6

597 74 43
                                    

"Buna yangyang udah besar. Ajarin yangyang naik sepeda ya~"yangyang

"Yangyang tunggu mama ya. Kita main bertiga"Ucap jisung lembut. Dia bisa saja mengajarkan yangyang naik sepeda tanpa kehadiran shotaro. Tapi jisung tidak bisa mengendarai kendaraan apapun. Mobil saja tidak bisa, apalagi sepeda. Lagi pula shotaro sedang pergi ke supermarket membeli bahan untuk dimasak hari ini.

"Gak mau. Mau sama buna"Kekeh yangyang. Terpaksa jisung menuruti kemauan yangyang. Dengan susah payah jisung berdiri lalu berjalan keluar rumah di sertai yangyang digenggamanya. Dan menyeret sepeda dekat komplek.

"Chaa~Yangyangie ayo naik. Buna jaga dari sini"Ucap jisung. Wanita dengan mata sipit ini mencoba untuk sabar menghadapinya.

Lalu yangyang berusaha naik dan setelah itu iya menggayuh cukup jauh dari komplek dengan jisung yang berusaha berlari mengejar yangyang yang mulai tak terlihat dari indra matanya.

"Buna yangyang udah bisa"Teriak yangyang yang sudah menuju ke jalan raya.

Jisung terus mengejar yangyang. Dan berteriak senang atas keberhasilannya.

CKIET

BRUK

BRAK

"Yangyang jangan panik"

"Tapi buna hiks gi-mana ini ak-uu takut"uCap yangyang terbata-bata.

"Hey tenang. Buna ada disini"

Semua yang lalu lalang di tempat kecelakaan itu kini menghampiri korban yang sudah hampir tak sadarkan diri. Karena pemuda yang berkendara sepeda motor dan mabuk serta kecepatan yang tidak bisa dibilang normal. Dan hampir menabrak anak kecil yang sedang main sepeda di pinggir jalan raya.

"Hiks yangyangie. Jangan takut. Buna akan selalu bersama yangyang"

"Hiks hiks Tolong-tolong buna saya"Yangyang terus berteriak. Tentu saja orang yang lalu lalang disana menelfon ambulance serta menenangi sang anak yang menangis sesegukan.

Yangyang berlari menghampiri pemuda yang sedang berjalan menuju kedai eskrim terdekat. Ia tampak menunggu seseorang. Tanpa sadar yangyang menyeret pemuda itu dan menangis meminta bantuannya.

"Paman hiks tolong buna saya paman hiks"

"Ahh baiklah dimana"

Yangyang twrus menyeret pemuda itu ke Tkp dimana ada bunanya yang sudah hampir pingsan tapi masih bertahan.

"Maa-ss renjun"Ucap jisung lembut

"Jisung. Yampun apa yang terjadi"Tanpa aba-aba dan takut terkena darah di bajunya. Renjun menggendong jisung dan membawanya ke Rsj.g. rumah sakit.

Dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang normal. Renjun dengan gelisah menyetir bahkan sempat-sempatnya menggombal jisung dengan keadaan tidak tepat bahkan yangyang yang berapa kali menegur renjun untuk Fokus terhadap jalanan saja.

"Dok, suster. WOI DOKTER. BUDEK BANGET SIH"Ucap renjun esmosi. Jisung yang sudah tahu bahwa stok kesabaran renjun yang hanya selembar kertas atau bahkan tidak ada stok kesabaran didalam dirinya.
Sempat terkikik dan akhirnya terpejam.

Setelah menunggu beberapa jam bahkan hari sudah malam. Renjun berteriak sehingga mengejutkan yangyang yang sedari tadi melamun memikirkan nasib kandungan bunanya.

"YAMPUN. BOCAH KAU SUDAH MAKAN"

"PAMAN JANGAN BERTERIAK"

"Tolong jangan berteriak di rumah sakit pak"Ucap dokter kim.'Anak bapak kang ngegas'dalam hati.

Sedangkan yang dibicarakan cengengesan. Melupakan bahwa keadaan jisung yang tadi sempat kritis.

"Suaminya pasien park jisung. Silahkan melihat istri anda. Anaknya sehat bersama mamanya"

Renjun tersipu malu. Baru kali ini ia dipanggil suami jisung. Dia bahkan hampir menangis terharu.

"Saya suaminya jisung"Ucap keduanya kompak dan menatap kagum kepada sang pasien yang memiliki 2 suami ganteng sekaligus.

"RENJUN TOLONG JANGAN MENGHALU UNTUK MENJADI SUAMI JISUNG"Chenle

"APAAN HASIL NIKUNG AJA BANGGA"Renjun

"HEH TOLONG ANAKNYA. BAWA PULANG BAPAK KAMU"Ucap dang dokter



Love is betrayed😈Where stories live. Discover now