Part 32 : Kejadian di kantin

3K 204 20
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Plak.

Tamparan keras baru saja mendarat mulus mengenai pipi seorang gadis yang sedang berdiri memegangi pipinya sembari terisak pelan.

"Semenjak papa kenal dengan wanita jalang itu papa selalu kasar yah sama aku?"

Plak.

Pipi gadis itu memanas saat tamparan demi tamparan mengenai wajahnya hingga kini pipi kanannya pun terasa semakin perih.

"DIA BUKAN JALANG DINDA!"

Dinda? yah gadis itu adalah Dinda si gadis korban broken home. Mamanya Dinda sudah meninggal sejak dua tahun lalu karena sakit kanker dan ia hanya tinggal sendirian dengan papanya yang selalu berlaku kasar padanya dan selalu membawa jalang sewaannya ke rumah, itulah yang sangat Dinda benci.

Dinda tertawa remeh "Bukan jalang? lalu apa? pelacur hm?"

"JAGA BICARA KAMU DINDA PAPA NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU BERBICARA KOTOR"

"Oh papa nggak pernah ngajarin Dinda bicara kotor ya?" Dinda terkekeh sembari menjeda kalimatnya.

"Lalu Dinda seperti ini karena siapa tuan Betra? bukankah seorang anak hanya menurut dari perilaku orangtuanya seperti air yang mengalir dan bukankah seorang orangtua itu harusnya mencontohkan hal baik kepada anaknya ya?" lanjutnya.

Betra ayah Dinda hanya terdiam.

"Semenjak dua tahun lalu mama meninggal apa papa sekalipun pernah merhatiin Dinda? jadi seorang ayah  yang baik buat Dinda? papa hanya sibuk pada dunia papa sendiri, papa nggak pernah sedikitpun mentingin gimana keadaan Dinda" ucap Dinda melirih, dadanya benar-benar terasa sesak.

"PAPA ITU SIBUK KERJA DINDA BUAT BIAYAI SEKOLAH KAMU" tegas Betra.

Dinda tertawa sinis "Sibuk kerja apa sibuk bermain dengan wanita pelacur?"

Plak.

Dinda memegangi pipinya dengan satu tangan sedangkan satu tangan lainnya mengepal sempurna.

"TAMPAR AJA TERUS PAH TAMPAR BIAR DINDA CEPET MATI DAN PAPA PUAS DENGAN KEMATIAN DINDA!" teriak Dinda sembari menatap nyalang papanya.

Brak.

Dinda berlari ke garasi sembari membanting pintu rumahnya keras.

"DINDA MAU KEMANA LAGI KAMU?" tanya Betra berteriak dari dalam.

Dinda tak memperdulikan teriakan papanya, ia langsung tancap gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota Jakarta yang sangat sepi di larut malam seperti ini. Dinda tak tau harus pergi kemana namun yang ia inginkan hanya menjauh dari rumah neraka itu dan menghindar dari iblis tua yang selalu menyiksanya.

"Mah andai mama masih hidup mungkin Dinda nggak akan kesepian kayak gini, Dinda capek mah disiksa terus sama papa padahal Dinda cuman butuh kasih sayang dari seorang ayah, sekarang Dinda udah gapunya siapa-siapa lagi mah kenapa mama ninggalin Dinda sendirian disini, rasanya Dinda pengen ikut mama aja ke surga.." lirih Dinda dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

Siapa yang akan menyangka jika di balik tingkah konyol dan sikap tegar dari seorang Dinda ternyata di dalamnya terdapat jiwa yang sangat rapuh.

*****

Givea berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang masih terlihat sepi, hari ini ia terpaksa berangkat sangat pagi karena Gilang. Adiknya itu pagi ini ada jadwal piket jadi mau tak mau Givea ikut berangkat pagi agar mobilnya tidak dibawa oleh Gilang, ya beginilah nasibnya jika satu mobil diperuntukkan oleh dua orang.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now