Part 38 : Kebohongan

2.6K 173 43
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Gavin tungguin!"

Gavin yang sedang berjalan memasuki area kantin pun memberhentikan langkahnya, ketika suara seseorang memanggilnya. Gavin langsung membalikkan badannya, namun seseorang sudah lebih dulu menubruk dadanya dan memeluknya erat di depan banyaknya orang.

Gavin mengerjap kaget, lalu dengan keras ia mendorong tubuh Siska refleks hingga membuat Siska tersungkur. Gavin begitu risih ketika ada seseorang yang memeluknya di depan umum, entah itu orang lain ataupun pacarnya sekalipun.

"Gavin kok aku di dorong sih" protes Siska menatap Gavin tak percaya. Banyak pasang mata yang sudah menertawakan Siska secara terang-terangan hingga membuat cewek itu malu.

"Sorry gue refleks tadi" balas Gavin cuek lalu melengos pergi.

Siska menganga lebar, ia begitu tak percaya dengan respon Gavin yang biasanya ia akan meminta maaf dan membujuknya dengan lembut, namun sekarang? Gavin malah terkesan tak peduli dengan dirinya.

"Gavin mau kemana? ish nyebelin kok aku ditinggal sih" Siska menghentak-hentakkan kakinya kesal, lalu menyusul Gavin yang sudah melangkah jauh darinya.

"Gavin" panggil Siska mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Gavin.

"Berhenti dulu aku mau ngomong" Siska berhasil mencekal pergelangan tangan Gavin, hingga membuat cowok itu menghentikan langkah kakinya.

Gavin menghempaskan tangan Siska kasar "Jangan ikutin gue!" titahnya penuh penekanan.

"Aku ini pacar kamu" ujar Siska menggebu-gebu.

"Status doang kan?" tanya Gavin pedas membuat Siska bungkam.

"Kok kamu ngomongnya gitu sih" protesnya, membuat Gavin memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

"Lo tanya kenapa gue ngomong gini Sis? harusnya lo tanya sama diri lo sendiri, seberapa pentingnya gue dimata lo!" Gavin memberi tatapan menusuk pada Siska.

"Kamu penting banget bagi aku Vin" balas Siska asal.

Gavin terkekeh sinis "Penting ya? lalu kemana perginya lo, saat gue dirawat di rumah sakit? saat gue berjuang diantara hidup dan mati waktu itu?" tanyanya dengan sorot terluka.

Siska terdiam, tak bisa menjawab.

"Vin waktu itu gue--"

"Cukup Siska!" bentak Gavin memotong ucapan Siska "Gue kira lo balik mau ngembaliin sisi hati gue yang retak, tapi apa? justru lo malah nambah luka lama yang belum mengering di hati gue!" Lanjutnya dengan suara berat. Cowok itu terlihat lebih kacau dari biasanya.

"Maafin aku Vin, aku emang salah, tapi aku kayak gini karena mama kamu yang ngelarang aku buat jenguk kamu!" ujar Siska beralibi.

"Mama gue ya? udah wajar sih kayaknya, seorang Ibu ngelarang anaknya buat deket sama hama penebar penyakit kayak lo!" sarkas Gavin tajam, bahkan ucapannya terdengar lebih pedas dan menyakitkan.

Begitulah Gavin, jika hatinya sudah dipatahkan, perasaannya sudah dihancurkan, ia tak segan untuk mengeluarkan kata-kata pedasnya.

Gavin beranjak ingin pergi namun Siska mencegahnya.

"A-aku bener-bener minta maaf, pliss kamu mau maafin aku kan Vin?" tanya Siska dengan air mata yang berurai. Namun perlu kalian tau air mata itu adalah air mata palsu.

"Gatau, gue butuh waktu!" balas Gavin dingin tanpa berniat menatap wajah Siska.

"Kamu masih sayang sama aku kan Vin?" tanya Siska memastikan. Ia tidak boleh kehilangan Gavin bagaimanapun caranya.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang