38|Sunrise

304 137 15
                                    

Alarm berbunyi nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alarm berbunyi nyaring. Aku lantas segera beranjak turun dari ranjang dan berlari keluar kamar untuk membangunkan para adikku yang seperti dugaanku masih bergelung nyaman dalam selimbut tebal.

Butuh ekstra tenaga dan kesabaran sampai akhirnya mereka terbangun dan berjalan mengikutiku keluar dari gedung tua ini.

"Noona kita mau kemana?" Tanya Hyeongjun sambil sesekali menguap dan memeluk lenganku.

"Ini masih gelap noona, bahkan matahari juga belum muncul." Keluh Minhee sebal dan beberapa kali hampir jatuh kalau tidak dengan sigap Serim memegang lengannya.

"Ck noona ada-ada saja." Woobin menimpali dengan suara sebal.

"Sudahlah mungkin noona ingin memberi kejutan, ya kan?" Seongmin ikut memeluk lenganku yang masih bebas dan menduselinya seperti kelinci.

Sementara di belakangku Wonjin mendengus keras-keras, "Kita mau kemana? Jungmo hyung masih sakit, ya kan hyung?"

"Tak apa Wonjin." Jungmo membalas sambil tersenyum meyakinkan padaku.

"Iya aku yang cape menggendongmu hyung." Katanya sementara kursi roda Jungmo di angkut oleh Woobin dan Allen.

Setelah pulang dari pesta laknat Jongsuk, kami semua langsung mendapati Jungmo yang sudah siuman duduk di kursi roda menunggu kami pulang dengan harap-harap cemas bersama Changkyun.

Serempak kami semua menangis haru. Saling memeluk penuh syukur akhirnya bisa berkumpul dengan lengkap setelah sekian lama.

Satu waktu itu kurasa adalah salah satu waktu yang mungkin tak akan pernah bisa kulupakan. "Noona hei malah melamun." Protes Hyeongjun dan Seongmin menggoyangkan kedua lenganku.

"Ah maaf." Kataku cepat segera kembali berjalan menaiki bukit yang kata Changkyun akan memberikan panorama indah ketika melihat sunrise di atas bukit ini.

"Sudah sampai."

"Terus apa?" Minhee tambah jengkel dengan bibir semakin maju beberapa centi yang membuatku terkekeh karna gemas melihatnya yang seperti bocah lima tahun.

"Sebentar lagi Hee." Kataku yang kemudian mengacak surainya meski perlu berjinjit kemudian membantu Jungmo duduk kembali di kursi roda.

"Noona..." Panggil Jungmo membuatku urung bangkit berdiri kembali.

"Kenapa hm?"

"Sa--"

"Wah lihat!" Seru Hyeongjun keras dan menunjuk langit heboh sekali yang ternyata sudah mulai terbitnya matahari.

Langit yang semula gelap perlahan membiaskan warna orange yang indah sekali dan menyebarkan suhu hangat sampai ke rongga dada.

Itu semua karna aku melihat ini bersama kesembilan adikku, "Aku sayang kalian semua." Kataku tulus dan menatap mereka satu persatu mencoba menyalurkan rasa sayangku.

NOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang