, Jun? Kenapa lo harus selalu terlihat berbeda?" Arjuna diam...