8. At Her Worst

7.1K 720 21
                                    

Da In menginjakkan kaki ke apartemennya. Menyeret tas bahu dan berjalan gontai. Penampilannya masih kacau. Seperti tidak memiliki semangat hidup sama sekali. Masalahnya, dia benar-benar sedang kehilangan semangat. Hatinya patah. Hancur berkeping-keping. Jeon Jungkook yang selalu menjadi orang pertama yang merentangkan tangan kala Da In berada pada titik lelah, malah menjadi orang yang mendorong Da In dari tebing hingga terjerembab pada jurang tanpa dasar. Kehampaan.

Menatap bath tub yang hampir terisi penuh, Da In melangkahkan kakinya ke dalam. Masih dengan pakaian tersemat, gadis itu duduk bertekuk lutut dalam air. Wajahnya terbenam diantara kedua tangan yang terlipat di atas lutut. Air matanya rebas bertepatan saat kelebat bayangan Jungkook muncul diotaknya. Semua yang pernah mereka lalui. Keringat dan air mata. Sedih dan bahagia. Selama dua tahun membangun hubungan yang Da In pikir bisa menjadi satu-satunya, orang pertama dan terakhir yang akan menghabiskan sisa waktu bersama, hancur begitu saja karena pengkhianatan yang Jungkook lakukan.

Jungkook memang bukan patah hati pertama Da In, melainkan ayahnya sendiri. Namun Da In tidak pernah membayangkan sakitnya akan sekacau ini. Sebab dia tidak pernah bertemu sama sekali dengan sosok sang ayah. Sementara Jungkook, dua tahun lamanya bersama-sama, mengukir banyak kenangan indah dan kini tinggal menyisakan luka.

Tubuh Da In terasa kelu. Kakinya membujur. Menarik badan ke dalam air seluruhnya. Tenggelam bersama rasa sakit yang melanda. Da In memiliki pernapasan yang terbilang kuat. Mampu menahan napas hingga lebih dari dua menit. Apalagi jika tidak sedang melakukan pergerakan di dalam air—berenang. Seperti sekarang misalnya, hampir lima menit Da In menahan napas dalam bath up terisi penuh air dan masih bertahan di dalam. Sejujurnya, dia suka posisi seperti ini. Telinganya tidak mampu mendengar apapun saat di dalam air. Kebisingan diotaknya mereda. Tidak lagi ada Jungkook dipikirannya saat ini.

Tidak berselang lama hingga Da In kehabisan napas, seseorang menarik baju Da In hingga tubuhnya keluar dari air. Tentu Da In tersedak karena tindakan spontan seseorang yang sekarang tengah menatapnya jumawa. Da In terus terbatuk beberapa detik hingga dadanya nyeri.

"Kau sudah gila, ya?! Aku pikir kau sudah mati di dalam sana! Kenapa tidak sekalian menusuk lehermu dengan pisau saja, huh?" Pekik orang yang tengah dirundung emosi akibat kelakuan Da In. Sementara gadis itu masih terbatuk. Menopang tangan pada pinggiran bath up.

"Yoonhee, kau pikir aku seputus asa itu hanya karena patah hati?" sahut Da In setelah napasnya kembali normal.

Selanjutnya beranjak dan melepas seluruh pakaiannya. Tidak peduli Yoonhee yang masih disana. Lagipula mereka sudah terbiasa seperti ini. Sudah pernah melihat tubuh satu sama lain. Kemudian Da In meraih handuk pada lemari di bawah wastafel. Membalut tubuhnya dengan bathrobe dan membungkus seluruh rambut dengan handuk.

Beberapa menit kemudian, Ryujin juga datang ke rumah Da In. Yoonhee yang masih pundung menceritakan bagaimana dia menemukan Da In saat pertama kali datang. Mendapati sahabatnya berusaha bunuh diri dengan menenggelamkan diri di bath up.

"Aku tidak berusaha bunuh diri, Hee-ya," sanggah Da In memotong kalimat Yoonhee yang masih menggebu-gebu bercerita.

Ryujin masih terdiam, mengamati dua sahabatnya yang berseteru.

"Lalu apa? Apa kau memiliki alibi yang masuk akal selain berusaha mengakhiri hidup, huh? Aku tahu kau sedang patah hati karena Jungkook, tapi tidak seharusnya kau melakukan hal itu, Da In!" Seru Yoonhee bersemangat mencecar sahabatnya habis-habisan.

Da In menghela napas. Melempar tubuh pada sandaran sofa. Menendang udara—luapan kekesalan. Sebab saat seperti ini, Yoonhee sangat tidak terbantahkan. Saat seperti ini, memang Yoonhee terlihat sangat cocok menjadi seorang jaksa, sesuai dengan jurusan yang sedang dijalani sekarang.

Make It RightWhere stories live. Discover now