Part M

618 38 5
                                    

Sesuai rencana, aku menghampiri Mba Risa dan selingkuhannya yang masih bergandengan tangan. Aku meminta Adit untuk tidak muncul dulu sebelum aku memberinya aba-aba. Takutnya, Adit tidak bisa mengontrol emosi dan malah menyebabkan keributan.

Setelah berdiri tepat di belakang kedua orang itu, aku bersiap memasang wajah terkejut.

"Mba Risa?!"

Mba Risa dan selingkuhannya menoleh ke belakang.

"Rifki?" Wajah Mba Risa tampak sangat terkejut. Aku yakin dia memang terkejut beneran.

"Lagi jalan-jalan, Mba?" tanyaku mulai memainkan peran. Wanita itu tidak menjawab dan masih menunjukkan wajah seperti tadi.

"Eh, ini cowok lo?" Aku langsung menyalami pria di samping Mba Risa.

"Rifki," ucapku memperkenalkan diri.

"Lintang." Pria itu tersenyum sambil terus memandangiku. Cukup lama posisi kami seperti ini, karena dia menggenggam tanganku cukup erat.

"Pacarnya Mba Risa?" tanyaku setelah jabat tangan kami terlepas.

"Iya," jawabnya.

"Kok lo nggak bilang kalau udah jadian sih, Mba?" kataku pada wanita yang sedang menampilkan wajah ketar-ketir itu.

"Eh?"

"Gue belum sempat minta jatah makan-makan loh." Aku terkekeh palsu.

"Ohh iya. Kapan-kapan aja yah, Rif. Hehe." Andai saja aku tidak sedang akting, mungkin aku akan terbahak melihat wajah Mba Risa yang seperti sedang menahan boker.

"Oke. Berarti dobel yah."

"Dobel?" tanya Mba Risa.

"Kan sama pacar yang itu belum."

Mba Risa melotot.

"Maksud kamu?" tanya Lintang padaku. Aku menatap wajahnya yang tampak bingung. Sedikit aneh sebenarnya.

"Haha, Lo ngomong apa sih, Rif? Ngaco." Wanita itu tertawa sambil memukul bahuku lumayan keras.

"Maksud dia apa, Ris?!" tanya Lintang dengan nada sedikit meninggi. Sepertinya dia tidak tahu kalau Mba Risa sudah punya pacar.

"Bukan apa-apa kok, yang! Kamu jangan dengerin anak ini," ucap Mba Risa panik. Ternyata begini wujud wanita ini sebenarnya? Cantik sih, tapi kelakuannya kayak ular.

"Rif, jelasin sama gue!" Lintang menatapku tajam.

"Gini, Mas, Mba Risa itu-" Belum selesai aku berbicara, Adit datang dan langsung memberi bogem mentah pada wajah Lintang. Lelaki itu limbung dan hampir tersungkur. Beruntung aku yang di samping Lintang berhasil menahan tubuhnya.

Mba Risa berteriak kaget. "Kamu apa-apaan sih?!"

Adit tidak peduli. Lelaki itu bergerak mendekati Lintang dan bersiap menonjoknya lagi. Dengan cepat, Lintang menangkis pukulan Adit.

"Lo ngapain mukul gue, bangsat!" Tangan Lintang masih menahan kepalan Adit.

"Lo yang bajingan!" Adit melepaskan tangannya, kemudian melayangkan satu pukulan lagi mengenai wajah Lintang.

"Udah, Kak!" teriakku. Aku tidak tega melihat Lintang.

Adit tidak mendengarkanku. Lelaki itu maju dan menarik kerah baju Lintang. "Jancok keparat! Gue bunuh lo!"

Aku meringis saat pukulan Adit lagi-lagi mengenai wajah Lintang yang sebenarnya tampan itu.

Lintang melepaskan cengkeraman Adit lalu membalas perlakuan lelaki itu padanya. Satu pukulan bersarang di perut Adit, membuatnya terdorong ke belakang. Tak sampai di situ, Lintang menendang sisi kanan tubuh Adit sehingga membuatnya tersungkur di atas rumput.

LingkupWo Geschichten leben. Entdecke jetzt