16. Cemburu tanda tak mampu

76 17 1
                                    

Duduk termenung membayangkan dia yang telah jauh disana.

Hhh, bahagia disana, kak.

Posisiku ada di Mall, sendiri. Ah, kurang kerjaan sekali ke Mall sendiri. Duduk di balkon menikmati riuhnya paru-paru kota. Macet sana-sini, pemandangan paling menyebalkan setiap sore.

Pulang kuliah harusnya memang langsung pulang, hanya saja ingin menikmati angin malam sebentar saja.

"Jangan melamun!" Suara lembut itu mengejutkanku, embusan napasnya sampai terasa hangat di telinga. Aku berbalik, dan ternyata, Arash.

"Kaget, ngapain di sini?"

"Habis main sama temen. Kakak sendiri?"

"Lagi ngelamun," ujarku.

"Ngelamunin Arash, ya?"

"Lama-lama kamu kayak Abang kamu, jadi manusia yang suka kepedean."

"Oh iya, kak. Kakak kok gak bales chat Arash. Sakit hati dibaca doang." Aku usak surai hitamnya.

"Maaf. Lagian kenapa Arash cemburu sama Abangnya. Memangnya Arash lihat kak Haura sama bang Sadam  ngapain?"

"Pelukan di motor, Arash jadi ngerasa lagi saingan sama kakak sendiri." Mungkin Arash lihat aku dan Sadam waktu Sadam tiba-tiba ngerem mendadak, yang sudah jelas tanganku melingkar di pinggang Sadam.

"Itu Abang kamu yang rese, dia ngerem mendadak, jadinya kakak refleks."

"Hm, iya aja deh."

"Jangan cemburu, cemburu itu tanda tak mampu."

"Lah sejak kapan dirubah? Kok jadi cemburu, bukannya yang benar itu sirik tanda tak mampu?"

"Ya kamu sirik sama Abang kamu, terus timbul cemburu, dan kamu gak mampu buat ngapa-ngapain. Iya kan?"

"Ya Arash gak berani lah peluk-peluk kakak, Arash masih ngerti batas. Arash juga ngerasa kalau Abang suka sama kakak, apa harus Arash saingan sama Abang sendiri?" katanya.

"Sekolah dulu yang bener, jangan pikirin hal yang gak seharusnya Arash pikirkan. Kamu kayak gini juga belum tentu kakak jodoh kamu. Iya, kan?"

"Iya, Kak. Arash berlebihan ya, kak?" Aku hanya membalasnya dengan senyum.

"Abang kamu itu gak suka sama kakak, dia sukanya sama temen kakak. Temen sekelas kita. Jadi, Arash gak perlu cemburu. Karena cemburu hanya untuk orang yang tidak mampu."

"Oke, Arash gak akan cemburu, karena Arash mampu buat meluluhkan hati kak Haura," katanya yakin. Ah, anak ini.

"Oh iya, jangan sering-sering kasih kakak coklat. Emang Arash tega bikin kakak gendut, bikin kakak sakit gigi?"

"Kakak gendut juga Arash sayang." Kan, gitu lagi. "Nanti aku tinggal nyanyi lagu Dhyo how-jangan takut gendut." Gemas dengan anak ini, aku cubit tangannya.

"Lusa main ke rumah ya, kak. Ibu mau adakan syukuran di rumah, Ibu juga kangen banget kayaknya sama kakak," pintanya.

"Iya, inshaAllah."

Arash menemaniku sampai aku bosan di Mall, anak ini sudah di suruh pulang tapi malah mau tetap di sini, ikut menikmati jalanan macet dari balkon katanya.

****

Pergi ke kampus sore malas, masuk siang panas, pagi apalagi. Dan sekarang pagi-pagi sudah ada di kampus, tidak ada jadwal sebenarnya, hanya ada sosialisasi perihal tugas akhir.

Bang Juki terlihat sangat tampan dengan rambut yang diikat. Sebelum ke kelas aku mampir terlebih dulu ke gerobak Bang Juki. "Abang, cimolnya lima ribu, pedes."

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora