6. Eyes On Fire

500 89 33
                                    

Andai ada sedikit saja harapan untuknya. Mungkin, Aera akan melarikan diri sekarang. Dia muak melihat semua kekacauan yang dilakukan wanita berambut oranye itu—katanya dia sepupu Aera. Benarkah demikian? Faktanya, Aera sendiri tidak pernah tahu asal usul keluarganya dan bagaimana dia sendiri terlahir sebagai penyihir.

Mengetahui saat ini dirinya tengah diculik—Aera tetap tenang, duduk di pinggiran ranjang seraya memandangi figur si wanita dengan raut wajah bingungnya. Ingin bertanya tetapi Aera menyimpan pertanyaan itu di dalam kepalanya. Pun yakin benar jika si wanita tidak mungkin menjawab pertanyaannya dengan mudah.

"Maaf jika kau merasa tidak nyaman dan bingung dengan apa yang aku lakukan." dia menghela napas, menatap Aera melalui matanya, dengan lembut. "Tapi percaya padaku. Kau hanya dimanfaatkan, Aera. Aku tidak mau satu-satunya keluargaku dijadikan budak vampire sialan itu. Dan maaf juga karena aku terlambat menemukanmu selama ini. Aku tidak mau mengganggu kau yang berusaha menjalani kehidupan barumu."

Entah harus bereaksi seperti apa ketika ia mendengar penuturan wanita itu. Yang jelas, dari semua yang dikatakannya—terlihat bahwa memang ada kekhawatiran di sana.

"Jika kau tidak mau menggangguku. Lalu mengapa sekarang kau tiba-tiba datang? Seharusnya kau tidak usah peduli padaku." jawab Aera dingin. "Karena aku takkan mungkin tahu ternyata diriku masih mempunyai keluarga."

"Ya, mengapa?" dia tersenyum sendu. "Karena aku tidak bisa membiarkanmu melakukannya. Aku tidak bisa membiarkan mereka bebas. Jangan pernah sekalipun kau berpikir—kau mau membantu dia."

Wajah cantik Aera semakin cemas, perlahan ia mundur. Spontan karena ketakutan. "Dan kau jangan seenaknya mengatur hidupku. Ini jalan kehidupanku dan kau tidak berhak mengatur apa lagi mengubahnya!"

"Kau orang baru yang sok tahu tentangku. Aku mau pulang!" Aera jengah, tak ragu lagi ia berteriak membuat si wanita oranye serba salah.

Kemudian dia melangkah mengambil sesuatu di laci meja. Memberikan sebuah kotak kayu berwarna putih pada Aera. "Kuantarkan kau pulang kembali ke rumahmu. Buka kotak ini nanti di rumah. Aku sudah memberimu peringatan, Aera. Kalau kau tetap keras kepala ingin membantu vampire itu. Silakan saja dan jangan menyesal. Semua jawaban yang kau cari ada di dalam kotak itu."

Tersenyum dan mengusap rambut Aera, dia berkata. "Sudah lama saat kita terakhir kali bertemu. Kalau kau sungguh lupa, aku Luxe. Kau sering memanggilku Luc." tawa kecil serta senyuman hangat Luxe cukup membawa Aera ke dimensi lain.

Seperti ada memori yang terputar samar di kepalanya. Kini, Aera bisa menyimpulkan. Luxe benarlah keluarganya. Orang pertama yang menolak Aera membantu para vampire itu. Hingga detik ini pun, Aera tidak bisa menjawab atas apa yang dirasakannya. Mengapa ia begitu ingin membantu Kim Taehyung?

*****

Dapat dipastikan kalau lah Jeon Jungkook tidak ada. Maka Taehyung akan berubah menjadi vampir kejam dan mengamuk tidak jelas sebab Aera hilang. Jungkook rupanya bisa di andalkan. Dengan kemampuan yang ia punya. Jungkook sekarang lebih berusaha menguasai kemampuan yang ia miliki—ingin terbebas dari kutukan ini dan membalaskan seluruh amarahnya. Tentu, tidak ada yang tahu mengenai niat terpendam pria itu. Cukup ia sendiri yang memendamnya. Karena, Jungkook lelah berpura-pura tenang.

Sedangkan, Taehyung yang berjalan di sebelahnya beberapa kali mengembuskan napas—gelisah, cemas, marah bercampur menjadi satu. Jungkook setidaknya memahami perasaan kacau Taehyung. Dia pernah berada di posisi itu—ketika kehilangan Ibu.

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukan petunjuk? Kita sudah tiga jam berjalan, Jeon. Apa tidak bisa menggunakan kekuatan alami kita saja?" Taehyung berkata sebal. "Untuk apa punya tapi tidak digunakan. Merepotkan sekali."

Eclipse ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt