Part 43 : Ancaman

2.3K 127 12
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Vin, secepatnya kita harus atur jadwal belajar bareng," usul Deni tiba-tiba membuat Gavin yang sedang menikmati baksonya hampir tersedak.

"Buat apa?" tanya Gavin menatap Deni heran.

"Lo lupa? seminggu lagi kita ujian loh!"

Gavin menepuk jidatnya, astaga ia sampai melupakan hal penting itu, gara-gara banyak sekali hal yang menguasai pikirannya akhir-akhir ini.

"Yaudah mulai ntar sore aja kita belajar bareng, nanti gue atur tempatnya!" putus Gavin membuat Romli dan Deni mengangguk.

Sesibuk apapun mereka akan tetap mengutamakan belajar, karena ini adalah ujian terakhir bagi mereka. Yang akan menentukan kelulusan mereka hingga mendapatkan universitas terbaik, guna untuk masa depannya.

Hal itu tak luput dari pandangan keempat adik kelasnya, yang menatap para cowok itu dengan pandangan berbeda-beda.

"Yah... berarti sebentar lagi kalian lulus dong," ujar Farah mendesah kecewa.

"Meskipun kita lulus, tapi kita bakal selalu ada di dekat kalian kok," balas Romli membuat Farah mengangguk ragu.

Romli yang peka terhadap perasaan pacarnya pun langsung merangkulnya dan menggenggam tangan Farah lembut. 

"Jangan sedih my pacar, gue pasti bakal selalu ngutamain lo diatas kepentingan gue sendiri, lo segalanya yang gue punya, jadi gue bakal berusaha buat selalu ada buat lo!" ungkap Romli sembari mengusap lembut punggung tangan Farah.

Semua yang ada disana pun terpana mendengar kata-kata Romli. Kali ini bukan terdengar dramatis seperti biasanya, namun terdengar sangat serius. Bahkan diam-diam kedua sahabatnya tersenyum tipis.

Romli cowok humoris. Romli itu konyol, tolol, nyebelin, gak bisa diem dan heboh, tapi sekalinya sayang dengan seseorang dia tidak pernah main-main.

Karena memang hanya Farah yang Romli punya. Ucapan itu mampu membuat hati mereka mencelos, kecuali Farah sendiri yang memang tidak mengerti.

"Makasih," ucap Farah tulus, lalu tanpa sadar Farah memeluk erat Romli di depan teman-temannya.

Baru kali ini mereka menyaksikan kebucinan sepasang manusia terheboh itu, di depan mata mereka sendiri.

Romli mematung, namun sedetiknya ia membalas pelukan Farah tak kalah eratnya.

"Kali ini, biarin gue bahagia bersama orang yang gue sayangi, Tuhan..." batin Romli melirih penuh harap.

****

Givea berjalan sembari menenteng bukunya ke arah perpus, ia ingin mengembalikan buku materi biologi yang dipinjamnya beberapa hari lalu dan akan meminjam buku lain lagi nanti.

Akhir-akhir ini Givea lebih sering menghabiskan waktunya di perpus, atau sekedar meminjami buku perpus dan ia gunakan untuk belajar di rumah.

Mulai sekarang Givea akan lebih giat, penilaian akhir tahun sudah ada di depan mata. Ini saatnya untuk Givea bangkit dan membuktikan ke semua orang, bahwa Givea bukan gadis bodoh! lihat saja nanti, si pemalas itu akan berubah.

Sebenarnya selain karena niatnya sendiri, ini juga berkat Zevan. Kemarin Zevan menceramahinya habis-habisan agar Givea mau bangkit dan menghilangkan jauh-jauh rasa malasnya.

"GIVEA!"

Baru saja Givea melangkahkan kaki masuk perpus, ia sudah dikejutkan oleh teriakan seseorang. Givea berbalik menatap siapa pelakunya, sedetiknya ia mengubah raut wajahnya menjadi malas.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now