35|Hopeless

345 152 6
                                    

"Kau pikir aku percaya?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau pikir aku percaya?!"

Wonjin lantas berjalan mendekat dan membawa moncong pistol Jongsuk kearah kepalanya, "Kalau begitu pecahkan kepalaku sekarang! Lihat nanti bagaimana chip sialan itu ada dalam isi kepalaku, tapi sayang kalau itu terjadi kau tidak akan pernah bisa menggunakannya Jongsuk-ssi."

Air muka Jongsuk terlihat semakin kelam dan mencengkram erat kerah kemeja Wonjin, "Sejak kapan itu ada padamu?!"

"Kau tidak ingat hari itu? Hari dimana Mama Hyojoo membawaku pergi bertemu Nenek Jukyung?"

"Keparat!" Jongsuk akan melayangkan tinju namun segera Wonjin tepis dan mundur satu langkah untuk memberi jarak. Keduanya terlihat saling mengintimidasi sementara Jungmo berusaha memberi pertolongan pertama pada Woobin yang sudah diambang batas kesadaran.

Mungkin Jungmo pikir Wonjin hanya ingin mengulur waktu padahal apa yang ia katakan memang kebenaran karna aku ingat jelas hari itu.

Hari dimana Papa membawa paksa Wonjin masuk kedalam ruangannya.

Lalu secepat kilat menyambar Wonjin menumpahkan satu botol gasolin ke kepalanya dan membuka pematik begitu saja menimbulkan keterkejutan lain sampai aku berseru keras memanggilnya.

Namun Wonjin tak bergeming. Hanya menatap Jongsuk yang kini menatapnya penuh perhitungan, "Jangan bertingkah bodoh Ham."

"Itu bukan gayaku Lee." Sahutnya dan kemudian menoleh kearahku, Jungmo dan Woobin. "Biarkan mereka hidup. Maka aku akan dengan senang hati menyerahkan chip sialan ini kalau tidak aku akan membakar kepalaku tepat dihadapanmu sekarang."

"Baiklah. Aku akan membiarkan mereka hidup dan kau pergi denganku sekarang."

Jungmo lantas berdiri mendekat kearah mereka dan beberapa anak buah Jongsuk sudah mengarahkan pistol kearahnya. "Wonjin." Katanya terlihat ingin mengatakan sesuatu namun akhirnya diam tatkala melihat Wonjin yang menggeleng kecil kearahnya.

"Mianhae hyung." Katanya dengan netra yang perlahan meredup lalu menatapku sesaat sebelum beranjak pergi diikuti oleh semua anak buah Lee Jongsuk sementara si sialan itu berjalan mendekat pada Jungmo.

"Aku ingin memberimu hadiah terakhir anakku tersayang." Katanya sambil memeluk Jungmo yang masih berdiri kaku dengan kedua tangan terkepal erat.

Dorrrr

Aku melebarkan netra tatkala melihat tubuh Jungmo yang perlahan ambruk, "Keparat!!" Wonjin berteriak keras akan berlari mendekat namun sudah dicekal paksa oleh para anak buah Jongsuk.

Doorrrr

Lagi Jongsuk menembak Jungmo yang membuatku menjerit histeris dan berjalan menghampiri tubuh Jungmo yang bersimbah darah, "Jungmo bertahanlah."

"Kau harus berterima kasih nak, karna aku tahu kau tidak akan pernah sanggup hidup sendiri di dunia ini tanpa Wonjin, si adik tersayangmu itu."

"Dasar iblis!"

"Oh shut up baby girl. Kau juga mau mati?"

"Iya! Bunuh saja aku sialan!"

Jongsuk lantas berjongkok mensejajarkan wajahnya denganku dan menelusuri sisi wajahku oleh moncong pistolnya, "Kau lebih mirip Joonmyeon ternyata." Kekehnya lalu kemudian berdiri kembali dan berjalan pergi menjauh begitu saja.

🌼🌼🌼

Aku menjalankan mobil dengan kecepatan maksimal untuk segera sampai di tempat tujuan yang Jungmo katakan yang adalah markas persembunyian mereka selama ini.

Sesekali menoleh ke belakang tempat dimana Jungmo dan Woobin berada untuk memastikan mereka masih bernafas, "Fokus saja menyetir noona." Kata Jungmo dengan suara lemah sementara Woobin sudah tak sadarkan diri beberapa menit lalu.

Salju kemudian turun seolah mendukung sekali suasana yang semakin kelabu tatkala netra melihat mobil yang kujalankan ini sudah hampir kehabisan bensin dan jarak yang di tempuh masihlah jauh.

"Kau tidak punya bensin cadangan Jung?" Tanyaku yang dibalas kekehan sumbang olehnya.

"Sepertinya Tuhan mendukung sekali untuk membuatku mati malam ini."

Aku diam dan mengiyakan dalam hati karna cukup muak dengan segalanya.

"Ironis sekali ya, dulu aku berusaha keras untuk bertahan hidup tapi sekarang membaui nafasku sendiri juga terasa sangat menjijikkan."

"Kita mati saja noona. Ayo mati bersama, kau mau kan?"

Aku tak menjawab dan hanya fokus menyetir dengan pandangan kian kabur oleh air mata. Rasanya tawaran Jungmo sangat menggiurkan tapi kalau terjadi, apa yang telah Renjun, Mama dan Wonjin lakukan akan sia-sia, bukan?

Tapi satu sisi lain apa aku masih sanggup menggenggam kewarasanku? Rasanya sangat sulit setelah segala kelumit yang terjadi.

Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau menyerah apalagi mengakhiri hidupmu sendiri.

Kalimat yang Taehyung bubuhkan dalam surat terlintas begitu saja membuatku tergugu dan menjalankan mobil dengan kecepatan maksimal lagi.

Aku tidak akan menyerah. Aku pasti bisa melewati semua ini karna Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan diluar batas kemampuan umatnya.

Ckitttttt

Mobil berhenti begitu saja karna kehabisan bensin yang membuatku memukul stir kemudi frustasi.

Mobil berhenti tepat di tengah jalan sepi yang di kedua sisi adalah jurang. Tak ada pemukiman warga yang bisa kumintai pertolongan.

Lalu aku harus apa? Katakan Tuhan aku harus apa?!

"Jung bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku tapi tak ada sahutan apapun yang membuatku menoleh kebelakang dan mendapati Jungmo sudah menutup kedua matanya erat.

Aku pun beranjak pindah ke kursi belakang. Duduk di tengah-tengah kedua adikku yang penuh simbah darah tanpa rasa jijik dan menggengam satu tangan keduanya erat yang mulai dingin hampir membeku. "Mau noona nyanyikan lulaby sebelum kita tidur panjang?" []

 "Mau noona nyanyikan lulaby sebelum kita tidur panjang?" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang