9. Miracle Kiss

522 84 21
                                    

Matahari merangkak naik seiring kedua bola mata indah itu terbuka. Ternyata dia masih di tempat ini. Dan, kemarin bukan mimpi. Semua yang telah dilakukan adalah kenyataan. Pahit jika mengingat semuanya, bahwa dirinya hanyalah sosok yang hadir karena mereka membutuhkannya. Atau lebih pahit—ia hanya dimanfaatkan. Aera menghela napas berat, mencoba mengais sedikit ketenangan yang sempat hilang. Padahal, seharusnya dia bangun dengan wajah yang ceria, sebab ritual pertama berhasil. Bukankah itu yang ia harapkan? Lalu mengapa tampak murung?

Kemudian pintu kamarnya diketuk, pun dengan lesu—Aera melangkah untuk membuka pintu kamarnya. Terkesiap saat melihat sosok yang begitu gagah itu berdiri di hadapannya.

"Aku sudah baik bukan? Mengetuk pintu seperti manusia." ujar Taehyung tanpa ekspresi, membuat Aera merotasikan matanya. "Ada kepentingan apa?"

"Apa harus mempunyai kepentingan agar aku bisa datang menemuimu?" Taehyung malah bertanya balik.

Untuk kedua kalinya, Aera menghela napasnya. Mengalah dan mempersilahkan si Kim itu masuk ke dalam, dengan hati yang belum membaik—Aera masih gelisah. Entah apa yang ia pikirkan, dan Taehyung mengetahui itu. Menyadari raut wajah Aera yang murung.

"Nanti sore, temani aku ke Llovera." Taehyung menatap Aera dengan tatapan mata yang mengisyaratkan. 'kau harus mau.'

Pun wanita itu tak sedikitpun takut. Kembali berubah menjadi Aera yang dahulu—suka sekali membantah dan keras kepala. Dia melangkah lebih mendekat pada Taehyung. Setidaknya cukup membuat si Kim menahan agar matanya tak berkedip.

Aera tersenyum miring. "Itu hutan bagian utara bukan? Kenapa minta ditemani olehku? Kenapa tidak minta---,"

"Jangan banyak bertanya dan ikut saja." kalimat itu benar-benar dingin, Aera agaknya lupa kalau Taehyung benci dibantah.

Taehyung membenci yang namanya penolakan, kau tahu?

Namun, Kim Aera ini kerap sekali memusingkan kepalanya. Semalam, Taehyung juga banyak memikirkan sesuatu. Tentang dirinya dan Aera. Apakah benar dia jatuh cinta? Apakah juga benar Aera sebaliknya merasakan hal yang sama?

Memikirkan cinta saja sudah rumit apalagi memikirkan keduanya bisa bersama.

"Tapi aku juga berhak---,"

"Pergilah mandi. Kau bau." Taehyung menyela ucapan Aera lagi, berlalu pergi dari kamar.

Amarah penyihir cantik itu pun terpancing. "Kau—vampire menyebalkan!" pekiknya kesal setengah mati.

Diam-diam tak jauh dari kamarnya, Taehyung tersenyum kecil. Mengganggu Aera menjadi hobi barunya sekarang.

*****

"Lanna juga datang ke pesta yang diadakan Volturi. Kau berikan saja sendiri." Yoongi bahkan tidak mau melihat ke arah Taehyung, ketika pria itu hendak memberikan kotak kecil padanya.

Sedangkan, Taehyung hanya bisa kembali menaruh kotak itu di dalam sakunya. Sudah bisa menebak jika hyungnya yang satu ini tidak mau membantu.

Pun dirinya tak tahu Lanna juga datang. Sekelompok vampire yang paling ditakuti itu juga tidak biasanya mengadakan pesta dan mengundang makhluk lain—seperti incubus. Perasaannya saja atau memang ada hal yang aneh? Taehyung diam dengan lamunan di kepalanya.

"Lagipula ulangtahunnya sudah lewat." lanjut Yoongi, segera membuyarkan lamunan Taehyung. "Tidak perlu memberinya hadiah. Kalian berdua tidak bisa bersama."

"Aku tahu, hyung." Taehyung menjawab lesu. "Apa salah? Aku ingin menjadi temannya."

"Kalimatmu itu bisa dipercaya tidak?" Yoongi terkekeh sinis. "Aku bisa merasakan semua perasaanmu. Hanya dengan melihat matamu, Kim Taehyung."

Eclipse ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora