Part 16 : Tentang rasa (Sudah revisi)

4.8K 371 21
                                    

"Puncak kemarahan seseorang itu ketika ia tak lagi memaki namun saat ia diam dan tak peduli."

-Givea Isabella.

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Hosh hosh, Giv, Giv! Gawat Giv gawat!" ujar Farah ngos-ngosan menghampiri kedua sahabatnya yang sedang duduk di kursi kantin.

Sontak Givea dan Dinda menatap lekat wajah Farah yang terlihat tampak panik.

"Ada apa sih, Far?" tanya Givea dengan alis menukik tajam.

"Itu itu anu, hah hah anu—"

Dinda menggeret Farah agar duduk, lalu menepuk-nepuk bahu Farah. "Lo tenang dulu tarik napas dulu pelan-pelan, lalu hembusin. Abis itu baru cerita!" titahnya. Farah mulai menuruti kata Dinda. Menarik napasnya perlahan dan menghembuskannya kasar.

"Nah sekarang lo jelasin!" titah Dinda mulai penasaran.

Farah mengangguk antusias. "Oke jadi gini ceritanya, tadi itu gue denger dari anak-anak atau lebih tepatnya gue nguping sih katanya Gavin pingsan, dan sekarang ada di UKS!" ujarnya memberitahu.

Mereka berdua tak merespon apapun selain hanya diam. Farah yang menyadari keanehan dari kedua sahabatnya pun mengerutkan keningnya bingung.

"Ka-kalian berdua kok keliatan biasa aja? Emangnya nggak kaget gitu?" heran Farah saat melihat ekspresi kedua sahabatnya yang terlihat biasa saja.

Dinda mengibas-ngibaskan tangannya santai. "Emang kita harus bilang HAH gitu? Nggak banget, ya kan Giv? Lagian kita juga udah tau."

Givea hanya tersenyum tipis seraya mengangguk. Jujur, meskipun Givea marah bercampur kecewa dengan sikap Gavin kemarin, tapi tak bisa dipungkiri bahwa dalam lubuk hatinya Givea menyimpan kekhawatiran akan keadaan cowok itu. Bohong namanya jika Givea tidak ingin berlari ke UKS dan memastikan keadaan Gavin.

Tapi Givea sudah terlanjur memantapkan diri untuk menjauhi Gavin sementara dan melihat reaksinya. Dinda pun setuju soal itu.

"Udah biarin aja," balas Givea acuh.

"Nah itu baru sahabat gue!" ujar Dinda mengacungkan jempolnya bangga.

"Gue ke toilet dulu," pamit Givea tiba-tiba langsung bangkit dari tempat duduknya. Sementara Dinda sempat menahan lengan Givea sebentar.

"Lo yakin mau ke toilet kan? Bukan mau nyelonong ke UKS kan?" tanya Dinda dengan tatapan menyelidik.

"Iya. Gue cuman mau ke toilet bentar."

Farah yang tak tahu-menahu soal apapun rencana Givea pun meminta penjelasan pada Dinda.

Sementara Givea. Gadis itu berbohong. Ia tidak benar-benar ke toilet, tapi ia berbalik haluan ke UKS. Tapi bukan untuk menemui Gavin! Catat! Givea hanya ingin mengintip keadaan Gavin dari luar saja, tapi berniat menemuinya.

Pintu kamar UKS tiba-tiba terbuka sebelum Givea masuk dan keluarlah seorang cewek asing berkulit putih, bertubuh tinggi, berseragam seperti dirinya yang masih terasa asing bagi Givea. Givea sempat berpapasan dengannya.

Adrelina Ghosandra. nama cewek itu dapat Givea lihat dari name-tag di seragamnya. Ada raut wajah tak suka dalam diri Givea saat melihat cewek itu keluar dari kamar yang kemungkinan tempat Gavin pingsan.

"Lo habis jenguk siapa?" tanya Givea sangat ke intinya.

Cewek itu tampak menunduk takut menatap Givea. "Em anu, itu gu-gue dari—"

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now