25. It Will Rain

5.9K 617 51
                                    

Sejak satu jam terakhir Da In duduk tenang sambil menghapal teks dikubikelnya. Sementara hatinya jauh dari kata tenang. Ini benar-benar kali pertama Da In menjadi bagian dari sebuah event penting—tidak ingin melakukan kesalahan. Pameran akan segera dimulai. Sudah banyak tamu dan pers berdatangan. Beberapa eksekutif juga menyempatkan hadir pada acara besar-besaran ini. Banyak pula seniman yang datang, termasuk Kim Namjoon yang jarang sekali menghadiri pameran terbuka.

Suara pintu diketuk membuat fokus Da In terpecah. Mengalihkan pandangan sejenak pada seseorang yang tengah berjalan kearahnya. Sengaja menilik intern yang terlihat gelisah karena acara akan segera berlangsung.

"Kau masih disini," ucap pria yang kini mengulas senyum hingga tampak lesung di kedua pipinya, "aku melihat teman-temanmu di depan. Tidak ingin menemui mereka?"

"Jae, aku sangat gugup. Apa yang harus aku lakukan?" keluh Da In dengan nada bergetar dan bibir membentuk pout. Jaehyun terkekeh singkat melihat Da In ketika panik—lucu. Lalu tangannya terulur ke depan wajah Da In. Bermaksud mengajak Da In keluar dari ruangan agar mengurangi sedikit rasa gugupnya.

Berjalan keluar dengan tangan masih merekat, berhasil mencuri atensi seseorang yang baru saja keluar bersamaan dari ruangan yang berbeda. Kedua alisnya bertaut tidak suka melihat pemandangan di depan mata. Pun Da In dan Jaehyun menghentikan langkah sejenak. Sekedar menyapa dan membungkuk sebelum berlalu dengan netra Da In masih bersitatap dengan pria yang ditegurnya.

Bukan hal bagus manakala Taehyung yang baru saja melihat pemandangan masam didepannya. Tidak dipungkiri, Da In dan Jaehyun terlihat begitu dekat. Sering kali menghabiskan jam istirahat bersama. Bahkan Jaehyun juga sering membantu Da In mengerjakan tugas akhir.

Suasana semakin memanas tepat ketika Taehyung tidak tinggal diam melihat Da In dan Jaehyun jalan bersama. Menarik tangan Da In hingga tubuh gadis itu berbalik dan limbung menabrak dadanya, kemudian meninggalkan Jaehyun kebingungan dengan sikap Direktur Kim yang terlihat sedikit geram.

Da In tidak pernah paham dengan jalan pikiran Kim Taehyung. Bahkan sekarang, berdua diruangan Taehyung dengan atmosfer sedikit panas masih tidak memberikan clue pada Da In sama sekali.

"Direktur Kim, apa aku melakukan kesalahan?" tanya Da In terdengar sopan dan masih diselimuti kegugupan.

Taehyung yang semula berdiri membelakangi gadis itu berbalik, "aku ingin tahu sejauh apa kau mempersiapkan diri."

"Eh?" pekik Da In kebingungan sendiri. Taehyung benar-benar tidak terduga. Dengan segala ketidak-normalan yang bisa menimbulkan prasangka, tersulut tanpa sebab, bertingkah seperti sedang cemburu. Da In benar-benar tidak mengerti.

Masih dengan tatapan dongkol, Taehyung melihat Da In bernapas jengah. Kini tangan gadis itu mengarah pada dahi dan mengurut pelipisnya sendiri. Rasanya kepala Da In hampir meledak karena semua tekanan pagi ini. Dia tidak memiliki banyak waktu untuk berdebat. "Baiklah, Kim Taehyung, dengar. Aku harus menghapal naskah dan sekarang.." Da In melirik jam tangan sejenak, memastikan sisa waktu yang dimiliki untuk menyiapkan diri, "kurang dari tiga puluh menit sebelum acara dimulai. Aku tidak memiliki waktu untuk bercanda. Apalagi menghadapi masalahmu yang aku tidak mengerti. Sekarang aku perlu mengurangi kegugupanku."

Hening. Satu detik. Dua detik. Hingga detik berikutnya Taehyung mendekatkan tubuh dan sedikit menunduk, meraih ranum Da In yang sedari tadi seakan menyapa dan ingin segera dilumat. Namun, tidak sejauh itu, Taehyung hanya memberikan kecupan. Membuat sang pemilik bibir melotot terkejut. Hampir saja jantungnya mencelos dari rongga. Kim Taehyung adalah pria paling eksentrik yang pernah Da In temui. Abnormal.

Terdiam dengan posisi yang sama cukup lama, Taehyung perlahan melepaskan bibirnya dari milik Da In. Menatap gadis yang masih belum mengerjapkan mata. Seperti lupa untuk mengambil napas. Bergeming. Tidak dapat memahami yang barusan terjadi. Sementara Taehyung tergelak. Mengusap pipi Da In yang mulai bersemu dengan ibu jari. Bukan pertama kali mereka berciuman. Tapi tindakan spontan Taehyung selalu berhasil memberikan sensasi berbeda.

Refleks, Da In menjauhkan tubuh Taehyung setelah mendapat kesadaran kembali. Menutup bibirnya sambil berdecak kesal. Si tersangka pembuat Da In mencak-mencak hanya terkekeh, menggaruk belakang kepala yang tidak gatal. Lalu memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, seperti tidak terjadi apa-apa.

"Itu untuk membantu mengurangi kegelisahanmu," ujar Taehyung kembali mendekat dan merunduk untuk menyamai tinggi Da In. Tangannya melayang dan mendarat lembut pada pucuk kepala gadis itu, membelai pelan. "Semangat, ya, sayang!"

"Yak, KIM TAEHYUNG! Kau membuatku semakin berdebar!"

Usai acara, ada kelegaan tersendiri yang Da In rasakan. Teramat lega. Sebab ini juga menjadi hari terakhirnya bekerja. Sedikit kesedihan harus meninggalkan tempat kerja yang sejujurnya membuat dirinya sempat merasa nyaman. Semua pegawai sangat loyal dan ramah. Seniornya selalu berbaik hati membantu. Sayang sekali dia harus pergi dengan berat hati. Bukan berarti dia tidak akan kembali. Tentu, galeri Future ada di list nomor satu tempat yang akan menerima curriculum vitae-nya nanti.

Meski hanya seorang intern, semua pegawai di tim Song Da In mengajukan makan malam perpisahan untuk gadis itu. Bahkan Direktur Kim berbaik hati mengocek kantong untuk membayari makan malam hari ini. Rasanya sedikit canggung bagi Da In yang notabene hanya seorang intern. Namun tetap saja, kehangatan positif yang selalu mengalir dari tiap orang di tim kerjanya selalu berhasil membuatnya merasa nyaman. Termasuk saat ini, duduk bersama di meja restoran makanan cina.

Meninggalkan meja sejenak, Taehyung berpamitan ke toilet sekaligus membayar makan malam. Kurator Choi dan Kurator Han yang duduk bersebelahan sibuk mengobrol. Sementara disebelah Jaehyun, Da In yang tampak sedikit mabuk sibuk mengunyah cumi kering dengan khidmat.

"Mau lagi?" tawar Jaehyun memberikan seluruh cumi keringnya untuk Da In. Pun gadis itu mengangguk antusias sambil tersenyum selebar mungkin. Seakan mendapat bongkahan emas secara cuma-cuma.

"Song Da In, apa kau benar-benar sudah mengkahiri hubungan dengan Jungkook?" tanya Jaehyun membuat atensi Da In beralih penuh padanya. Senyum yang semula ada perlahan terkikis setelah nama yang Da In sempat lupakan kembali terdengar.

"Aku memintanya untuk tidak menemuiku lagi, Jae. Dan dia tidak pernah muncul dihadapanku. Kita tidak pernah bertemu lagi."

Jaehyun tampak mengerutkan kening. "Tentu saja dia tidak bisa menemuimu, Da In. Kau tidak mendengar kabarnya?" Bergantian, kini Da In yang dibuat bingung. "Oh, tidak. Kau benar-benar belum mendengar kabar Jungkook?"

Da In mengangguk ragu. Rasanya Jaehyun akan mengatakan hal buruk. Entah dia ingin mendengar hal ini atau tidak. Yang pasti, Jaehyun tetap melanjutkan kalimatnya. "Perusahaan ayah Jungkook di Seoul mengalami likuidasi. Mereka berpindah ke luar negeri untuk memperbaiki finansial dan mempertahankan salah satu perusahaan di Jepang yang masih bertahan. Termasuk Jungkook yang ikut bersama orang tuanya. Da In, kau sungguhan tidak mengetahuinya?"

Kali ini, jantung Da In tengah melorot, berhenti berdetak. Pengar hilang sepenuhnya. Berharap Jaehyun hanya berpura-pura untuk membuatnya khawatir. Namun jelas sekali tidak ada kebohongan dari sorot gelap itu. Tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Tubuhnya menegang seketika. Otaknya menjadi kelu. Haruskah terlebih dahulu mencari jawaban pasti dengan menghubungi Jungkook sekarang juga? Atau membiarkan sebab tidak ada yang perlu dilakukan lagi?

Kembali pada meja makan, Taehyung sejenak menghentikan langkah. Memperhatikan lamat-lamat timnya yang terlihat bersenda gurau dengan sedikit kebingungan. Hanya tersisa tiga orang disana.

Maaf ya telat sekali dari janji updatenya hehe. Tapi sudah dibayar kan ini. Jangan lupa votenya💜

Terima kasih banyak ya yang sudah apresiasi🥺Kalian bikin mood banget💜

Terima kasih banyak ya yang sudah apresiasi🥺Kalian bikin mood banget💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Make It RightWhere stories live. Discover now